Alkaline ( Chapter One )

42 3 2
                                    


     Hidup itu indah bagi yang menghargai jalan takdirnya. Namun, jika kita tidak cukup menghargai mungkinkah hidup kita berubah menjadi lubang kehancuran?

Setidaknya itulah pertanyaan atau mungkin sebuah pernyataan yang sering muncul di pikiran remaja perempuan yang memiliki arti nama Kebahaiaan yang lahir ke dunia. Meski dia memang seharusnya bahagia memiliki keluarga dengan formasi yang lengkap seperti Ayah, Ibu, dan seorang kakak laki-laki. Serta keluarga yang saling menyayangi, meskipun terkadang ayahnya disibuki oleh pekerjaan, namun dia tidak mempersalahkannya selagi ayahnya tidak melupakan keberadaan istri dan anak-anaknya.

Perempuan itu memiliki nama Gianella Claiborne, atau yang akrab dipanggil Gia oleh orang-orang disekitarnya. Dan hari ini, semuanya harus dimulai. Dengan tekat yang besar didalam dirinya, yaitu untuk melupakan sesuatu yang harus dilupakan, dia melangkahkan kakinya memasuki pelataran lobby sekolah barunya.

Sesampainya di ruangan audiovisual tempat dimana murid baru yang akan melaksanakan masa orientasi sekolah berkumpul, Gia memilih tempat duduk paling pojok yang telah disediakan. Dirinya memang sedikit pemalu dan kurang dapat bersosialisasi dengan orang baru.

Setelah merasa nyaman dengan tempat yang baru saja ia duduki , Gia mengeluarkan binder berwarna hijau salem yang selalu ia bawa jika pergi kesekolah.

Karena ini hari baru, maka Gia membuka lembar kosong yang memang telah ia persiapkan dengan rapi sebelumnya untuk memenuhi catatan catatan kelas 10 nya nanti. Tangan mungilnya sibuk menorehkan tinta di selembar kertas putih dengan menggunakan tinta berwarna pink, warna kesuakaannya.

Welcome in Gianella's Senior High School Story:) 

***

kringgg

Bel masuk berbunyi, sudah sebulan Gia duduk dibangku kelas 10. Sejak berakhirnya masa orientasi siswa, dirinya ditempatkan di kelas dengan populasi laki-laki yang sangat minim dibandingkan anak perempuannya. Hal itu juga disebabkan karena Gia mengambil jurusan ilmu pengetahuan alam.

Gia mengambil jurusan itu bukanlah karena dirinya merasa pintar, namun semua itu murni karena cita-citanya yang mengharuskan ia memasuki jurusan dimana berkumpulnnya orang-orang rajin dan mau berpikir keras.

Perkenalkan juga seseorang yang akan menemaninya selama satu tahun kedepan, yaitu Ladasha Kizzy yang akrab dipanggil Caca. Gia dan Caca sudah cukup akrab meskipun baru berkenalan.

" Ada yang bawa topi dua gak woy " Teriak salah satu teman sekelas Gia yang ribut karena tidak membawa topi. Hari ini memang di jadwalkan untuk berupacara bendera , kegiatan rutin setiap hari senin. Meskipun sekolah Gia merupakan sekolah swasta. Namun, kedisiplinan menjadi nomor satu bagi para guru, jadi tidak ada alasan yang akan diterima pihak sekolah ketika ada salah satu murid yang melanggar. Apalagi mereka hanyalah murid baru.

" Mampus lo kena hukum bu Bety " ledek Caca. Caca memang orangnya lebih supel ketimbang Gia sendiri yang pendiam. Bahkan ada beberapa kakak kelas yang mengatainya sombong lantaran tidak menggubris panggilannya.

" Ayo gi ke lapangan " ajak Caca kepada Gia , yang diangguki oleh dirinya.

Kemudian mereka berjalan bersamaan menuju barisan kelas mereka. Gia dan Caca berbaris di tengah barisan , dikarenakan tinggi mereka yang tidak cukup tinggi untuk menempati posisi terbelakang dan tidak ingin menempati tempat ter-angker dibagian paling depan.

" Tau gak gi, kakak yang paling depan itu tuh " Telunjuk tangan kanan Caca mengarah kepada seorang laki-laki bertubuh tegap dengan mata yang menatap tajam lurus kedepan sedang khidmat mengikuti upacara yang sedang berlangsung. " Dia mantannya kakak gue " selesainya.

Gia mengeryitkan dahinya bingung. " so, hubungannya sama gue ? " Tanya Gia.

" gaada sih hehehe Cuma mau ngasih tau aja , abis gue bosen diem terus " suara yang ditimbulkan oleh Caca cukup besar, dan benar saja kini ada seorang kakak ber-almet Osis dari arah belakang tengah menatap mereka berdua.

" Ini lagi upacara " Bisik Gia memperingati. Sedangkan Caca mana peduli dan masih melanjutkan ocehannya kepada Gia. " Dia tuh ganteng gi, namanya Edgar, pokoknya lo jangan sampe sama dia deh , kakak gue aja di selingkuhin. Gila ya tuh cowok, kenapa sih cowok ganteng suka mainin perasaan perempuan? Kalo gue jadi ceweknya duh udah gue ajak kedukun terus gue santet deh mukanya biar gantengnya ilang " Kesal Caca. Sedangkan Gia cukup sibuk untuk membalas tatapan tajam dari teman teman di sekelilig mereka karena merasa terganggu oleh ocehan temannya.

" Ih Gianella lo dengerin gue gak sih " Caca mendorong pelan tubuh mungil Gia hingga yang di dorong pun tidak dapat menahan keseimbangannya dan terjatuh.

Kejadian itu sukses membuat banyak pasang mata mengarah ke arah mereka berdua. Caca membantu Gia berdiri serta mengucapkan maaf kepada Gia yang tentu dibalas dengan tidak apa apa oleh Gia.

" Lagi elo letoy banget sih, masa di dorong doang bisa jatoh " cengir caca

" Kok jadi nyalahin gue, lagian gue emang lagi gak enak badan makanya lemes" Bohong Gia, agar Caca merasa semakin bersalah. Toh memang dirinya belum sarapan sebelum berangkat sekolah, sehingga tidak dapat dipungkiri jika tubuhnya memang lemas. Apalagi harus berdiri di bawah teriknya sinar matahari pagi selama 30 menit kedepan .

Sehabis Gia berkata seperti itu, respon yang diberikan temannya itu sangat tidak terduga. Bukannya meminta maaf, Caca malah melambaikan tangannya untuk memanggil salah satu kakak Osis. Yang mendatangi mereka, tidak lain dan tidak bukan adalah Edgar.

" Kenapa " Tanya Edgar datar

" Temen saya sakit kak, tadi sempet jatoh terus bilangya gak apa-apa, saya sebagai temen yang baik khawatir jadi saya ngusulin dia buat ke UKS aja " Caca menjelaskan dengan sedikit dilebihkan.

Sedangkan Edgar menatap Gia dari bawah hingga atas . " bener ? " Tanya Edgar kepada Gia.

Gia yang ditatap seperti itu hanya mengangguk kaku, bingung harus bersikap seperti apa. Karena yang kini berada di hadapannya merupakan most wanted sekolah yang baru saja Caca bicarakan.

" Ikut saya " perintah Edgar sambil melangkah ke belakang. Namun Gia tidak beranjak dari tempatnya, membuat Edgar mengehntikan langkahnya.

" Punya kaki? " Tanya Edgar, yang diangguki oleh Gia

" Bisa jalan? " Tanya Edgar lagi, Gia kembali menganggukkan kepalanya

" Punya otak ? " Ketus Edgar , kesadaran Gia kembali. Dirinya kaget ditanyai seperti itu oleh laki-laki dihadapannya. Apalagi kini beberapa pasang mata ada yang menatap mereka juga. Meski sisanya masih tetap fokus terhadap jalannya upacara bendera. Tapi yang bener aja dong pertanyaannya. Gia melihat kearah Caca yang malah asik cekikikan sambil berpura-pura memperhatikan upacara yang sedang berlangsung.

Gia mengangguk lemas , " kalo begitu kenapa kamu gak ngikutin perintah saya hm ? " Tanya Edgar. Gia menelan ludah sebentar sebelum akhirnya melangkah kan kakinya dan membuntuti Edgar menuju ke UKS.

Dalam hati, Gia mengutuk perbuatan Caca yang dengan seenaknya mengerjainya. Niat ingin membuat Caca merasa bersalah malah terkurung bersama seseorang yang tidak diharapkan oleh Gia.

Lalu, siapa memangnya seseorang yang diharapkan Gia untuk menemani dirinya ? Gia pun tertawa miris ketika pemikiran itu hinggap di benaknya, menimbulkan perasaan sesak karena luka yang belum sepenuhnya tertutup itu kini terkena angin yang mebawa sebuah nama yang sangat ingin Gia lupakan. 

AlkalineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang