Telepon

14 2 0
                                    

"Temenin saya jalan yuk. Saya lagi mumet banget sama tugas kuliah."

"Hmm.. boleh deh. Yuk! Kemana?"

Dia menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Kemana ya?"

"Aku tau.. Kita ke Bali."

"Yuk! Balinya Amerika." Ucapnya spontan, sepertinya dia tahu apa yang ku maksud.

Mata gadis itu berbinar. Dia tersenyum lebar sekali.

"Kamu mau berdiri di sini sampe lumutan? Ayo!" Ia menarik tanganku.

***

Ponselku berdering, melantunkan lagu Mike Mohede-sahabat jadi cinta.

Aku memberikan ponselku kepada Yasmin, menyuruh gadis itu mengangkatnya.

"Kok saya?"

"Cepet angkat sebelum telponnya mati!"

"Ehh. Iya iya"

"Halo!"

"Gave?"

"Excuse me. Sepertinya anda salah sambung."

"Siapa tadi?" Tanyaku ketika kami sampai di pantai Waikiki.

"Namanya Willy. Tapi dia nyariin gave. Kayaknya dia salah sambung."

Mataku membulat sempurna.

Willy?

Ada apa dia menelponku? Dan dari mana dia mengetahui nomor baruku?

"Kenapa?" Tanyanya penuh selidik.

Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum.

"Aku ke toilet sebentar ya."

***

"Halo"

"Gave! Lo apa kabar? Tadi itu siapa? Gimana kuliah lo?"

"Banyak nanya lo!"

"Serius. Tadi itu siapa?"

"Yasmin."

"Yasmin siapa? Cewek lo? Wih hebat ya lo dapetin cewek bule. Eh? Tapi namanya kok nama indo?"

"Lo sejak kapan jadi kepo gini sih? Biasanya lo diem gak ketulungan."

"Oh iya. Gua nelpon lu mau ngasih tau kabar bahagia."

"Heleh paling lu mau ngasih tau kalo lo habis menang tiga kali berturut turut main dota."

"Ih enggak. Gue keterima di Akmil!"

"Hah? Serius lo?"

"Iya serius."

"Wah gila sih. Gak sia sia gua ngajarin lo nembak."

"Hah?"

"Nembak cewe wkwk. Bakal ada syukuran ga nih di rumah lu? Kalo ada gua otw jakarta sekarang nih. Lumayan makan gratis."

"Lu sejak kapan jadi gobl*k gitu sih Gave? Ongkos pesawat lo aja udah bisa buat makan sebulan lo disana pea."

"Ya lo yang bayar lah. Enak aja gua."

"OGAH!"


"Oh iya, Ree apa kabar? Gue denger lo lagi deket sama dia ya?" Tanyaku penuh selidik.

"Hahaha.. tau aja lo. Dia kan mantan gue."

"Widihh.. Terus lo berencana buat balikan?"

"Kayaknya sih gitu. Doain aja, ya!"

JLEB. Seperti ada samurai yang menusuk inti jantungku. Jadi benar apa yang kulihat di instagram tempo hari?

"Pastinya.. Udah dulu ya. Gua lagi di luar. Kapan-kapan kita telponan lagi. Bye sayang. Loph yuhh!"

"Lophh yu tuhh"

***

"Lama ya? Sorry. Perutku lagi nggak enak." Ucapku ngasal.


"Serius? Ini saya bawain minyak kayu putih. Sini saya olesin." Ia malah menanggapinya dengan serius.

"Ehh.."

Gadis itu mendekat. Lalu membuka kancing kemejaku. Aku membiarkannya melakukannya.

Satu.

Dua.

Tiga.

Ya Tuhan. Jantungku berdebar kencang.

Tangannya yang halus mengoleskan minyak dengan lembut ke perutku. Sesekali dia menatapku sambil tersenyum.

Aku benar-benar tak tahan lagi. Sepertinya aku memang sudah jatuh cinta pada gadis ini.

Aku menarik gadis itu. Lalu mendekapnya erat. Sangat erat.

#author'snote
Aduhhh.. author kapan diginiin? Heleh mupeng lu thor wkwk.

Segini dulu ya part ini. Baca terus ceritanya karena bakal ada hal-hal menyenangkan lain yang akan terjadi.

Love,
Author♡

Elegi KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang