BAB 14

4.1K 448 10
                                    

.
.

Adya Pov.

Aku takut jika aku akan melanggar prinsipku, aku takut jika aku melewati batas yang sudah aku batasi sebelumnya.

Aku seperti memiliki perasaan kepada Anya. Oh teman ayolah hanya nyaman tak salahkan? Mungkin karena aku dan dia terlalu sering bersama jadi seperti ini sekarang.

Tenang aku masih ingat prinsipku kok. Kalian jangan takut. Bisa saja nanti nyamanku bisa berpindah ke kaliankan.

Entah apa yang harus aku lakukan jika sedang bersama dia, apa yang aku pikirkan bisa di baca olehnya. Aku ingin jujurpun terkadang dia tidak percaya kepadaku, dan saat aku bercanda dia malah percaya dengan candaanku.

Tak apa. Anya mah nggak salah. Adya yang salah.

"Adya kamu ngerti nggak?"

Aku tersentak saat mendengar namaku di lantunkan oleh guru yang ada di depanku.

"Apanya pak?" Tanyaku balik.

Guruku menghela napas. "Maju dan selesaikan satu soal yang saya akan berikan."

Lah. Kok gue? Perasaan gue nggak ngapa-ngapain dari tadi.

"Ayo maju kenapa diem aja!"

Aku melirik Tara dia hanya terkikik dan mengucapkan selamat kepadaku. Sialan kenapa aku harus memiliki teman seperti ini sih.

Guruku memberikanku soal yang berada di buku tebalnya, aku mengambil spidol dan mencoba untuk menghitung soal itu. Ayolah jurus ayo keluar.

"Gimana Adya, bisa?"

Aku mengangguk. "Bisa pak. Saya lagi ngertiin dulu." jawabku dan itu membuat teman-teman kelasku tertawa.

Sudah tiga menit aku berdiri di depan kelas seperti ini, dan tidak ada jurus satupun yang masuk ke otakku. Keberuntungan sedang tidak memihak kepadaku kali ini.

Dan aku malah disuruh keluar karena tidak bisa menyelesaikan soal tersebut. Bukannya sedih ataupun memaksa untuk tetap masuk, aku sih malah senang jika di suruh keluar seperti ini. Tidak belajar dan tidak perlu menghitung-hitung angka sialan itu.

Aku berjalan ke arah kantin, membeli minuman dan keluar lagi, aku tidak ingin terkena masalah lagi karena sudah di keluarkan dari kelas malah aku nyasar ke kantin.

Dengan jalan santai aku berjalan ke arah ruangan basket, membuka pintunya ternyata tidak ada orang sama sekali di sini.

Aku membuka seragam menyisakan kaos dalamanku dan membuka sepatu menggantinya dengan sendal yang sudah tersedia, menyalakan kipas lalu duduk di depan kipas tersebut.

Aku membuka seragam menyisakan kaos dalamanku dan membuka sepatu menggantinya dengan sendal yang sudah tersedia, menyalakan kipas lalu duduk di depan kipas tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nikmat banget dunia, di suruh keluar malah bisa bobo di sini." ujarku sendiri dengan merebahkan tubuhku di lantai.

Baru saja aku ingin memejamkan mataku, pintu terbuka dan memperlihatkan sosok simpanse yang tadi menertawaiku taklupa juga kembarannya yang mengikutinya.

KARENALURITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang