Hayo-hayo pada penasaran kan? Jadi, mulai part ini, author saranin buat siap-siap.
Siap siap apa thor?
Hehe.. pokoknya siap-siap aja!!
Enjoy!
"Makasih udah nganter saya pulang."
Aku mengangguk sambil tersenyum.
"Don't mention it! Aku yang harusnya makasih."
Ups. Aku? Astaga.
Gadis itu nampaknya sudah sangat mengantuk dan tidak menyadari kejanggalan barusan. Aku mengelus-elus dada. Huft! Untung saja.
"Saya masuk ya, kamu hati-hati di jalan!"
***
Aku benar-benar hampir tidak bisa tidur karena memikirkan hal tadi.
Ah Yasmin. Kau mengganggu tidurku. Bagaimana bisa aku mengatakan 'aku' pada orang selain keluargaku.
Pada gadis yang teramat kucintai saja aku tak pernah menyebut diriku aku.
Kaku sekali memang. Tapi mungkin dengan begitu aku akan lebih nyaman berkomunikasi dengan Yasmin.
Atau?
Ini pertanda Tuhan agar aku segera melupakan gadis itu dan mulai mencintai orang lain?
Dan orang lain itu Yasmin? Begitu?
Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal.
Sedari tadi aku pusing memikirkannya. Tapi untuk apa?
Aku pergi ke tempat ini untuk mengejar cita-citaku. Bukan untuk melupakan Ree.
Aku masih mencintainya. Tapi bagaimana dengan Willy? Si cowok kutub es itu. Aku lebih baik melepaskan Ree daripada melihat Ree tak bahagia bersamaku.
Postingan Willy semalam meyakinkanku, bahwa ia memang benar-benar mencintai Ree.
Aku memejamkan mataku.
***
Aku melangkahkan kakiku dengan malas menuju dapur. Sulit sekali memiliki kakak perempuan yang sedang hamil muda dan kakak ipar yang sedang melanjutkan s3 nya sambil bekerja.
Aku menelpon gadis itu.
Seutas senyum mengembang di wajahku begitu mendengar jawaban dari lawan bicaraku itu.
Setengah jam kemudian, gadis itu datang dengan dua buah bungkusan plastik titipanku di tangannya.
"Lo telat sepuluh menit. Kakak gue udah ngomel daritadi."
"Harusnya tadi saya ngga dateng kesini ya." Yasmin membalikkan tubuhnya. Berjalan keluar dari dapur.
"Eh bercanda. Jangan marah! Nanti cantiknya hilang loh." Aku menarik tangannya.
Lagi.
Aku menangkap senyum kegugupannya.
"Boleh gue ngomong 'aku-kamu' ke lo? Gue pengen lebih akrab sama lo."
Gadis itu menunduk. Pipinya bersemu. Sepertinya aku mulai menyukainya.
Hahaha.
Aku tertawa dalam hati.
Welcome back!
Author udah nemu nih cast yang cocok. Tunggu di part selanjutnya ya. Bakal aku umumin siapa yang cocok.
Love,
Author
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Kopi
Teen FictionSeperti halnya kopi, realitas pun begitu. Ada kalanya hidup ini pahit bagi yang tidak menikmatinya. Tapi bagi penikmat sejatinya, hidup terasa begitu nikmat. Akan tetapi, hidup ini cair. Semesta ini bergerak. Kita hanya perlu meyakinkan hati kita...