Regret

1K 136 11
                                    

"Aku benci Levi. Dialah yang menghancurkan hatiku sekaligus penyebab orangtuaku terbunuh."

-3rd Person POV-
Sementara ambulance telah datang, Levi segera dilarikan ke rumah sakit. Levi dirawat di ruang ICU RS. Medistra Kyojin nomor 4.

Sementara, Felice hanya menunggu Levi diluar. Levi sedang menjalani pemeriksaan.

~Felice POV~
"Saya dokter yang memeriksa Levi. Kondisinya sedang kritis namun masih bisa ditolong, tapi kedua kakinya harus diamputasi," ucap dokter bernama Hanji.

"Ya sudah, silakan saja. Biaya semuanya akan ditanggung (y/n)," ucapku, licik. Sudah, biarkan saja si (y/n) yang tanggung.

Kaki Levi diamputasi?

*tring*

HP-ku berbunyi. Aku membukanya dan terlihat ada notifikasi Line dari Berthold. Ya, Berthold sudah mengejarku sejak 2 bulan yang lalu.

Berth. : Felice, besok malam kita jalan yuk? <3

Apa aku putuskan saja hubunganku dengan Levi? Buat apa juga sama Levi, sama orang cacat. Mending sama Berthold, lebih kaya dan sempurna. Apa aku kembalikan saja si pendek ini ke pemiliknya? HP ku bunyi lagi.

Berth. : Aku gak suka penolakan ^^ Apapun itu, besok malam aku akan ke rumahmu dan mengajakmu pergi keluar, oke? Muach <3

Aku bimbang. Apa gunanya juga sih bareng Levi Ackerman? Ngakunya manusia terkuat dan selalu melindungi orang yang disayanginya, tapi, kenyataannya? Mana mungkin ia  bisa melindungiku kalau ia saja tidak punya kaki, tch.

(Your name), kukembalikan lagi Levi kepadamu. Aku tak butuh dia.

Beberapa hari kemudian,

Levi akhirnya sadar.

Aku masuk ke ruang perawatannya. Aku berdiri di dekatnya. Dengan perlahan aku berkata, "Aku mau.."

Aku menelan ludah dan menghela nafas, "Kita putus." Aku langsung menoleh ke arah lain. Wajahnya terlihat begitu terkejut ditambah kesadarannya yang belum sepenuhnya pulih. "Maafkan aku, kembalilah kau dengan (y/n)."

Levi mulai menangis, "F-felice.."

Aku hanya berkata, "Aku tak pernah membutuhkanmu." Aku berdiri lalu keluar dari ruangan ICU itu.

-Levi POV-
Entah kenapa tiba-tiba aku teringat akan (y/n). Benar, karma itu ada. Perkataannya itu seketika seolah membawaku ke posisi dimana (y/n) berada waktu itu.

Aku baru menyadari betapa terlukanya ia saat aku meninggalkannya demi Felice.

Aku merasa seperti ada ribuan tombak menusuk dadaku. Aku tidak bisa bernafas.

Aku sungguh sadar akan pelanggaranku. Betapa salahnya aku yang begitu bodoh, rela meninggalkan (y/n) yang sudah kukenal bertahun-tahun demi seorang yang baru saja kukenal seminggu. Bahkan, tadi ia masih rela mengunjungiku saat mendapat kabar kalau aku kecelakaan.

Aku terus bergumul dengan salahku. Aku tidak habis pikir kenapa aku tergoda untuk melakukan semua itu.

Apa yang harus kulakukan?

Minta maaf padanya?

Berekonsiliasi dengannya?

Akan kulakukan.

Tapi, apakah ia masih mau memaafkanku? Apakah ia akan memandangku seperti dulu lagi?
Semua sudah hancur lebur.

Aku memang sudah tak pantas lagi untukmu sebab aku tak lebih dari seorang pengkhiat untukmu. —Levi Ackerman.

broken promise [ levi x reader ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang