mission failed 0.1

823 86 4
                                    

~Third Person POV~
Hannes dan Nile bergegas pergi dari ruangan penculikan itu dan masuk ke dalam kantor rahasia WingsFood.

Ini bukan tampak seperti bangunan-bangunan biasa yang kalian lihat. Penuh dengan teknologi canggih, seolah menunjukkan betapa majunya perusahaan ini dalam bidang teknologi.

Jalanan disini sangat rumit. Bagaimana tidak, untuk menuju ke pusat ruangan, harus jalan ratusan meter dengan ruangan berliku-liku. Terlebih ruangan rahasia ini atau mungkin bisa disebut markas berada di bawah tanah. Belum lagi pintu masuk menuju markas hanya selebar 50 cm dengan tangga vertikal sepanjang 5 meter yang kemudian di bawah disana terdapat pintu besi menuju lorong.

Hannes dan Nile meletakkan jempol kanannya di mesin pendeteksi sidik jari yang terletak di depan pintu.

Pintu terbuka, mereka masuk ke dalam lorong. Seketika setelah mereka masuk, pintu langsung tertutup secara otomatis. Jangan tanya bagaimana caranya, karena ada sistem sensor di bawah yang bisa mengirim indikasi kapan pintu harus ditutup.

Hingga akhirnya sampailah mereka di inti markas rahasia itu.

Mereka menekan tombol layar hologram, sehingga terdengar rekaman suara sang bos besar disana.

"Bagaimana? Apa Eren datang membebaskan (y/n)?" tanya sang bos besar. Hanya suaranyalah yang bisa terdengar, karena Hannes menonaktifkan mode video.

"Tidak, Pak."

"Hahaha, aku bilang, Eren telah siap untuk menjalankan misi ini, HAHAHA."

"Ta-tapi, Pak... seseorang membebaskannya!"

"Siapa? Biarkan saja ia bebas dan kembali ke Eren!"

"Tapi, dia adalah Levi!" teriak Nile tiba-tiba. Nile dan Hannes pura-pura tidak tahu bahwa mereka membocorkan sedikit latar belakang penculikan itu pada Levi. Yang penting, dapet 2 milyar, pikir Nile. Toh, bos besar juga tidak menyuruh mereka untuk meminta Eren membayar 2 milyar. Itu hanya akal-akalan mereka saja.

Sang bos menculik (y/n) hanya untuk menguji, apakah Eren benar-benar melaksanakan 'misi rahasia' atau diam-diam malah ada rasa sama (y/n).

"APA?!"

Seketika keheningan datang dan hawa menusuk yang dingin langsung menyelimuti atmosfir dimana mereka berdiri.

"Tenang... setahuku (y/n) itu sangat membenci Levi," Hannes akhirnya langsung membuka suara supaya mereka tidak kena marah.

"Aku yakin dia akan kabur dan kembali ke Eren. Ia tadi langsung menelpon Eren untuk menjemputnya," tambah Hannes, langsung mencari kata-kata yang pas.

"Yasudah, kalian kuberi tugas untuk menghubungi Eren, apakah (y/n) sudah kembali. Suruh dia mengabari kalau (y/n) sudah kembali ke tangan dia."

"Baik, Pak," ujar kedua tangan kanan si penguasa yang diselimuti kelegaan secara unison. Seketika itu juga, sambungan hologram diputuskan oleh sang bos. Mereka berdua memutuskan untuk menghubungi Eren terlebih dahulu sebelum akhirnya pergi dari situ.

Setelah 5 panggilan tak terjawab, akhirnya Eren mengangkat panggilan yang keenam.

"Eren? Apa (y/n) sudah kembali padamu?!" tanya Nile.

"Aku sudah tidak pernah melihatnya lagi sejak saat itu. Kenapa kalian bebaskan ia pada Levi?! Sekarang aku yang akan kena masalah kalau misi ini gagal!"

"Justru kita yang akan berurusan dengan si bos kalau-kalau (y/n) kabur. Karena, kita berdua yang membebaskan ia ke tangan Levi," kata Hannes, sedikit berbisik.

"Aduhh kenapa sih kalian gak langsung kasih tau aku aja besoknya dan kembalikan (y/n) kalo ini tuh cuma tes? Terus tipu (y/n) kalau aku yang bebaskan dia!"

Glek. Hannes dan Nile kehabisan ide.

"Ta.. tapi (y/n) langsung kabur dari Levi pas dia dibebasin!"

"Maksudmu, jadi habis dilepas, ia langsung meninggalkan si cebol itu?"

"Iya, terakhir aku dengar ia akan pergi kepadamu," ujar Nile, bohong.

"Tapi kenapa sampai sekarang ia belum balik!"

"Mungkin dia nyasar... kamu telpon dia aja, terakhir dia kabur bawa handphone kok," ujar Hannes, langsung mematikan sambungan telepon, untuk mengantisipasi kalau-kalau makin ditanya macam-macam pertanyaan yang tidak bisa mereka jawab dengan masuk akal.

~Petra POV~
Apa-apaan sih Levi ini.. Sudah tengah malam dan dia belum balik... gumamku setelah aku terbangun dari tidurku.

Aku sudah menunggu Levi di mobilnya hingga aku ketiduran.

Sudah jam 7 pagi?!

Gila saja Levi ini.

Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan Levi?

Aku melihat ke arah kursi pengemudi, supir ketiduran dan sekarang tiba-tiba terbangun.

"Aku akan ke toilet," ujar sang supir, meninggalkan kunci mobil di jok depan, lalu ia keluar, "Jangan lupa kunci pintu!"

~3rd person POV~
Petra yang melihat kunci mobil tergeletak langsung menjalankan mobil itu tanpa pikir panjang, membawanya pulang ke rumahnya.

Sampai rumah, ia langsung masuk dengan wajah kelelahan, tak memperdulikan ibunya yang terbangun akibat suara pintu gerbang yang terbuka.

Berlari ke kamarnya, Petra membaringkan tubuhnya di atas kasur kesayangannya itu, memikirkan apa yang terjadi pada kekasih bayarannya itu.

Rasa penasarannya memuncak, kali ini ia menelepon Levi.

~Your POV~
Usai dari toilet, kamu mendengar nada dering dari ponsel Levi.

Siapa yang meneleponnya pagi-pagi begini, pikirmu.

Kamu langsung mengambil ponsel itu tanpa ragu, terpampang nama 'Manusia Sialan' di kaca telepon. Apakah itu Nile dan Hannes?

Kamu langsung mengangkatnya tanpa sepengetahuan Levi.

"Levi~."

PETRA?!

"kamu kemana? Kamu gak bisa kabur dari aku selamanya karena aku kan udah bayar kamu 1 milyar..."

"Halo." Kamu langsung membuka suara.

"Bocah ingusan sialan lagi?!Kenapa lo yang angkat telepon nya Levi?!"

"Ya elo yang buat apa nelepon dia?! Gue lagi di apartemennya, masalah?"

Seketika kamu menyadari bahwa Levi yang baru saja keluar dari toilet menghampirimu.

Levi langsung merebut ponsel yang kamu pegang, dan berkata, "Makasih, ya, Petra, atas uangnya. Berkat uangmu, aku bisa menyelamatkan (y/n). Haha."

"Levi?!" Terdengar jelas suara isak tangis Petra di ujung sana.

Seketika Levi mematikan teleponnya. Kamu menyadari kalau Levi hanya dibayar oleh Petra supaya ia mau bersamanya.

"Abaikan saja Petra,"ujarnya sambil menyunggingkan senyum yang manis sekali, sampai-sampai pipimu memerah.

Levi langsung melingkarkan kedua lengannya di pinggangmu dengan erat. Tak henti-hentinya ia mengecup wajahmu, mulai dari hidung, bibir, sampai leher.

Entah bagaimana rasanya, susah menjelaskan bagaimana bahagianya dirimu sekarang ini. Satu kata yang paling cocok untuk menggambarkanmu adalah, nyaman.

Ya, kamu nyaman sekali dipeluk oleh dirinya. Berada di sisinya, kamu merasa lega.

Pada waktu yang bersamaan, terdengarlah suara ketukan pintu dari luar.

Next? 8 votes.

broken promise [ levi x reader ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang