Aku merebahkan tubuhku di kasur. Sudah pukul sembilan lebih tiga puluh lima menit. Biasanya, aku sedang menghabiskan waktu bersama dengan gadis itu.
Ya, sudah lebih dari sebulan. Dan aku mulai merindukannya.
Ya, seandainya..
Ah hanya seandainya
***
Aku membuka handle pintu yang sudah kesekian kalinya kupegang.
Gadis itu tengah menelpon seseorang dan nampaknya lawan bicaranya itu juga orang indonesia.
Dia tersenyum lalu mengisyaratkan aku untuk duduk di salah satu bangku yang memang sudah disediakan untukku.
"Udah dulu ya, aku lagi ada urusan dulu nih. Byee," ucap gadis itu lalu bergegas menuju tempat dudukku.
"Sorry tadi adik saya telpon," ucapnya lagi. Aku mengangguk.
"Yaudah kita mulai aja ya.."
***
Dua jam berlalu. Rasa kantuk mulai menyerangku. Benar benar membosankan belajar bahasa inggris.
"Hey.."
"Ada apa?"
"Mau temani gue ngopi?"
Gadis itu nampak berpikir sejenak, lalu mengangguk.
"Lo beneran gak mau ngopi? Gue yang traktir deh.." ucapku membujuknya.
Yasmin menggeleng.
"No, thanks. Saya punya penyakit maag."
"Yah, kenapa gak bilang daritadi. Kan kita bisa ke kedai yang jual latte juga.."
Yasmin tersenyum. Entah dengan senyuman apa itu.
"Kalo gitu, habis ini kamu beliin saya matcha latte 2 ya! Oh iya, saya juga lagi pengen strawberry pudding. Saya tau kedai yang paling enak." Ucapnya semangat. Sekarang aku menyadari, senyumannya barusan adalah senyuman licik.
Aku menghela napas.
"Apapun buat lo deh.."
***
"Alaric!"
Aku menoleh.
"Matcha latte yang kamu beliin tadi sore enak. Kakak mau lagi."
"Iya besok alaric beliin lagi."
"Gak mau. Kakak maunya malem ini. Cepet beliin!" Rengeknya sambil memonyong-monyongkan bibirnya.
"Kak udah jam segini. Kedainya pasti udah tutup. Lagian kakak gak lihat adik kakak yang ganteng ini udah capek banget?"
"Sayanggg!!!" Teriaknya sambil berjalan menuju ke arah ruang kerja bang Rhey.
"Ya Tuhan, mau apa lagi bumil ini."
"Eh kak!!"
"Tunggu!"
"Iya alaric beliin."
Aku menggarukkan kepalaku yang tidak gatal. Kasian bang Rhey kalau harus terganggu pekerjaannya.
Tapi, kedai itu buka hanya sampai sore hari.
Cobaan apalagi ini.
"Tunggu sepuluh menit, gue ke rumah lo!"
***
"Gara-gara matcha latte lo tadi nih, jam tidur gue jadi ke ganggu." Aku mendengus sebal.
Yasmin terbahak.
"Udah saya bilang, latte tuh terbaik. Daripada kopi, bikin penyakit."
"Eh jangan salah. Gue malah sakit kalo gak minum kopi."
"Yeh, itu sih kamunya aja yang udah kecanduan. Hahaha."
Aku benar-benar senang melihat cewek itu tertawa puas malam ini.
"Thanks ya.." ucapku sambil mengacak rambut gadis itu.
"Hah?" Dia tersentak kaget.
"Lo udah nemenin gue malem-malem gini." Aku menatap matanya sangat lekat.
"Heh? Iya santai aja.." Gadis itu tersenyum kikuk. Bisa kulihat ada siratan kegugupan di matanya.
"Gue kayaknya mulai....."
***
#author'snote
Mulai apa hayo? Hahaha
Sepi amat ya readers nya? Lama-lama makin menipis. Pasti gara2 jarang update nih jadi pada ilang-ilangan. Berhubung author lagi libur, author bakal sering2 update kok. Doain aja ya..
Love,
Author♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Kopi
Teen FictionSeperti halnya kopi, realitas pun begitu. Ada kalanya hidup ini pahit bagi yang tidak menikmatinya. Tapi bagi penikmat sejatinya, hidup terasa begitu nikmat. Akan tetapi, hidup ini cair. Semesta ini bergerak. Kita hanya perlu meyakinkan hati kita...