Gia duduk dengan malas di kursinya. Pagi itu Gia hanya mencepol rambut hitamnya asal , menyisakan banyak anak rambut yang berjatuhan. Mukanya lesu, seperti orang enggan hidup matipun segan. Bukan lebay, kenyataannya memang begitu. Caca saja sampai bingung dengan perubahan teman sebangkunya itu.
" kenapa gi? " Caca berinisiatif untuk mengajak Gia mengobrol duluan. " kesel gue sama kak Zilo " rengek Gia pada Caca. " Zilo? " tanya Caca. Gia lupa jika dirinya belum bercerita jika dia memiliki kakak yang super jahil.
" kakak gue " jawab Gia lesu. Caca menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Kemdian Gia bercerita perihal moodnya yang sangat jelek hari ini. Bayangkan saja, catokan rambut Gia hilang keberadannya dari kamar tidurnya. Dan tiba tiba saat berniat untuk bertanya kepada bi inah asisten rumah tangga dirumahnya, Gia melihat kakaknya itu sedang memanggang roti menggunakan catokan seharga 500 ribu yang dibeli Gia dengan menyisihkan uang jajannya sendiri. Perempuan mana yang tidak murka coba.
Caca tertawa kencang mendengar cerita Gia. " kakak lo tuh hahaha anjir hahaha gila hahaha banget hahaha " . Gia bangkit dari tempat duduknya dan pergi keluar kelas meninggalkan Caca yang masih tertawa sendirian.
Tujuan Gia jatuh ke kantin. Dirinya ingin membeli roti serta sekotak susu untuk mengganjal perutnya yang belum diisi. Kebiasaan Gia, malas makan pagi. Padahal mamanya selalu meneriaki Gia untuk makan terlebih dahulu. Memang Gia nya aja yang dablek ( susah dibilangin ).
[ Rafka calling ]
Bersamaan dengan telfonnya yang berbunyi, Edgar dengan kelompoknya berjalan ke kantin. Mata mereka juga saling bertubrukan. Lalu disusul Arzka dibelakangnya, cowok itu tersenyum ramah pada Gia. Tipe cogan idaman banger sih Arzka ini, teriak Gia dalam hati.
Drrtt
Drrtt
Khayalan fantasi Gia terhenti ketika getaran yang tak berhenti itu menyadarkannya akan keberadaan bumi. Memang deh kalo sudah melihat Arzka berasa lagi naik halilintar di dufan.[ Rafkal missed call 2]
Drrtt
Drrtt
" Ya hallo " Gia memutuskan untuk menjawab panggilan Rafka. Pasti cowok itu tidak akan pernah berhenti mengganggunya sebelum mendapatkan keinginannya.
" Jutek banget mba " Kekehan terdengar dari mulut cowok itu, membuat Gia geli setengah mati. Ini bukan masalah Gia yang belum move on, tetapi rasa dongkolnya yang sudah diubun ubun . Antara benci dan gengsi.
" kenapa " Tanya Gia tanpa basa-basi.
" Mau jalan ga? " Rafka ngajak dirinya jalan? Yang benar saja, lagipula siapa yang bisa menolak. Eh maksud Gia siapa yang bakal mau. Gia tuh kesel sama Rafka jadi gamungkin dia nerima ajakan cowok itu. Bener kan Gi?
" Kapan ? " Malah pertanyaan itu yang keluar dari mulutnya. Emang dasar Gia nya aja gak konsisten antara hati dan pikirannya. Tapi kan Gia sudah suka sama Rafka dari 3 tahun lalu, ya pasti susah lah untuk Gia melupakan cowok idamannya itu. Meskipun dirinya telah disakiti tapi tetap saja tidak berpengaruh apapun untuk perasaan Gia. Memang jika kita mencintai seseorang mau selama apapun jika tuhan tidak mentakdirkan maka percuma saja. Mungkin saat ini tuhan sedang berbaik hati ingin Gia dan Rafka balikan, kekeh Gia. Namun dengan cepat digelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan pikirannya sendiri.
" Pulang sekolah gue anter balik ya gi? " Gia kembali sadar ketika mendengar suara Rafka melalu handphone di telinganya. Kemudian pandangannya bertabrakan dengan milik Arzka yang sedang menatapnya juga. Gia tersenyum canggung pada Arzka.
" Halo gi? "
" Eh.. sorry gabisa " Jawab Gia terbata.
" Kenapa? gue cuma mau memperbaiki hubungan kita , bukan kayak orang gakenal gini " Suara Rafka terdengar penuh penyesalan di telinga Gia.
" Maaf raf gue harus masuk kelas " Gia memutuskan sambungan secara sepihak. Air mata sudah mengembang di pelupuk matanya, dan ia membenamkan kepalanya di atas meja kantin yang ditempatinya .
Tidak ada yang mengerti perasaan Gia untuk saat ini. Disatu sisi dia enggan untuk memaafkan Rafka yang sudah melecehkannya dulu dengan perkataan pedasnya. Di satu sisi dia masih belum bisa melupakan cowok itu. Jika Gia boleh meminta pada tuhan, dia ingin amnesia saja. Tidak mengingat siapapun dan hidup bebas seperti bayi yang baru lahir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alkaline
Teen FictionWajahnya biasa saja, tidak cantik seperti pada novel-novel remaja kebanyakan, dimana pemeran utamanya memiliki wajah dan lekuk tubuh yang sempurna. Dibalik kelincahannya dia menyimpan sebuah trauma " untuk apa kisah cinta SMA diseriusi " . Kalian t...