" Dewasanya kau dan aku saling diam memahami situasi yang tengah terjadi , mengharap bintang jatuh dan mengabulkan permintaan "
***
Sehabis mandi, Gia pergi ke kamar mamanya sesuai apa yang mamanya tadi katakan. Feelingnya sudah tidak enak sedari tadi , terutama saat ia berendam untuk merileks kan otot tubuhnya. Entahlah , dalam hati ia hanya berdoa bahwa kedatangan teman ayahnya tidak membuat masalah.
" ada apa sih mam " Tanya Gia saat ia masuk ke dalam kamar mamanya serta melihat mamanya sedang kerepotan memilih baju di atas tempat tidur king size nya.
" kok ada papa sih, kamu galiat mama lagi ngapain " jawab mamanya tanpa menghentikan kesibukannya.
Gia memutar matanya, lalu berucap " kalo itu mah nella tau mah, maksud aku tuh ngapain sampe berantakin baju gitu "
" nyari baju yang cocok buat kamu "
" hah? "
" nell coba deh kamu coba yang ini, kayaknya cocok " Rani menyerahkan baju dress berwarna hijau mint dengan pita hitam di lingkar perutnya.
" hmm gak terlalu kebuka mam? " tanya Gia, perasaan tak enak lagi-lagi mengusiknya.
" Enggak kok, cocok buat kamu. Coba dulu dong jangan asal nolak " cemberut mamanya. Gia menghela nafas dan kemudian beranjak ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar orang tuanya.
" Nah kan cocok " seru Rani bahagia melihat Gia yang baru saja keluar usai mengganti bajunya.
" kependekan mama " rengek Gia
" sedengkul gitu mana kependekan. pendekan juga rok sekolah kamu " kesal mamanya , dan lagi Gia kalah.
" nah sekarang duduk sini , mama permak jadi cinderella " mamanya menepuk-nepuk bangku kosong di depan meja rias besar berisikan banyak sekali alat make up serta peralatan yang mendukung lainnya.
" tamu nya se special itu ya mam, sampe Gia harus make up segala " cemberut Gia sambil duduk
" nanti juga kamu akan tau sayang " mamanya tersenyum lembut sambil menggulung rambut Gia untuk mempermudah .
" kalo muka aku jerawatan karena make up, mama tanggung jawab loh " omel Gia memperingati ketika Rani memoleskan BB cream ke wajahnya.
" ih kamu mah rese, ini mama juga udah usahain senatural mungkin tau " ambek mamanya. " kenapa jadi mama yang ngambek, harusnya kan nella " cemebrutnya. " udah deh kamu diem aja, gaselesai selesai mama make-up in kamunya kalo cerewet " lalu Gia hanya bisa pasrah sambil memutar lagu di handphonenya.
Setelah 30 menit penyiksaan, akhirnya Gia dapat bebas ketika mamanya berteriak " selesai " .
" look, how's pretty you are " senang mamanya samba berteriak hobo.
" ini mah menor mama " kesal Gia, meski ia memuji keahlian mamanya dalam mendandani dirinya yang tadinya hanyalah seorang upik abu kini telah menjelma menjadi cinderella.
" jangan suka mencari-cari kesalahan mama ya kamu dek " ujar mamanya, kemudian pergi masuk ke kamar mandi meninggalkan Gia sendirian.
" mam Gia balik ke kamar ya " teriaknya
" iya, tapi make up nya jangan di apus " teriak mamanya tak kalah.
Setibanya Gia di lantai dua, daerah kekuasaan Gia dan abangnya , ia pun merasa rindu dengan Zilo dan memutuskan untuk menjahili abangnya sebentar.
" tok tok tok "
" Bangggg " teriak Gia.
" Gia masuk ya? " Tanya nya, namun tak kunjung mendapat jawaban.
" Zilooooo " teriak Gia yang kemudian disahuti oleh ayahnya " GIANELLA "
" HEHEH DAMAI AYAH " teriak Gia.
Merasa kesal tidak mendapat jawaban Gia menerobos masuk ke kamar Zilo yang kebetulan tidak dikunci. Disana ia melihat kakaknya yang tertidur pulas masih dengan seragam sekolah yang sudah tidak beraturan .
Niat awalnya ingin menjahili dibatalkan karena Gia tidak tega melihat wajah damai Zilo yang tertidur. Sepertinya zilo lelah sekali, batin Gia. Dikecupnya dahi Zilo yang agak berkerut di dalam tidurnya sebelum ia pergi kembali ke kamarnya.
Baru ingin melangkah, tiba-tiba Zilo menariknya . " Kamu cantik " ucap Zilo dengan tatapan sedih? tanya Gia dalam hati.
" Abang gapapa ? "tanya Gia khawatir
Zilo menggeleng lemah sambil merubah posisinya menjadi duduk dan setara dengan Gia. " gapapa " sambungnya.
" feeling aku aja atau gimana ya, aku rasa semua orang dirumah ini bersikap aneh " curhat Gia
" Maksudnya kamu apa dek? " tanya Zilo seolah tidak paham dengan ucapan Gia
" ya gitu, gak abang, mama, ayah, semuanya aneh. kenapa sih? "
Zilo tersenyum , kemudian mengacak-acak rambut Gia penuh kasih sayang " feeling kamu doang " , Gia pun kembali cemberut.
" udah ah, abang mau mandi dulu tamunya bentar lagi dateng " kekeh Zilo seraya beranjak ke kamar mandi. Lagi dan lagi Gia ditinggal sendirian.
Pukul 7 malam, tamu yang dinanti nanti oleh ayahnya datang juga. Gia baru akan turun ketika Zilo tiba-tiba datang ke kamarnya dan menggandengnya untuk turun bersama . Keanehan berikutnya pun terjadi.
Saat tiba di lantai bawah, banyak pasang mata yang mengikuti langkahnya dan Zilo untuk duduk. Sebenarnya sih tidak banyak, hanya 3 pasang mata.
" Ini mas pram anak saya " ucap ayahnya memperkenalkan Zilo dan Gia.
" Wah cantik dan tampan ya " ucap seorang wanita paruh baya seumuran dengan ibunya yang Gia yakini adalah istri dari seseorang yang ayahnya sebut mas pram.
" Ini Gianella ya? " tanya om pram. Gia pun tersenyum canggung seraya menganggukan kepalang. " Iya om "
" Oh iya Gia, perkenalkan ini namanya Edgar " suara ayahnya menggema seantreo otak Gia. Edgar
Edgar
Edgar
" Hai, gue Edgar pramudya " Kemudian laki-laki itu tersenyum ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alkaline
Teen FictionWajahnya biasa saja, tidak cantik seperti pada novel-novel remaja kebanyakan, dimana pemeran utamanya memiliki wajah dan lekuk tubuh yang sempurna. Dibalik kelincahannya dia menyimpan sebuah trauma " untuk apa kisah cinta SMA diseriusi " . Kalian t...