Alkaline ( Chapter Three )

22 3 2
                                    


 " yang namanya Gia dipanggil kak Edgar , ditunggu di depan UKS sekarang " Teriak anak laki-laki bernama Roni dari kelas X IPA A. Saat itu memang telah memasuki waktu istrirahat ke dua. " Ada apa? " Tanya Gia pada Roni. " Gue cuma disuruh manggil " Ucapnya kemudian pergi menjauh dari ruang kelas Gia.

Gia yang penasaran akhirnya bangkit untuk menemui Edgar. Namun langkahnya di cegat oleh Caca. " Hati-hati " pesan Caca. " Mau gue temenin? " sambungnya. " Gausah Ca, nanti dikira gue takut lagi bawa gerombolan hehe " Kemudian Gia pamit kepada temannya itu , sebelumnya Gia telah meminta doa takut-takut Edgar menyekapnya di gudang , sehingga jika Gia belum kembali 10 menit setelah bel pelajaran dimulai, Caca bisa langsung mencarinya.

Benar saja, ketika Gia sampai di depan UKS, Edgar telah berada disana dengan posisi menghadap kea rah lapangan. Sehingga laki-laki itu tidak menyadari keberadaan Gia yang membelakanginya.

" Ehem, kakak cari saya? " Tanya Gia tanpa basa-basi. Edgar membalikkan tubuhnya dan kembali menatap Gia dari bawah hingga atas. Dengan senyum sedikit meremehkan , hey itu namanya penghinaan. Memang sih tinggi Gia hanya sebatas pundak laki-laki itu. Tapi itu bukan salah Gia, melainkan salah Edgar yang memiliki tubuh seperti Hulk.

" Kamu yang neriakin saya cowok sinting tadi? " Tanya Edgar, bagi Gia itu bukanlah sebuah pertanyaan. Melainkan pernyataan! Dan ini gawat. Edgar mendegarnya. " Maaf kak " Tunduk Gia. Edgar terkekeh dengan prilaku cewek didepannya , yang baru di tanyai saja sudah melempem tak bernyali seperti itu. Tapi lucu sih, batin Edgar. " Ngapain minta maaf? Saya gaminat denger maaf kamu" Jawabnya. Memang niat Edgar menemui Gia bukan untuk menuntut permintaan maaf dari cewek itu. Bahkan dirinya tidak peduli. Gia memberanikan diri untuk menatap Edgar. Cowok itu juga sedang menatapnya, sehingga pandangan mereka bertemu.

Setelah beberapa detik berada dalam kecanggungan , Edgar memulai pembicaraan kembali , " temen saya minta di kenalin ke kamu, boleh? " Tanyanya dengan lebih sopan. Sedangkan Gia menatap Edgar cengo. " Dia penasaran, soalnya cuma kamu yang gak tersihir sama kegantengan saya " Jelasnya lagi.

Kini Gia sungguh mual mendengar Edgar yang dingin dan angkuh itu memuji dirinya sendiri. " Kenapa harus lewat kakak ? " Tanya Gia sinis. " Soalnya saya yang paling ditakuti disekolah ini " sombongnya. " Tapi saya gatakut sama kakak " Jawab Gia tak kalah cepat. " Perbedaan kamu yang membuat dia tertarik sama kamu " Edgar tersenyum penuh arti. Gia sempat tersihir oleh senyum itu, namun tak lama. Gia sadar jika dia salah langkah maka dia akan mati dimakan oleh lawannya. Gia harus tetap focus dan sadar diri.

" Gia gak hafal nomor handphone Gia " bohongnya. " Emang gabawa HP? " Tanya Edgar tak mau mengalah. " Kata Ayah gaboleh nyalain handphone di sekolah kecuali kalo urgent, terima kasih " Kemudian Gia berbalik untuk kembali ke kelas. " Kalo ID Line? " cegat Edgar. " Kepoo " jawab Gia asal, kemudian berlari sebelum Edgar dapat mencegahnya lagi. Edgar terkekeh melihat tingkah laku Gia, dan kemudian berjalan menuju kemana Gia berlari tadi.

Setelah berputar menyusuri koridor sekolah, Edgar menemukan cewek yang sedari tadi di carinya itu. " Saya belum selesai bicara " Ucap Edgar tiba-tiba dihadapan Gia yang kini tengah duduk disudut lapangan sambil membaca novel yang baru dibelinya. " Aku udah " Kemudian Gia melanjutkan acara membacanya yang sempat terganggu oleh kehadiran Edgar. " Saya serius " Ucap Edgar lagi , kali ini sedikit lebih dingin. Loh kan Edgar yang ada maunya sama Gia kenapa Gia yang di jutekin? Batin Gia gerah, aneh ini cowok satu.

" Kalo gitu, pulang sekolah saya samper ke kelas kamu " Perkataan Edgar membuat Gia menghentikan aksi membacanya. " Ngapain? " Suara Gia naik satu oktaf . " Nungguin kamu buka Handphone, terus ngasih tau ID line sama nomor HP kamu ke saya " Jelas Edgar panjang kali lebar.

" Suruh temennya yang mau kenalan minta sendiri " Jawab Gia. Dia bingung, jika temannya Edgar yang ingin mengajaknya kenalan, kenapa Edgar harus repot-repot mengejarnya bahkan ingin menemuinya sat pulang sekolah. Memangnya sepenting apasih temannya itu bagi Edgar.

" Oke, tapi kamu harus janji ,kamu bakal ngasih " Edgar menatap Gia tajam.

" Oke siapa takut " tantang Gia. Kemudian Edgar pergi menghilang dari hadapannya. Gia mengehela nafas kasar, jantungnya sedari tadi memompa begitu cepat karena terkejut dengan keberadaan Edgar secara tiba-tiba itu. Ketika bel berbunyi, barulah Gia beranjak dari tempatnya dan kembali ke kelas.

Ternyata Edgar benar-benar menepati omongannya. Saat Gia dan Caca keluar dari kelas, sudah ada Edgar bersama dengan temannya yang wajahnya tak kalah jauh dari Edgar, namun dengan tingkat kebaikan yang sangat jauh daripada wajah Edgar yang terlihat angkuh.

Gia tersenyum canggung pada teman Edgar. Dia tak salah kan? Toh yang mengajaknya kenalan kan temennya Edgar. Bukannya Edgar.

" Ini temen saya , namanya Arzkan. Ar ini Gia " Ucap Edgar memperkenalkan. Oh ya Edgar tau nama Gia dari badge namanya saat mereka di UKS tadi pagi. Sehingga jangan heran darimana Edgar bisa tau nama Gia.

Gia dan Arzkan kemudian bersalaman dengna saling melempar senyum tipis. " Gimana, udah boleh minta nomor Handphonenya? " Tanya Arzkan lembut masih sambil tersenyum. Sangat bertolak belakang dengan Edgar. Dan mana mungkin Gia dapat menolak pesona dari Arzkan jika seperti ini caranya. Perlu kalian ketahui, haram hukumya menyia-nyiakan makhluk ciptaan tuhan yang subhanallah kayak Arzkan ini.

" ID Line aja ya kak , Gia gahapal nomor HP Gia hehe " Gia terkekeh sambil malu-malu kucing. Caca yang melihat sifat temennya itu hanya memutar kedua matanya. Ini ajaib loh, Gia yang sangat pendiam dan terkenal jutek di kelasnya bahkan banyak siswa dari kelas lain yang menjulukinya sombong ternyata bisa malu malu kucing seperti ini saat berkenalan dengan laki-laki seperti Arzkan.

" Cih dasar cewek " Sinis Edgar. Gia berlagak masa bodo dengan Edgar kemudian dia beralih kepada Handphone yang ada di tangan Arzkan. " Makasih yaaa " senyum Arzkan untuk Gia. Tentu saja respon Gia sangat baik.

Jengah dengan Drama yang terjadi di depannya, Edgar menarik Arzkan untuk pergi. Bahkan dalam kondisi di tarik oleh Edgar pun , Arzkan masih sempat-sempatnya melambaikan tangannya kepada Gia.

" Matamu melemahkanku saat pertama kali kulihatmu " Caca bernyanyi sambil berjalan kea rah pintu gerbang meninggalkan Gia yang masih terkena virus cogan. " Dari matamu matamu matamu " Teriak Caca lebih kencang dan membuat Gia kaget. " Eh Ca woyy tungguin " Kejar Gia . 

AlkalineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang