Alkaline ( Chapter Nine )

24 1 1
                                    

Gianella 

" Lo masih sayang gue kan nell? "

Pertanyaan yang diutarakan oleh Rafka masih terngiang ngiang didalam otakku. Hal pertama yang paling aku tidak mau ingat adalah, apakah aku masih mencintainya? 

Jika jawabannya ya, maka dengan senang hati akan kuhempas tubuh ini ke tengah jalan raya. Am i crazy? Yes, i am. I'm crazy because of him. 

Mungkin kalian pikir aku ini terlalu melebih lebihkan keadaan. Namun ketahuilah, kalian tidak berada di posisiku sekarang. 

Oke, disini aku akan sedikit bercerita pada kalian, semuanya tidak semudah yang kalian ketahui saat aku mengatakan siapa Rafka pada caca. Rafka lebih menakutkan daripada itu. He's totally insane. Dia mencuri first kiss ku. Dan dia akan marah jika aku menolaknya. See, you can imagine that right? Betapa seorang Gianella menjatuhkan harga dirinya untuk seorang cinta pertamanya. 

Dan salah satu alasan kita putus karena, aku menolak untuk diciumnya. Dan dia marah hingga mendiamiku seharian. Dan aku tidak mungkin membeberkan semua rahasiaku pada caca meskipun dia sahabatku sendiri. I mean, gak semua masalah dapat kita bagikan ke orang-orang right? 

Harga diriku sudah sangat jatuh dihadapan laki laki itu. Memintanya balikan, dan bahkan dia memaki ku cewek tidak benar. Apakah belum cukup baginya merendahkan harga diriku? dan kini dia mengatakan masih mencintaiku. Berapa banyak lagi potensi harga diriku yang akan dijatuhkan olehnya jika aku mengatakan aku juga masih mencintainya?

Aku tidak jahat, namun dia yang jahat . Aku sudah bilang bahwa kalian tidak tau apa yang aku rasakan, so don't judge me.

Lupakan persoalan Rafka karena kini aku sedang berendam di kamar mandiku. Ya , setelah Rafka menanyakan hal itu aku langsung turun dari mobilnya dan memberhentikan taksi yang kebetulan saja sedang melintas. Senetron abis bukan hidupku? kurasa juga seperti itu. 

Setengah jam sudah aku berendam, kini aku mengenakan pakaianku untuk selanjutnya turun ke bawah dan makan malam bersama. Hanya kaos putih kebesaran dan hotpants berwarna peach. 

Diruang makan sudah ada Papa, Mama, dan pastinya Zilo. Mereka menatapku tak berkedip, hmm mencurigakan. Apa ada yang salah dariku? rambut coklat gelapku sudah rapi meskipun hanya ku ikat asal. Sendal jepit yang biasa aku gunakan saat dirumah juga tidak mengeluarkan suara berlebihan saat berjalan. Lalu..?

" Kenapa? " tanyaku pada mereka semua. 

" duduk dulu dong Gi " ucap ayah. 

Ayahku baru kembali dari perjalanan bisnisnya keluar kota. Jadi aku sangat merindukan sosok ayah di hadapanku, jadi ya ku menurut saja jika ayah yang menyuruh. 

Zilo juga diam saja sedari tadi. Tidak seperti biasanya yang sangat aktif menggangguku. Baguslah, mungkin dia sudah taubat. 

" besok kita akan kedatangan tamu, rekan bisnis ayah. Ayah harap kalian berdua pulang sekolah langsung pulang kerumah " tegas ayah, yang adiangguki oleh Zilo. Tumben banget ada tamu ayah yang berkunjung. Biasanya ayah yang akan mendatangi mereka, secara ayah dan mama hobi banget jalan-jalan. Kata mereka sekalian pacaran. 

" Tumben banget yah " 

" Iya makanya kamu dan Zilo jangan berulah dan membuat ayah malu, mengerti? " Tanya ayah. Zilo lagi lagi mengangguk. Aduh kakak ku ini kenapa sekarang sangat penurut seperti anjing ya? 

" Baik yah " Jawabku sambil memasukkan potongan daging steak buatan mama kedalam mulut. Masakan mama memang yang paling juara. 

" Gia, besok kamu mama yang jemput pulang sekolah , jangan kabur " Tegas ayah lagi. aku tersedak sauce steak yang sedang kumakan. Ini ada apasih kok tumben tumbenan banget mama jemput sekolah. Dan apa tadi ayah bilang, kabur? sejak kapan aku pernah kabur jika dijemput mama. 

" se istimewa itu ya yah tamunya? " tanyaku malas. " Tentu " jawab ayah. 

***


Setelah makanan dipiringku habis, aku segera kembali ke kamar. Entah mengapa perasaanku tidak enak. Apalagi melihat perubahan Zilo yang tiba-tiba saja menurut dengan ucapan ayah dengan semudah menganggukkan kepalanya. Sangat aneh melihat watak keras kepala Zilo selama ini. 

Persetan dengan tamu ayah, Handphone ku menyala, menandakan ada notification yang baru masuk. Ada beberapa pesan dari Arzka dan group. 

Dengan segera aku membuka Line dari Arzka.

Arzka : Gi

Arzka : Giaaaaa

Arzka : Hai

bibirku tertarik ke atas saat membacanya. Ternyata setelah beberapa jam tidak melihat Hp ada yang mencariku juga. 

Gianella : Iya kak? 

beberapa menit kemudia Arzka membalas. Balasannya cukup cepat. Apakah Arzka sedang berkirim chat dengan yang lain juga? 

Arzka : tadi dianter siapa? 

jadi, aku harus jujur apa bohong. Kok kesannya jadi kayak ketahuan selingkuh gini ya. Padahal kan Arzka buka siapa siapa . Tapi kenapa aku takut? Arghh baiklah lebih bagus jika aku jujur kan? 

Gianella : temen kak, kenapa? 

Benerkan jika Rafka hanya teman? Lagipula apa Arzka lihat jika tadi aku bersama seorang laki-laki?

Arzka : Temen apa temen

Gianella : serius temen

Arzka : Syukur deh, kirain udah punya pacar hehehe 

Bolehkah aku ge-er? bolehkah aku berharap? bolehkah aku senang? inituh semacam kode bukan sih? 

Gianella : Gia gapunya pacar kak hehe

Sekali sekali memperjelas gapapa kan? supaya kedepannya gak salah paham. Ini kok kesannya aku ngarep banget di deketin Arzka ya? 

Arzka : Aneh aja cewek cantik kayak lo gapunya pacar :)

Gianella : gombal gembel :p

Arzka : gembel tapi pipinya gausah blushing gitu kali mba hahaha

Darimana Arzka tau pipiku merah? 

Arzka : Yah gadibales, bercanda doang , tapi kalo blushing beneran bagus deh 

Gianella : Apaansih wooo :p

Arzka : Pulang sekolah mau nemenin makan lagi ga? 

Gianella : Hmm, ada acara kak dirumah disuruh langsung pulang

Arzka : Oh gitu, yaudah next time deh ya. 

Arzka : Tidur gih anak kecil gaboleh tidur malem-malem:p

Gianella : Hoamm iyanih anak kecilnya mau mimi susu dulu, babay daddy:p

Arzka : Hahahaha good night my baby:p


My baby? Arkzka mangily gue my baby? ah ayolah bolehkan ya berharap lebih? meski Arzka cuma bercanda , tapi ahh jantungku. 

Mungkin malam ini aku bisa bermimpi indah karena Arzka. Atau mungkin bermimpi buruk tentang Rafka? Setidaknya percakapannku dengan Arzka tadi mampu megalihkan pikiranku tentang kedatangan tamu ayah besok dan pertanyaan seorang Rafka. 

AlkalineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang