Langit memang mirip sekali dengan semesta. Mereka bersekongkol untuk menjadikan pagiku ini buruk. Ditengah kilatan sinar mentari yang menerobos masuk ke dalam kamarku, tiba-tiba saja gemuruh menyambar-nyambar jendela kamarku. Aku mengernyitkan dahi.
"Apa cuaca di kota ini sedang mempermainkanku?"
Aku menghela napas pelan.
"Pagi ini kau berhasil, semesta."
Drrtttt
Ponselku berdering. Aku melihat nomor yang tertera jelas di layar hp-ku. Sebenarnya, aku malas sekali mengangkat nomor tak dikenal. Tapi aku memilih mengangkatnya daripada lelah mendengar dering hp-ku yang berulang-ulang.
"Ha.." belum selesai aku mengucapkan sepotong kata, lawan bicaraku itu langsung mematikan sambungan telepon. Aku menghela napas, sedikit kesal dengan manusia dibalik telpon itu.
Drrttttt
Ponselku berbunyi lagi. Dan nomor itu lagi.
"Hello! Please, i don't have much time."
Lagi-lagi telpon dimatikan. Ingin rasanya aku memblokir nomor itu.
Dua menit kemudian, sebuah pesan masuk ke ponselku.
From : 08524*******
Hello, Mr. Alaric. Senang mengerjai anda. Hehe
Aku memutar bola mataku lalu tersenyum kecil. Ahh, cewek itu.
***
Sepulang kuliah, aku mampir ke sebuah toko buku bekas di sudut jalan itu. Ini sudah kali kedua aku menjejakkan kaki di bangunan tua ini.
Aku melambaikan tanganku ke arah gadis itu. Nampak ia sedang sibuk melayani pelanggan. Namun, ia sempat menoleh ke arahku, tersenyum dan mempersilakan aku duduk.
"Lo? Ahh.."
Gadis itu tertawa, membuatku enggan melanjutkan kalimatku.
"Kesel ya sama saya?" Matanya menyorot ke arahku.
"Sedikit." Ucapku sambil beranjak dari tempat duduk, membolak-balik halaman sebuah buku tebal.
"Gue mau ini." Kataku lagi sambil menunjukkan buku yang baru saja kubaca.
Gadis itu tertawa.
"Ngapain beli kamus? Saya bisa kok jadi guru les privat bahasa inggris kamu." Tawarnya.
Aku menaikkan satu alisku. Ragu dengan ucapan gadis itu.
"Serius?"
Dia mengangguk. Spontan aku langsung memeluk gadis itu.
"Makasih banget."
Aku melepaskan pelukanku setelah menyadari bahwa tindakanku itu tidak sopan.
"Sorry."
"Santai aja. By the way, tadi itu nggak gratis."
"Gue bayar berapapun lo mau."
"Saya bercanda. Saya akan ajarin kamu selama kamu mau ikutin syarat dari saya."
Aku mengangguk cepat.
"Tunggu disini!"
Gadis itu nyelonong pergi meninggalkanku seorang diri di toko itu.
#authorsnote
Comeback! Btw, author lagi cari cast buat cerita ini. Yang punya saran, corat coret di komen ya.
Tunggu kelanjutannya, ya!
Love,
Author
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Kopi
Novela JuvenilSeperti halnya kopi, realitas pun begitu. Ada kalanya hidup ini pahit bagi yang tidak menikmatinya. Tapi bagi penikmat sejatinya, hidup terasa begitu nikmat. Akan tetapi, hidup ini cair. Semesta ini bergerak. Kita hanya perlu meyakinkan hati kita...