Kadangkala, logikaku dipaksakan untuk memahami semua yang tidak seharusnya kupahami di usiaku yang masih sedini ini. Hingga kini, yang terbiasa kulakukan hanyalah melarikan diri. Aku selalu takut menghadapi kenyataan. Hatiku sudah terlalu beku. Hidupku terasa kelam. Kabut yang menyelimuti pelupuk asa ku semakin hari kian tebal.
Papa, mama, tengoklah sedikit saja kepadaku. Jangan hanya tenggelam dalam ego kalian masing-masing.
Aku iri, setiap kali terbesit dalam benakku, bayangan keluarga yang harmonis, penuh canda tawa. Hatiku tersayat.
Tapi, aku bisa..
Aku kuat..
***
Temaram lampu jalan kian menerangi sepanjang perjalananku menuju ke rumah. Angin malam berhembus perlahan meniup langkahku. Penat saja yang kurasakan setelah menenteng dua plastik belanjaan yang kini membuat jari-jariku terasa kram.
Dua belas menit kemudian aku tiba di rumah setelah menancap gas motorku dengan sangat cepat. Sudah hampir pukul sepuluh malam dan aku sama sekali belum mengemasi barang-barangku. Dengan napas tersengal-sengal aku membawa belanjaanku tadi ke kamar untuk di packing. Beberapa makanan ringan, beberapa sachet kopi hitam, dua kaos hitam, satu kaos putih, satu kaos hijau, satu jaket yang cukup tebal, dua celana training, dua celana jeans, sepasang kaos kaki putih, serta beberapa pakaian dalam. Kurasa cukup. Setelah mengemasi semua barang-barang itu, aku merebahkan tubuhku di kasur. Melepaskan kepenatan dan perlahan mulai terlelap.
Tepat pukul setengah lima pagi alarm ku mengaung kencang di telingaku. Dengan nyawa yang masih belum sepenuhnya terkumpul, aku bangkit dari kasur. Tiga menit aku berdoa lalu dengan segera menuju ke kamar mandi.
Dengan mengenakan kemeja abu-abu dan celana jeans hitam aku menatap wajahku di cermin sambil meneguk secangkir kopi tubrukku yang sudah nampak dingin.
"Gave, udah dimana?" terdengar suara yang sangat familiar di balik telepon. Willy.
"Otw," jawabku singkat lalu segera mematikan telponnya.
Aku tiba tepat sebelum bis nya berangkat. Dan, kurasa kisah cintaku akan bermula disini.
Hello!!
Welcome to my new story~So, don't forget to vote and comment!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Kopi
Teen FictionSeperti halnya kopi, realitas pun begitu. Ada kalanya hidup ini pahit bagi yang tidak menikmatinya. Tapi bagi penikmat sejatinya, hidup terasa begitu nikmat. Akan tetapi, hidup ini cair. Semesta ini bergerak. Kita hanya perlu meyakinkan hati kita...