Di lorong rumahsakit yang penuh dengan pasien-pasien baru yang berdatangan, Mila terus berjalan sambil sesekali bergumam tidak jelas.
Ia sangat kesal karena harus bertemu dengan lelaki itu lagi. Tetapi sebagai murid yang baik, dan seorang murid sudah seharusnya menghormati gurunya, apa yang bisa ia lakukan?
Mila menghela nafas lelah. Di tangan kanannya sudah terdapat bungkusan martabak rasa coklat sesuai dengan yang di pesan. Ia merasa ada yang salah dengan kacamatanya. Mungkin terkena cipratan air tadi ketika ia tidak sengaja menabrak seseorang yang sedang minum air, pikirnya.
Ia melepas sebelah tali ranselnya, dan mulai membuka sleting ranselnya. Ketika sudah mendapatkan apa yang di carinya, yaitu kain untuk membersihkan kacamata. Ia mulai membersihkan kacamatanya dengan sedikit kesulitan karena plastik martabak yang ia sematkan di pergelangan tangannya.
Mila tidak memperhatikan ketika sebuah brangkar pasien yang sedang dalam keadaan darurat melewatinya, dan beberapa suster yang terburu-buru menubruknya.
Kemudian terdengarlah suara injakan pada sesuatu yang sifatnya rapuh.Mila refleks membelalakan matanya.
Demi Tuhan!! Kacamata satu-satunya!!
Suster yang tadi menubruknya menghentikan langkah dan menyuruh semua suster untuk terus membawa pasien itu ke ruang operasi. Dan dengan wajah menyesal, suster itu mengambil kacamata Mila yang kacanya sudah retak.
"Ya ampun!! Maaf, Dek. Engga sengaja," ucap suster itu.
Mila mengangguk lesu. "Engga apa-apa kok, Sus. Salah saya tadi kurang hati-hati."
"Biar saya gan---"
Mila segera menyela. "Engga usah, Sus. Engga apa-apa, lagian mata saya engga kenapa-napa. Itu cuma kacamata biasa."
"Sekali lagi maaf ya, Dek." Suster itu menyerahkan kacamata yang retak itu pada Mila. Mila segera mengambilnya.
"Saya harus segera keruang operasi. Sekali lagi maaf ya, Dek." Setelah mengatakan itu, suster segera pergi meninggalkan Mila yang sedang meratapi nasib.
Terpaksa ia melepas kacamata dan ikat rambutnya, karena ia merasa kurang percaya diri jika tanpa kacamata tetapi rambutnya di kuncir. Setelah itu Mila melanjutkan langkahnya.
***
Akhirnya Mila sampai di pintu bertuliskan 188. setelah menempuh perjalan yang terasa berat karena kacamatnya yang patah, akhirnya Mila bisa bernafas lega. Bukan lega, tetapi lebih kepada gugup, bagaimana jika orang yang ada di ruangan ini mengenalnya? pikiran-pikiran negatif mulai masuk kedalam otaknya.
Berbekal keberanian yang hanya tinggal seujung kuku, Mila mulai mengetuk pintu dan masuk.
Ternyata orang yang ada di dalam sedang menonton televisi.
Tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi, lelaki itu berujar, "Lama banget, Dek. Kakak udah laper dari tadi. Lagian mampir kema---"Ucapannya terhenti karena dia terlalu terkejut melihat orang yang datang.
"Ngapain lo? Kenapa lo balik lagi?"
Mila mengabaikan ucapan itu dan mulai melangkah. Setelah sampai di samping ranjang orang itu. Mila membuka bungkus martabak untuk kemudian di berikan kepada orang itu.
"Bukannya kamu mau martabak? yaudah ambil aja, Vin."
Kevin mengerutkan keningnya bingung. Mila yang mengerti kerutan itu lantas melanjutkan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU (COMPLETED)
FanfictionMila adalah seorang gadis cantik, dan pintar. Mila lebih senang menggunakan kacamata ketika ia sedang berada di sekolah, itu kebiasaanya sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Kevin adalah seorang pria pemalas, dan terkadang ia juga selalu bang...