Aku berdiri di samping seorang gadis dengan sedikit tergesa-gesa. Ah bau ini lagi. Aku mengenalnya. Hanya saja, aku tak mengetahui nama gadis ini. Aku menyukai bau tubuhnya. Minyak kayu putih dan bedak bayi. Ahh sungguh, ini menenangkan.
"Gavin, Ree, kalian bisa pindah ke bis satu. Disana masih ada tempat kosong untuk kalian," ucap salah seorang panitia.
Aku sedikit bernapas lega mengingat aku tidak akan berdiri disini selama hampir 3 jam. Ahh ternyata nama gadis itu Ree.
Aku berjalan menuju bis 1 diikuti oleh Ree yang berjalan tepat di belakangku. Aku memperlambat jalanku agar bisa beriringan dengannya. Dia menyunggingkan senyum simpulnya.
"Boleh gue bantu bawain tas lo?" Aku menawarkan sedikit bantuan kepadanya. Aku menatap wajahnya yang tampak sedikit ragu padaku. Aku mengangkat alisku dan tersenyum.
"Thanks," ucapnya setelah kami sampai di bis satu dan menaruh barang-barang kami di bagasi.
"Gave!" Ucap seseorang dari jendela bis. Aku mendongakkan kepalaku. Ah Willy.
"Ayo naik!" Ajakku. Ree mengangguk.
Dan, kami terpisah. Aku duduk bersama Willy dan dia duduk dengan temannya.
Tepat. Tiga jam kemudian kami tiba di tempat tujuan setelah tersasar ke beberapa tempat.
Kami harus berjalan sejauh satu setengah kilometer agar bisa sampai di penginapan karena jalanan tampak sedikit rusak dan bis kami tidak bisa melewati jalan itu. Aku menghela napas pelan sambil membayangkan berjalan satu setengah kilometer dengan membawa tas yang sepertinya beratnya sudah melebihi berat tubuhku. Argghh.
Tapi dengan cepat aku menyingkirkan pikiran-pikiran konyol itu saat melihat Ree menggendong tas nya yang cukup berat dan menenteng sebuah tas berukuran sedang di tangannya. Kini dia berjalan di depanku. Begitu semangat. Tak mau kalah, akupun segera menggendong tas ku. Berusaha mengejarnya tapi tak sampai. Gadis itu bahkan lebih kuat dariku.
Willy yang sedari tadi terus menatapku dengan heran mulai angkat bicara.
"Lo kenapa sih?" Sahutnya. Aku hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum malu.
***
Setelah tiba di penginapan, kami menuju kamar masing-masing. Kami dipersilakan untuk istirahat sejenak melepas penat setelah perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan itu.
Tapi, kurasa ada yang berbeda dengan gadis itu. Dia malah duduk di tepian kolam sambil memberi makan ikan-ikan dengan roti miliknya.
"Hey, lo ngga istirahat?" Ucapku tiba-tiba. Gadis itu tersentak kaget dan segera menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Lo sendiri?" Dia balik menanyaiku.
"Tadinya gue pengen istirahat, tapi pas gue liat ada yang menarik di kolam ini, gue langsung kesini."
"Emang apa yang menarik?" Ree nampak heran dengan pernyataanku barusan.
"Lo!"
Dia tertawa kecil. Aku suka.
------
Mereka bilang, salah satu cara membuatnya jatuh cinta adalah aku harus sering membuatnya tertawa. Tapi, setiap kali dia tertawa, malah aku yang dibuatnya jatuh cinta.
------
Duhh author lagi dimabuk cinta nihh..
So, jangan bosen-bosen baca kelanjutannya yaa!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Kopi
Novela JuvenilSeperti halnya kopi, realitas pun begitu. Ada kalanya hidup ini pahit bagi yang tidak menikmatinya. Tapi bagi penikmat sejatinya, hidup terasa begitu nikmat. Akan tetapi, hidup ini cair. Semesta ini bergerak. Kita hanya perlu meyakinkan hati kita...