Yoongi terbangun tanpa Jimin di sebelahnya. Pemuda itu segera duduk lalu berjalan keluar kamar. Samar-samar Ia mendengar suara gaduh dari arah dapur.
"Tuan, lebih baik anda pergi kembali ke kamar. Tuan Yoongi bisa memarahi saya kalau anda berlama-lama disini." terdengar suara seorang perempuan dari arah dapur. Yoongi sangat mengenal suara itu, Bibi Kim. Kepala maid dirumahnya.
"Tuan, hati-hati. Sedikit saja jari anda tergores, kepala saya bisa terpenggal." Kata-kata itu membuat Yoongi terkekeh. Lalu diam-diam Ia menghampiri kedua orang itu.
Bibi Kim menyadari keberadaannya dari jauh, perempuan paruh baya itu langsung pergi meninggalkan dapur ketika mendapat kode dari Yoongi.
Yoongi terkekeh pelan saat Jimin sama sekali tidak menyadari keberadaannya. Pemuda yang lebih tua memanfaatkan keadaan. Ia melingkarkan kedua lengannya di pinggang Jimin, lalu mengecupi leher pemuda itu.
"Sedang apa?" Tanya Yoongi sambil memperhatikan tangan Jimin yang dengan cekatan memotong bahan masakan.
"M-m-mem-b-buat s-s-sarapan u-u-untuk h-h-hy-ungie" Ucap Jimin terbata-bata. Yoongi hanya tersenyum, lalu mengeratkan pelukannya di pinggang Jimin.
"Kau tidak perlu repot-repot sayang. Kan ada Bibi Kim?" Yoongi mengusap pinggang Jimin, membuat Jimin hanya tersenyum lalu menggelengkan kepala.
"A-a-aku akan m-m-mencoba m-m-memasak u-u-untuk Y-Yoongi h-hyung" Ucap Jimin sambil tersenyum, membuat Yoongi gemas dan menempatkan satu kecupan di bibir tebal Jimin.
"Baiklah, aku tunggu di ruang tengah ya sayang." Yoongi bergumam diatas kepala Jimin, lalu meninggalkan pemuda imut itu.
***
Setelah selesai makan siang, Yoongi dan Jimin kembali bermesraan di dalam kamar. Dengan posisi Jimin di atas pangkuan Yoongi—memainkan helaian pirang milik Yoongi—dan Yoongi yang sedang bermain dengan telepon genggam miliknya.
Tuk tuk
Jimin mengetuk dahi Yoongi pelan dengan telunjuknya sebanyak dua kali, membuat Yoongi langsung menatapnya. Yang ditatap hanya bisa memberikan senyuman menggemaskan, membuat Yoongi terkekeh lalu menyingkirkan handphone miliknya.
"Apa sayang?" Tanya Yoongi sambil menyingkirkan poni dari dahi Jimin.
Tidak, Hyung hanya terlalu sibuk dengan handphone. Jiminnie tidak suka. Jimin mengerucutkan bibirnya, membuat Yoongi terkekeh lalu menempatkan satu ciuman lembut di bibir tebal itu.
"Iya-iya. Aku akan memperhatikanmu sekarang. Mau apa?" Yoongi menatap Jimin dengan senyuman manisnya, membuat pipi Jimin dihiasi warna merah yang cantik.
Bukannya menjawab, laki-laki itu malah menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Yoongi. Membuat Yoongi semakin gemas.
Ditangkupnya kedua pipi chubby Jimin, lalu membawa wajah imut itu mendekat ke arah wajahnya.
"Bayi siapa ini bayi siapa?" Yoongi memainkan kedua pipi Jimin membuat Jimin tersenyum lebar lalu menjawab
"I-i'm d-daddy's babyboy!" Mendengar itu Yoongi membeku. Jimin begitu polos, Yoongi jadi penasaran darimana Jimin tahu kata-kata seperti itu.
"Hei! Jiminie belajar dari siapa menggoda seperti itu heh?" Yoongi mencubit pelan ujung hidung Jimin, membuat Jimin terkekeh lalu membuat ekspresi polos.
"A-a-aku m-m-melihatnya d-d-di in-internet k-k-kemarin!" Ucap Jimin dengan aura bahagia. Membuat Yoongi terkekeh lalu mengusak rambut bayi besarnya itu.
"Memangnya Jiminie tahu artinya apa?" Yoongi bertanya dengan nada meledek. Membuat Jimin agak melompat di pangkuannya—merajuk.
Jiminie tahu!
"Kalau begitu, hyung mau tanya. Apa yang seorang babyboy lakukan untuk menyenangkan daddynya?" Yoongi bertanya—sekaligus memancing—pada Jimin. Tangannya tak berhenti memainkan rambut bayi besarnya itu.
Obey daddy's rules? Ia menunjukan kertasnya dengan ragu-ragu. Membuat Yoongi makin gemas dan mencium bibir tebalnya.
"Emm. Kau benar, jadi sekarang. Kau harus mematuhi semua peraturan yang kuberikan ya?" Yoongi berbicara diatas permukaan bibir tebal Jimin, membuat Jimin hanya bisa mengangguk dengan pipi merah seperti apel.
"Now, listen to me. Take off your clothes. All of them. And makes daddy happy."
TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
SUGA(r) DADDY ↔ Yoon.Min
FanfictionApa yang seharusnya ayahmu lakukan ketika keluarga kecilmu mengalami kebangkrutan? Mempertahankan keluarga kecilnya atau- Menjual satu-satunya putra yang Ia punya? Yang selalu Ia anggap sebagai "kesalahan" dalam hidupnya?