Alkaline ( Chapter Four )

20 1 0
                                    

Pada malam hari, keluarga Gia biasanya akan berkumpul untuk makan malam bersama. Kali ini keluarga mereka lengkap berada pada satu meja makan, karena ayahnya telah kembali dari luar kota.

" gimana sekolah kamu nel? " tanya ayahnya. Sesibuk ayahnya bekerja, dia tidak pernah mau melewatkan perkembangan anak-anaknya. Itu yang membuat Gia salut kepada ayahnya.

" baik yah " jawab Gia sambil menyendokkan makan malamnya.

" kamu zil? Udah gasuka berantem kan? Ayah gasuka ya anak ayah jadi preman " tegas ayahnya kepada Zilo.

" enggak ayah, zilo juga berantem liat situasi dan kondisi " tutur Zilo sambil cengengesan. " kalo ayah lagi ga di Jakarta misalnya hehehe " Ayahnya hanya geleng geleng kepala mendengar jawaban Zilo.

Kakak Gia itu memang sedikit ajaib. Tidak pernah bisa diam, sukanya kelayapan, dan jika Zilo berada dirumah, maka Gia lah yang menjadi korban ketidak bisa diaman kakaknya . Ayahnya pernah sangat frustasi dan memasukkan Zilo ke pesantren. Namun Zilo berhasil kabur dan kembali kerumah. Sejak itu orang tuanya pasrah.

Gia dan Zilo sebenarnya sama. Sama-sama tidak bisa diam. Namun Gia hanya memperlihatkan sifat itu kepada orang orang terdekatnya saja. Ibunya sampai membeli microfon guna melerai Zilo dan Gia jika berkelahi.

Perbedaan umur yang cuku dekat itu juga menjadi pemicu utama keributan yang terjadi. Sama sama masih menjadi Abege labil.

Zilo dan Gia hanya berjarak 2 tahun. Kini Zilo duduk di bangku kelas 12 SMA. Orang tua mereka sengaja memisahkan sekolah mereka guna mempersempit hal hal yang tidak diinginkan antara kedua kakak beradik itu.

Selesai makan malam , keluarga Gia berkumpul di ruang keluarga untuk menonton televisi bersama. Mungkin itu istilah sopannya. Namun kasarnya dapat dibilang ajang kuat kuatan memegang remote antara Zilo dan Gia. Yang akan dimenangi oleh ayahnya.

" kak zilo selalu gamau ngalah sama nella, sebenernya tuh nella adeknya kakak apa bukan sih " rujuk Gia kepada ayahnya. Zilo menatap geli adik semata wayangnya itu. " mulai deh drama queen nya " ledek zilo.

" ya abis udah bangkotan gatau diri. Ngalah kek sama yang lebih kecil " lanjut Gia .

" mana ada UUD yang ngatur kayak gitu. Itu namanya mah diskriminasi terhadap hak hak asasi manusia orang yang lebih tua . Pkn kamu nol ya dek? " tanya zilo merendahkan.

Ayahnya menegur zilo untuk lebih sopan berbicara. " 1-0 " Gia menjulurkan lidahnya ke arah zilo , membuat muka mungilnya terlihat lebih konyol. " kamu juga nel, gaboleh gitu sama kakak kamu, gasopan " titah ayahnya memperingati. Kini gantian Zilo yang berkata satu sama kepada Gia.

Aksi ngambek ngambekan Zilo dan Gia terhenti ketika dering ponsel milik Gia terdengar. Zilo mencuri intip siapa yang menelfon adiknya malam-malam begini.

Gia menatap sang kakak galak, kemudian dia men slide tombol hijau pad hadphonenya.

" Hai " ucap suara di sebrang sana.
" hai juga " jawab Gia sambil tersenyum. Ia tahu pemilik suara ini walau baru mendengarnya tadi siang.

Sadar dengan keberadannya sekarang , Gia bangkit dan berjalan ke kamarnya. Kepergiannya membuat Zilo rewel karena tidak berhasil mengkepoi adiknya. " Nella cemen pacaran ngumpet ngumpet " teriak Zilo, yang entah terdengar oleh Arzk atau tidk.

" Maaf kak rumah suka rame maklum hehehe " Gia malu , first call nya dengan Arzka malah seperti ini. Ingatkan Gia untuk membunuh Zilo nanti.

" iya gapapa gi , kakak kamu? " tanya Arzka memecah kecanggungan.
" eh iya kak, emang suka gitu orangnya. Jail abis gabisa liat adeknya seneng dikit " ucap Gia polos. " jadi seneng nih ceritanya ditelfon Haha " Arzka tertawa setelah mengucapkan kata kata yang membuat Gia gelagapan untuk menjawab. Arzka tidak tahu saja pengaruh ucapannya, mengapa Gia tiba tiba menjadi orang yang sangat bodoh si di depan Arzka? Dan kenapa pula dia merasa jika dirinya sudah move on dari Rafka?

Arzka dan Rafka.

Deg

Alih alih menjawab ucapan Arzka tadi , Gia malah terdiam tenggelam dengan pikirannya sendiri.

" gi, hello "

" gia are you there? "

" eh iya hallo kak , maaf maaf tadi mama manggil lewat Whatsapp jadi Gia bales dulu " bohong Gia.

" aku ganggu ya? " tanya Arzka

Gia membalas jika tidak masalah. Obrolan mereka berlanjut mulai dari membicarakan keluarga masing-masing hingga kegiatan mereka masing-masing di sekolah. Masing-masing dari mereka tidak menyadari jika mereka berdua telah mempersempit jarak satu sama lain.

Sesederhana itu , tidak memerlukan sebuah kencan romantis. Sesederhana itu mereka saling memanfaatkan kedekatan mereka. Tanpa mereka rencanakan.

AlkalineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang