~Levi's POV~
Kebetulan aku sedang ingin mengisi bensin. Sopir memarkirkan mobil di sebelah tempat pengisian bensin.Aku bosan menunggu. Aku melihat ke arah sekitar, mau menyegarkan mata. Tatapan mataku tertuju ke toilet. Tak sengaja aku melihat (y/n).
Ia berjalan ke gang kecil. Lalu, seseorang membekapnya dari belakang. Sepertinya ia akan menculik (y/n).
Seolah sadar dengan apa yang sedang aku lihat, Petra menaruh lembut jari-jarinya di daguku dan mengarahkan daguku ke hadapannya. Ia memelukku erat.
Jujur saja sih, aku jijik sekali. Aku berharap ini adalah (y/n) dan yang diculik itu Petra. Aku ingin lari keluar tapi terhalang oleh keterbatasanku. Bagaimana bisa lari kalau kakiku yang kiri hanya sampai lutut dan yang kanan hanya sampai pergelangan kaki --". Ya sebenarnya aku sudah memasang implan kaki palsu dengan teknologi canggih untuk mengganti kakiku, sih.. tapi ya tetap saja. Aku belum terlalu terbiasa karena baru saja dipasang beberapa jam yang lalu.
Aku sebenarnya tidak akan mau pergi dengan Petra kalau ia tidak memberi imbalan. Ia menawarkan uang 1 milyar kalau aku mau menemaninya, jadi pasangan hidupnya selamanya.
Yang penting uangnya ada di tanganku sekarang. Urusan perjanjian sih gampang. Nanti aku kabur saja. Petra yang aneh. Ya kalau bukan demi keluargaku sih, aku pasti sudah menjauhi Petra.
~Hannes POV~
Usai menutup telepon, aku berjalan ke arah gadis polos berambut (H/C) (H/L).Aku duduk di sampingnya, memberikan senyuman licik.
"Halo. Lihat, sepertinya Eren tidak peduli padamu sama sekali, ya. Hahaha."
Aku meraba pipinya.
"Bagiku, kau itu bagaikan daging terenak bagi manusia kanibal yang haus darah, hahaha."
Aku melihat (y/n) hanya mencoba meronta.
Aku makin mendekat ke arahnya, memegang erat kedua tangannya. Dan, aku mengunci posisinya dengan kedua tangan dan kakiku, sehingga ia tidak bisa bergerak.
Aku kemudian menjilati lehernya, seolah bagai vampir yang haus darah.
"Tenang saja, aku bukanlah kanibal yang akan memakanmu!"
Aku mengambil pisau dari sakuku dan menaruhnya di meja dekat situ.
"Turuti semua yang kumau, atau bila tidak, ya... selamat tinggal duniamu yang buruk itu." Aku beri penekanan di kata buruk.
Di tempat penculikan yang tersembunyi ini harusnya tidak ada yang bisa menemukanku. Lagipula aku sudah mengunci pintu dan ini sudah malam. Tapi...
Gubraakk!!!
~Levi POV~
Beberapa waktu yang lalu...
"Tunggu sebentar, aku ingin ke supermarket dekat gang itu," ujarku berbohong, padahal aku ingin menguntit si penculik."Aku temani ya~", ucap Petra. Tch, orang ini memang merepotkan.
"Tidak perlu." Aku membuka pintu mobil dan segera keluar. Aku diam-diam mengikuti penculik itu.
Masuk ke sebuah gedung tua yang telah hancur karena kerusuhan tahun 1997?! Wah pasti ada yang tidak beres nih.
Usai orang itu masuk, aku bergegas mendekati gedung tua itu. Aku masuk ke dalamnya, berjalan pelan supaya meminimalisir suara yang ditimbulkan dari langkahku.
Gedung ini besar sekali, bagaimana bisa aku menemukannya dalam waktu singkat? Aku terdiam sejenak, berusaha berpikir.
"Turuti semua yang kumau, atau bila tidak, ya... selamat tinggal duniamu yang buruk itu."
Aku mendengar suara seorang pria sedang mengancam dari arah langit-langit. Suaranya terdengar dekat sekali. Sudah bisa dipastikan ia ada di lantai kedua.
Aku berjalan ke arah tangga, menaiki anak tangga perlahan. Aku takut bila kaki palsu dari besi ini menimbulkan suara. Aku harap tidak.
"Le-le-lepaskan a-"
"DIAM KAU!"
Aku mendengar suara itu dari arah ujung sana. Kuberjalan menuju ujung lantai ini, ah suaranya dari sebuah ruangan bertuliskan gudang. Pintunya terkunci. Disebelah kiri bawah pintu kumelihat ada kunci.
Kunci itu terdapat gantungan yang mengikatnya. Bertuliskan "Kunci Cadangan Punya Nile." Juga sebuah surat.
"Hannes... gua pergi duluan. Ada urusan. Sorry gw tulis lewat surat. Lagian hp gua mati. Lu juga lagi nyari mangsa kan? Wkwkwk."
Hannes dan Nile?! Dia kan pemilik perusahaan WingsFood, dan Nile adalah tangan kanannya. Jangan tanya bagaimana aku bisa tahu jabatan mereka. Dulu, aku adalah seorang manager disana.
Kuambil kunci cadangan itu, membuka pintu dan mendorongnya keras.
Gubraaakk!!!
Pintu terbuka. Aku mendapati Hannes sedang melakukan sesuatu dengan (y/n), sepertinya ia akan disiksa atau mungkin dibunuh apabila aku datang tidak tepat waktu.
"Menyingkirlah kamu dari (y/n)!" Teriakku, mulai masuk ke ruangan sempit ini.
Hannes berdiri, berjalan mendekatiku. "Heh, siapa elo? Apa urusan lo sama dia? Lo siapa hah?" Ucapnya mengambil pisau.
"Lo gak perlu tau siapa gue. Yang jelas, cepetan lepasin dia!"
Ia hendak menancapkan pisau itu ke punggungku, tapi aku menghindar cepat.
Ia memojokkanku ke sudut ruangan, ia membuatku terdesak ke tembok hingga tidak bisa nafas.
Ia mengambil pisaunya, menunjukkannya kepadaku dan ketika ia hendak menusuk dadaku, aku menangkisnya dengan menahan lengannya. Aku mendorongnya hingga jatuh dan menusuknya pada bagian perut, tapi tidak terlalu dalam. Ya, hanya untuk melumpuhkan serangannya saja agar jangan sampai terbunuh.
Aku melepas ikatan tali yang melilit tubuhnya. Aku mengangkat tubuhnya, hendak membawanya keluar dari ruangan terkutuk ini.
Ketika aku sudah tinggal beberapa langkah lagi dari pintu, datanglah Nile dari arah luar. Ia berdiri tepat di depan pintu, sehingga otomatis jalanku terhalang.
"Kau kira dengan mudahnya gitu, Levi?" tanya Nile dengan nada sinis lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Oh. Kau Levi Ackerman pengkhiat perusahaan kami, ya?"
"Haha, berani kau macam-macam disini, kau akan kubunuh, dasar manusia tak berguna." Sambung Nile.
"Aku akan melakukan apa saja yang kalian minta asalkan (y/n) selamat," ucapku, lalu melirik ke wajah (y/n). Ia ketakutan sekali. Aku menurunkannya. Ia tak henti-hentinya melihat wajahku dengan cemas.
"Eren Jaeger ada hutang 2 milyar pada kami. Bila kau menggantikannya untuk membayar, kau boleh bawa pulang dia," kata Hannes dengan senyuman licik.
Si Jaeger ini bagaimana sih! Bisa-bisanya (y/n) diculik karena ia tidak bayar hutang. Bahkan, dia peduli saja tidak bila (y/n) diculik.
Aku tidak ingin ia mengalami sakit hati begitu hebat seperti dulu lagi.
Tunggu? 2 milyar? Aku punya 1,1 milyar tapi sisanya bagaimana. Huft, aku baru ingat... Tadi siang Petra mentransfer uang 1 milyar ke ATMku. Biarlah aku pakai uangku demi keselamatan (y/n).
"Baik, kalau itu maumu," ucapku.
"Transfer sebelum hari berganti atau (y/n) akan kami culik selamanya!"
Aku hanya mengangguk. Mereka mengikat kembali (y/n) di tempatnya lalu melirik ke arahku dan berkata, "waktumu 3 jam. Cepat kembali sambil membawa bukti tranfer!"
Aku hanya melirik sebentar ke arah mereka dan segera keluar dari ruangan itu, bergegas turun untuk memanfaatkan waktu yang ada.
Aku harus cepat, aku tak mau kalau (y/n) jatuh ke tangan orang-orang hina seperti mereka. Sudah cukup penderitaan dia akibat aku terlalu menuruti perintah dari keluargaku. Sekarang, aku harus melakukan sesuatu untuknya sebagai silih penebusan dari kesalahanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
broken promise [ levi x reader ]
Fanfiction[2015] "[Name], aku sungguh mencintaimu. Aku janji bahwa aku akan selalu bersamamu, selamanya." - Levi Ackerman, 2015. [2017] "Kita putus," ujarnya. Now, it's just a broken promise. Credits : IVORY KIEHL