Alkaline ( Chapter Ten )

11 0 1
                                    

          keesokan harinya Gia bersekolah seperti biasa. Hari ini banyak sekali ulangan yang harus ia lewati, salah satunya ulangan matematika. Mata pelajaran yang satu itu entah mengapa menjadi pelajaran yang paling di antikan oleh Gia semenjak ia menginjak SMA. Padahal dulu dia sangat menyukai mata pelajaran itu. SUdahlah ia tidak mau membahas, yang terpenting adalah bagaimana dirinya bisa lulus dalam mata pelajaran ini. 

          " Lemes amat neng " ucap Caca yang sudah lebih dulu datang dan duduk di tempatnya. 

          " Ulangannya banyak banget, sebel " balasnya dengan cemberut, membuat caca gemas dengan temannya yang satu ini . 

          " belajar atuh , kalo gabelajar mana bisa " 

          " ya makanya itu gue butuh lo ca, lo kan pinter mtk " Gia menyengir penuh harap kepada teman sebangkunya itu. 

          Caca menghembuskan nafasnya perlahan. " fine untuk matematika wajib gue bantu, tapi matematika minat hell no karena gue juga gak ngerti dan lo gaboleh nagndelin gue mulu " jelas Caca, dia tidak ingin jika Gia selalu bergantung kepada dirinya. Karena jika ulangan nanti mereka akan duduk masing-masing dengan jarak yang berjauhan pula. 

          " ay ay capten " hormat gia kepada caca. 

          Tak lama setelah itu bel masuk berbunyi. Para murid berhamburan masuk ke kelas masing-masing. Termasuk X IPA C yang kini telah dipenuhi murid yang hiruk pikuk karena 4 jam kedepan mereka akan ulangan dua mata pelajaran. Matematika wajib dan Bahasa Inggris. 

         Guru matematika wajib mereka, bu yuni telah memasuki kelas. Suasana yang tadinya berisik berganti menjadi hening yang sangat mencekam dengan tiba-tiba. Ulangan harian perdana mereka di kelas X diawali dengan matematika dan guru yang lumayan killer. Lengkap sudah penderitaan anak kelas X IPA C SMA Bintang saat ini. 

          " Baik anak anak masukkan buku yang ada di meja kalian , hanya boleh ada pensil dan penghapus. Setelah itu letakkan tas kalian masing-masing di depan papan tulis " ujar bu yuni dengan sekali tarikan nafas. Mau tak mau seluruh murid berjalan ogah-ogahan kedepan kelas untuk menaruh tas mereka. 

          Hal yang tidak diinginkan tiba, ketika bu yuni membagikan soal yang ternyata berbeda dengan teman sebangku. Matilah Gia hari ini, tuhan memang benar-benar sedang menguji kejujurannya , batin Gia dengan peluh di dahinya. Kebiasaan Gia jika sedang gugup yaitu dia selalu berkeringat dingin. 

          Waktu ujian telah berlangsung selama 15 menit, nmun Gia baru bisa menyelesaikan soal sebanyak 2 saja. Keringat semakin banyak membanjiri muka Gia, membuatnya tidak nyaman dan selalu mengelap dahinya dengan sapu tangan yang selalu ia bawa.  

         Ternyata gerak-geriknya tertangkap oleh bu yuni. Bu yuni menyutuhnya untuk beristirahat di UKS saja, karena menurut pandangannya kondisi Gia tidak baik, kulitnya telah berubah pucat pasi ditambah keringat yang membanjiri dahinya. Mau tak mau di angguki oleh Gia karena memang dia sedikit merasakan pusing, entah karena mengerjakan soal yang sangat rumit itu atau karena kondisi badannya yang menurun. 

         Gia keluar kelas diikuti tatapan iri teman-teman sekelasnya, dan dirinya hanya tersenyum kecut dibalik rambut yang tidak ia kuncir serta menghalangi wajahnya dari samping sehingga tidak terlihat oleh teman-temannya. 

         Sesampainya di UKS Gia mengistirahatkan tubuhnya atas tempat tidur khusus ruangan itu, sambil memainkan handphonenya. Iseng ia memfoto jika dirinya tengah berada di UKS lalu mengirimnya ke ziro. 

Tak sampai 5 menit, ponsel Gia berdering dikala ia tengah memejamkan kedua matanya. 

You have a new message from babang zilo

Zilo          : Kampret ngapain lo!

Gianella : Atit:(

Zilo          : Najis

Zilo          : Serius? 

Zilo          : Udah minum obat? 

Gianella : Gabawa tadi buru-buru. 

Zilo          : Kebiasaan , gue bilangin nyokap bokap tau rasa lu

Gianella : Nanti tambah sakit, tega? :(

Gia cekikikan sekali melihat chat nya bersama Zilo. 

Entah mengapa menjahili Zilo menjadi hal yang paling membahagiakan dihidupnya, hingga membuat satu persatu masalahnya terlupakan untuk sementara waktu. 

Zilo          : Ydeh, jangan kecapekan ! 

Gianella :  Ayy ayy capten !!

Zilo          : Gut girl :*:*

Gianella: Geli

Kemudian Gia mensilent handphonenya untuk tidur sejekan sebelum  ia harus melanjutkan pelajaran berikutnya. 

~~~~~~

           Sementara itu di kelas XI IPS 4 Arzka dan Edgar sedang berbincang bincang tanpa menghiraukan guru yang ada di hadapan mereka sedang menjelaskan di depan. Arzka yang hari itu sangat senang karena hubungannya dan Gia semakin dekat , sedangkan Edgar yang sedang kesal kepada orang tuanya yang selalu seenak dirinya memaksa Edgar untuk menuruti kemauan mereka. 

         " Cumi, senyam senyum mulu kerjaan lo. Gakasian sama gue hah? " Ketus Edgar dengan muka yang sangat asam. 

        " ya gimana ya bro, lo tau sendiri gue susah jatuh cinta " cengir Arzka. 

        " Ya tapi kondisinya lagi ga pas , hibur gue kek " kesal Edgar sambil melmpar pulpennya kepada Arzkan . 

        " Mau saya hibur seperti apa Edgar ? " Suara bariton yang sudah ciut termakan usia terdengar di terlinga Edgar dan Arzkan membuat keduanya mati tak bergerak ditempatnya. 

         " Ini pak , anuu.... " gagap Edgar

         " sudah saya tidak mau mendengar alasan kalian berdua. sekarang kalian berdua silahkan angkat kaki dari kelas ini " tegas pak bambang, guru sosiologi. 

          " Yah saya gabisa terbang pak " ceplos Edgar, sedangkan sedari tadi Arzka hanya diam sembari dongkol dengan teman di sebangkunya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Edgar. 

          " kamu melawan saya? " Kemudia Arzka bangkit lebih dulu lalu kemudian menyeret Edgar pergi sebelum menerima hukuman yang lebih dari ini. 

         " Gara-gara lo nuda kita disunir " kesar Arzka .

         " salah lo lah " ujar Edgar tak mau kalah 

         " lo " 

         " lo,  anjir " 

        " Serah " jawab Arzka kemudian melangkahkan dirinya ke UKS untuk tidur. 

        " DASAR CUMI NYALAHIN ORANG TAPI SENDIRINYA MENIKMATI " teriak Edgar yang masih terdengar di telinga Arzka , membuat ia mau tak mau tertawa tambil mengacungkan jempolnya tanpa membalikkan tubuhnya. 

        Edgar pun memilih untuk pergi ke kantin mengisi perutnya yang kosong. 

Kedua anak laki-laki yang sedang beranjak dewasa itu tidak ada yang tahu tentang takdir apa yang telah dituliskan oleh tuhan untuk menguji pershabatan yang mereka jalin. Akankan ego yang menang, atau kasih sayang? 


AlkalineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang