"Argghh!!" Gerutu Willy ketika aku berhasil mengalahkannya bermain ludo.
"2-0 ya hahaha," aku tertawa penuh kemenangan. Willy hanya tersenyum kecut sambil menatapku dengan tatapan awas aja lain kali lo yang bakal gue kalahin.
Setelah itu hanya hening yang ada di antara kami. Willy sibuk dengan ponselnya dan aku hanya menatap langit malam.
"Hoammm..." Willy menguap. "Bro, gue tidur dulu ya."
"Iya bro, mimpiin gue ya!"
"Maho!!!"
Aku merebahkan tubuhku di loteng villa. Angin malam merasuk tajam ke ubun-ubunku.
Aku menyukainya.
Tidak, bukan angin malam. Tapi gadis pecinta kopi itu.
Kurasa, aku menyukainya.
Caranya tersenyum. Membuat jantungku seolah ingin copot.
Caranya tertawa. Membuat duniaku berputar-putar tak tentu arah.
Dan.
Caranya menyeruput kopi. Sungguh, aku tak tahan. Aku sudah gila rasanya."Ah!! Lebay amat sih gue.." gerutuku kesal. Nyatanya, aku memang sudah benar benar gila.
"Kenapa?"
Hah?! Suara itu. Lagi.
Aku mendongak mencari asal suara itu.
Dan, aku menangkap sosok Ree yang tengah membawa 2 cangkir kopi di tangannya. Dia tampak menawan setelah angin malam meniup kencang rambut panjangnya. Aku mengerjapkan mataku.
"Wahh.. bidadari di atas loteng.." ucapku spontan.
Dia tertawa kecil.
"Kopi buat gue, nih?" Tanyaku percaya diri.
"Ih, geer banget lo!"
"Harusnya lo ngga usah repot-repot. By the way, makasih loh ya," sahutku sambil merebut secangkir kopi dari tangan Ree.
"Iya, tadi gue ketemu Willy di dapur. Katanya lo di loteng. Jadi sekalian aja gue bikinin kopi buat lo. Gue paham kok, malem malem gini emang enaknya ngopi."
"Duhh ilah perhatian banget." Aku menyenggol gadis kopi itu.
Dia tertawa lagi.
"Duh jangan ketawa dong! Meleleh nih gue." Godaku. Aku menyesap kopi hangat di tanganku. Mantap. Enak banget.
"Heleh, emangnya lo es krim. Meleleh segala. Lebay amat." Ledeknya. Aku menyesap kopi hangat di tanganku sambil mengutuki diriku sendiri karena ternyata lawakanku barusan garing.
"Lo bikin kopi pake sensasi cinta ya? Enak banget," pujiku.
"Lo kali yang minumnya terlalu pake perasaan.." Ree tertawa. Lagi-lagi aku skakmat.
"Tapi, meskipun lo konyol dan ngga jelas, gue suka kok temenan sama lo," dia tersenyum sambil merapikan poninya yang sempat terkibas angin.
"Gue kira lo mau bilang kalau lo suka sama gue hahaha!!" Aku tertawa renyah sambil melirik wajah gadis itu yang nampaknya tersipu malu karena perkataanku barusan.
"Lo mau nggak jadi sahabat gue?"
"Harusnya lo bilangnya gini 'lo mau nggak jadi pacar gue' gitu!" Bisikku dalam hati.
"Jangan bengong aja! Mau ngga?" Ree membuyarkan lamunanku.
Aku mengangguk cepat.
"Nggak apa deh jadi sahabat lo dulu. Gue jadi bisa semakin dekat sama lo." Ucapku pada bulan yang kini menjadi saksi bisu antara aku dan Ree.
····
I looked at you as a friend until i realized that I love you~····
Author minta maaf banget atas keterlambatan update karena sedang menghabiskan masa liburan.
Author juga minta maaf karena di bagian ini kayaknya masih awkward banget ya?
Kalo ada typo atau kesalahan EYD jangan sungkan-sungkan buat comment ya!
Love,
Author
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Kopi
Teen FictionSeperti halnya kopi, realitas pun begitu. Ada kalanya hidup ini pahit bagi yang tidak menikmatinya. Tapi bagi penikmat sejatinya, hidup terasa begitu nikmat. Akan tetapi, hidup ini cair. Semesta ini bergerak. Kita hanya perlu meyakinkan hati kita...