Sorenya sepulang sekolah, Gia dan Caca berpisah di depan pintu kelas mereka. Karena Gia harus menemui Arzka di parkiran, sedangkan Caca telah dijemput oleh supirnya di depan gerbang. Gia berjalan sendirian ke parkiran. Degup jantungnya tak henti-hentinya memompa dengan cepat. Seperti tidak memberi ruang untuk Gia bernafas tenang.
Disana, Gia melihat punggung Arzka yang dilapisi oleh jaket kulit berwarna hitam. Cowok itu sedang membelekanginya. Gia berjalan pelan menghampiri Arzka. Arzka yang menyadari ada langkah kaki, lantas memutar badannya, dan melihat ke arah Gia yang kini sedang merona karena di tatap oleh Arzka. Ini mah Gia nya aja yang lebay. Arzka kan juga punya mata, geer banget dia.
Arzka tersenyum kepadanya, lalu memberikan helm untuk digunakan Gia. " langsung pulang? " Tanya Arzka pada Gia. Dirinya pun mengangguk pelan. Masa iya Gia bilang ke Arzka kalo dia mau lama-lama sama Arzka sih. Kan Gia harus jual mahal. " Gamau makan dulu? " Gia udah kesenengan aja denger pertanyaan Arzka. Siapa si yang bakal nolak.
Akhirnya motor ninja Arzka keluar dari pekarangan sekolah. Gia beruntung, suara mesin motor Arzka lumayan besar, sehingga dapat menutupi degup jantungnya yang mungkin saja dapat terdengar saking kencangnya.
Selama di perjalanan, baik Gia maupun Arzka tidak ada yang memulai pembicaraan. Keduanya sama-sama hanyut dalam pikirannya sendiri. Mungkin Arzka bukan tipe orang yang senang bicara saat menyetir, toh akan membuat konsentrasinya terganggu kan, batin Gia. Namun, beda lagi dengan pemikiran Arzka. Cowok itu takut Gia akan mengiranya modus atau apalah jika terlalu ketara mendekatinya. Meski Arzka pengen banget sebenarnya bilang kepada Gia untuk berpengangan pada pinggangnya, agar cewek itu tidak jatuh. Jadi karena Arzka tidak mampu untuk bicara , maka cowok itu menjalankan motornya dengan kecepatan yang tidak Arzka banget, alias santai.
Motor Arzka berhenti di sebuah kedai makan yang tidak familiar untuk Gia. Yaiyalah, Gia kan anak rumahan abis, jadi Gia jarang tau tempat-tempat nongkrong anak sekolahan sekarang. Mamanya selalu mengajarinya untuk betah berada di dalam rumah, karena dia perempuan. Sedangkan Ziro mah , meskipun dilarang pasti tidak mempan. Berbeda dengan Gia yang patuh kepada orang tuanya. Namanya juga anak perempuan.
Kembali pada situasi sekarang. Arzka mengajaknya untuk masuk kedalam. Mereka berjalan bersampingan. Tidak ada gandeng menggandeng tangan yang tidak sengaja , yang biasa di lakukan cowok ketika mengajak peempuannya untuk masuk ke restaurant, seperti pada novel-novel percintaan. Meski tak Gia pungkiri, bahwa nafsunya cukup besar untuk megharapkan kejadian itu.
Mereka berdua duduk di ujung kedai, mengarah langsung pada jalanan ibu kota di sore hari.
" Mau makan berat apa ringan? " Tanya Arzka memecah lamunan Gia. " Ringan aja kak, takutnya mama masak dirumah hehe " Mamanya pasti akan menyuruh nya makan lagi dirumah, jadi Gia mengantisipasi hal yang tidak diinginkannya seperti menahan mual akibat makanan yang terlalu banyak masuk kedalam lambungnya.Arzka memanggil pelayan dengan sopan. Kemudian mereka berdua menyebutkan makanan yang masing-masing ingin mereka pesan. Selepas pelayan itu pergi, Arzka memulai pembicaraan dengan menanyakan bagaimana sekolahnya hari ini , misalnya. Sangat manis ditelinga Gia. Tuh kan Gia rasa dia sudah benar-benar move on. Degup jantung yang biasanya dirasakannya pada saat berdekatan dengan Rafka, kini berganti. Arzka lah yang membuat jantungnya tidak normal sekarang. Mungkin Gia akan meminta mamanya untuk menemani kerumah sakit nanti, ingatkan Gia.
" Maaf ya gi kalo lo ganyaman jalan sama gue " ungkap Arzka, malah membuat Gia semakin gugup. Mana mungkin Gia tidak nyaman. Hanya saja jantungnya ini loh yang membuat Gia tidak bisa berkata kata dan memilih bungkam. " kata siapa ganyaman? " Gia berusaha untuk mencairkan suasana kembali. " Ya pikiran gue aja sih. Abis diem terus, jadi gaenak gue. Tau gitu tadi langsung dianter pulang aja ya gi? " Hati Gia menentang keras ucapan Arzka barusan. Emang jantungnya aja nih rese. " Gia cuma bingung mau ngomong apa kak " Jawab Gia , diakhiri dengan senyum tipis khas cewek itu.
Azrka pun mau tak mau menarik bibirnya membentuk senyuman saat disenyumi manusia selucu Gia. Ingin rasanya cowok itu mencubit pipi Gia yang sedikit membesar ketika tersenyum. Sangat menggemaskan. Namun kata Edgar, untuk mendekati perempuan polos seperti Gia, harus pelan-pelan. Seperti kupu-kupu. JIka semakin di kejar , maka ia akan terbang menghilang. Namun Jika di diamkan, maka dia akan datang sendirinya. Terkadang mempunyai teman playboy seperti Edgar menguntungkan juga, karena temannya itu hapal dengan tipe-tipe cewek.
" Jangan gaenakan gitu, gue gagigit kok jadi santai aja " Ucap Arzka pelan, namun memikat.
" Mohon kerja samanya kak " Canda Gia garing. Namun hal kecil seperti itu membuat Arzka semakin gemas dengan perempuan didepannya ini.
" Siap bidadari " Jawab Arzka dengan tawaan, dengan maksud mebalas candaan Gia. Arzka gatau aja, ucapannya ,malah buat Gia jadi seperti tomat busuk. Merah namun menciut. Kelakuan Gia benar-benar seperti orang yang tidak pernah pacaran. Dulu bersama dengan Rafka, mantannya itu tidak semenggemaskan ini. Gia sudah pernah bilang kan kalo Rafka orangnya keras. Jadi sangat berbeda dengan Rafka.
Obrolan mereka terintrupsi dengan hadirnya hidangan yang mereka pesan. Gia memesan satu cangkir hot chocolate dan lava cake chocolate kesukannya. Sedangkan Arzka memesan coffe float dan sepiring pudding vanilla. Mereka berdua menghabiskan makanan mereka dengan bercanda gurau bersama. Membahas apapun yang bisa mereka bahas. Melumerkan es batu yang ada di antara mereka berdua.
Gia kembali kerumah dengan diantar Arzka. Sialnya kakaknya itu sedang menatapnya dari pagar rumah bersama beberapa temannya ketika Gia memasuki pintu gerbang. Alamat di cengin deh, batin Gia kesal. Dengan tidak memperdulikan tatapan jenaka Ziro, Gia memasuki rumahnya, dan disurul oleh Ziro serta teman-temannya yang mungkin baru pulang juga dan berniat bermain. Tapi siapa peduli dengan Ziro dan teman-temannya.
" Lo pada naik aja duluan ke kamar gue " Ucap Ziro pada teman-temannya. Yang diangguki dengan riuh. Kayaknya, gak Ziro gak teman-temannya, sama berisiknya deh. Pantes mereka berteman, pikir Gia.
Ketika Gia ingin menaiki tangga , Ziro menahan tasnya. " Mau kemana lo ? " Tanya Ziro. Masa iya hal itu harus ditanyain sih, kesal Gia. " kekamar lah, galiat apa aku masih pakek seragam " Jawab Gia meronta untuk dilepaskan oleh kakaknya. Namun bukannya melepaskan, Ziro malah semakin menguatkan pegangannya pada tas Gia. " Boleh juga cowok lo, playboy ga? biasanya muka muka kayak gitu sih suka mainin cewek dek " Ucap Ziro panjang lebar. Nah , keluar deh sifat overprotective kakaknya, kalo sudah menyangkut cowok yang mendekati Gia.
" Cuma kakak kelas " Jawab Gia ketus sambil melipat tangannya di dadanya. " Cuma tapi sampe dianter pulang, udah gitu telat lagi. Perasaan sekolah lo bubar dari 2 jam yang lalu deh " Gia gerah menaggapi ocehan Ziro. " Sejak kapan abang sok perhatian gini, biasanya juga mau ngusir aku dari rumah " Balas Gia. Ucapan Gia tadi hanya bercanda, ia tau bahwa Ziro sangat menyayanginya. Namun ia sengaja melakukan hal ini untuk mendramatisir keadaan. Dan membuat Ziro membujuknya seperti biasanya.
" Kok kamu baperan sih sekarang? pasti gara-gara cowok tadi kan yang buat kamu berubah gini. Mentang mentang ada cowok yang ngelindungin kamu sekarang, terus kamu ngebuang abang gitu aja? oke fine " lah kok malah Ziro yang ngambek. " Gantiin dulu tuh catokan rambut Gia, baru Gia maafin abang "
" Yaampun dek, perhitungan banget sama abang sendiri " Ziro melesukan wajahnya. Gia berakting seperti tidak peduli layaknya ibu tiri di film Cinderella yang sering ia tonton.
Drama mereka terhenti ketika mama mereka datang dan menyuruh mereka berdua serta teman-teman Ziro untuk makan bersama. Hal itu dimanfaatkan Gia untuk lepas dari cengkraman Ziro pada tasnya. " Gia jangan lari lo ya " Teriak Ziro pada Gia. " Ziro udah berapa kali mama bilang jangan ngomong lo gue sama adek sendiri " Marah mamanya. Kemudian Ziro kembali berteriak sambil berlari kekamarnya " Gia udah punya pacar ma " Sontak Gia yang mendengar kembali bereteriak bahwa itu tidak benar. Terjadilah teriak-teriakan yang diperankan oleh kedua kakak beradik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alkaline
Подростковая литератураWajahnya biasa saja, tidak cantik seperti pada novel-novel remaja kebanyakan, dimana pemeran utamanya memiliki wajah dan lekuk tubuh yang sempurna. Dibalik kelincahannya dia menyimpan sebuah trauma " untuk apa kisah cinta SMA diseriusi " . Kalian t...