The Best Day

20 2 0
                                    

Aku bisa merasakan degup jantungnya yang begitu cepat.

"Yas.."

Gadis itu diam. Nampaknya ia begitu gugup sekarang.

"Yas.." panggilku sekali lagi, tentu saja dengan lembut.

Dia melepaskan pelukanku lalu berjalan menjauh.

Aku mendekatinya.

"Jangan dekat-dekat. Saya hampir mati tadi."

"Eh? Kamu gak apa kan? Aku terlalu kasar ya meluknya? Maafin aku.. " Tanyaku khawatir.

"Bukan. Saya gak bisa napas.. saya gugup banget.." gadis itu menundukkan kepalanya. Membuatku gemas melihat tingkahnya.

Aku meraih tangan kanannya lalu menatapnya dengan sangat lekat.

"Yas.."

"Aku"

"Aku pengen peluk kamu lagi, boleh?"

Yasmin tersenyum malu. Ia terdiam sejenak lalu mengangguk.

Aku mendekapnya lagi. Kali ini lebih erat.

"Hey"

"Kamu gak sesak napas lagi kan?"

Tak ada jawaban dari gadis itu. Karena khawatir gadis itu mati karenaku, aku melepaskan pelukanku.

Dan..

Dia malah tertawa karena berhasil mengerjaiku.

"Aku hampir mikir kamu mati tau gak sih.."

"Segitu takutnya kehilangan saya?"

"Kamu tunggu disini sebentar!" Ucapku lalu berjalan pergi meninggalkan gadis itu.

"Yasmin, aku cinta sama kamu." Ucapku sambil membawa segelas kopi dan segelas matcha latte.

Dia tertawa. Manis sekali.

"Kok ketawa?" Tanyaku.

"Can you show me?" Dia menatap mataku.

Aku meletakkan kedua gelas tadi di meja pantai, lalu meraih tangan kanan gadis itu dan meletakkannya di dadaku.

"Can you feel my heartbeat?"

Yasmin diam. Sepertinya aku harus bersiap jika akan ditolak.

"Kok diam?" Tanyaku.

Ekspresinya langsung berubah. Ya, sepertinya dia ilfeel.

"Yaudah deh gak apa kalo kamu gak suka aku." Aku tersenyum pahit lalu berlalu meninggalkannya.

"Kamu gak ngasih saya kesempatan buat jawab?" Teriaknya.

Aku membalikkan tubuhku. Yasmin sedang tersenyum sangat manis disana.

"Saya juga cinta sama kamu." Teriaknya lagi. Aku berlari menghampirinya.

"Aku perlu ijin dulu gak? Aku mau peluk kamu."

Dia mengangguk, aku segera memeluknya.

"Aku gak mau kehilangan orang yang ku sayangi lagi." Bisikku, hampir tak terdengar. Ya, setelah Ree dan kedua orang tuaku.

"Tuhan, jangan pisahkan aku dengan gadis ini.." Gumamku. Kuharap Tuhan mendengar doaku.

"Saya haus." Ucap gadis itu, saat aku masih mendekapnya. Aku tertawa kecil.

"Nih minum. Habis ini aku mau peluk kamu lagi ya." 

***

Matahari masuk kembali ke tempat peraduannya. Aku kembali ke rumah setelah mengantar kekasihku itu pulang. Tak lupa aku membawa Matca latte untuk si bumil di rumah.

"Habis dari mana?" Tanyanya penuh selidik.

"Waikiki."

"Sama siapa? Kok gak ngajak gue sama Rhey?"

"Yasmin."

"Wih, makin lengket aja lo sama gadis itu. Jangan-jangan lo..."

"Ssttt.. diem. Nih minum!" Aku meletakkan matcha latte kesukaannya di depan matanya. Seketika ia langsung diam.

"Dasar kakak durhaka! Giliran disogok aja langsung diem." Umpatku.

"Bang Rhey mana?" Tanyaku. Aku ingin menanyakan sesuatu padanya.

"Di dapur. Gue suruh masak rendang."

"Hah?! Yang bener aja?"

"Udah sana lo bantuin dia. Kasian.."

Aku benar-benar heran dengan kelakuan kakakku yang manja ini.

Huft..

Untung lu kakak gua.

#author'snote

Udah baper belom? Terus gimana dengan Ree ya?

Hayoo pada dukung GaveRee atau GaveYasmin?

Btw si bumil lama-lama nyebelin juga ya. Untung bang Rhey sabar. Hehehe

Stay terus baca ceritanya ya!!

Love,
Author♡

Elegi KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang