I Love You: Chapter 32 (END)

2.9K 121 13
                                    

Satu minggu sudah Mila menghilang dari kehidupan Kevin. Bukan, bukan arti hilang yang sesungguhnya. Karena ia yakin Mila pasti akan kembali. Mana mungkin Mila rela meninggalkan pendidikannya disini, apalagi mereka akan segera menghadapi ujian. Murid seperti Mila pasti berat meninggalkan itu.

Pertanyaannya sampai kapan? Sampai kapan Kevin menunggu. Ia tidak lelah menuggu, hanya saja rindu. Rindu akan senyum Mila yang tanpa ia sadari sudah menjadi candu. Ketika mood nya sedang jelek, senyuman itu ampuh membuat moodnya naik, tetapi sekarang bagaimana ia mendapatkan obatnya?

Seperti biasa, sekarang Kevin lebih sering berangkat lebih pagi dari biasanya. Ia akan menghabiskan waktunya di tempat satpam untuk sekedar menunggu. Bukan menunggu, lebih tepatnya melamun. Karena ia sendirian, Pak satpam lebih sering berada dekat gerbang. Kadang bersama Agi jika memang dia sedang bertaubat datang pagi.

Bel masuk akan berbunyi sekitar sepuluh menit lagi. Tetapi biasanya Kevin akan beranjak ketika bel berbunyi. Ia mengalihkan pandangannya kea rah gerbang dan seketika matanya membulat dan refleks langsung berdiri dari duduknya. Ia sampai harus mengucek matanya beberapa kali takut ini hanya mimpi dan bayangan saja karena terlalu lama menahan rindu.

Perempuan itu terlihat buru-buru dan rambut ekor kudanya bergerak ke kanan-kiri mengikuti langkahnya yang terburu-buru. Setelah yang di lihatnya pasti bukan bayangan, ia segera berlari menghampiri perempuan itu.

"Mila ...."

Kevin ingin segera membawa Mila ke pelukannya tapi sadar dia masih di area sekolah. Jangan tanyakan kekhilafan Kevin dulu yang refleks memeluk Mila di depan kelas. Ia berjalan semakin dekat kea rah Mila.

"Sebentar, Vin."

Tetapi Mila langsung berlari cepat meninggalkannya. Ia segera berlari menyusul dan menahan tangan Mila.

"Mil, aku mau ngomong sama kamu."

"Sebentar," ucap Mila sambil berusaha melepas cekalan tangan Kevin.

"Aku mohon."

"Sebentar, Vin.

"Tapi-"

Ucapan Kevin terputus karena Mila langsung melepaskan tangannya dan berlari entah kemana. Kevin memandang tangannya yang kosong dengan tatapan sedih. Apakah Mila akan meninggalkannya? Pikiran it uterus merasuk ke dalam kepala Kevin. Akhirnya dengan pasrah dan lesu ia berjalan menuju kelasnya.

Setelah sampai di kelas, tanpa memperhatikan wajah Kevin, Agi segera membombardirnya dengan pertanyaan yang membuat Kevin semakin sedih karena Mila marah padanya.

"Lo udah liat Mila belum? Tadi gue ketemu sama dia pas lagi di jalan. Mau gue ajak bareng tapi tanggung udah deket dan pasti Mila nggak bakal mau. Terus tadi gue ketemu sama Mila di-"

"Berisik lo. Bisa diem nggak."

"Selow aja kali, Vin. Kayak cewek lagi PMS lo. Padahal tadi gue mau bilang kalau gue sama Mila ketemu di-"

Ucapan Agi terputus karena perempuan itu datang diikuti guru mata pelajaran yang langsung masuk ke kelas dan tentu saja Kevin tidak bisa langsung menghampiri Mila.

***

Sudah hampir 3 jam Kevin berusaha sabar untuk tidak segera menghampiri Mila dan menjelaskan semua karena tiba-tiba guru datang lebih cepat dari biasanya. Sekarang saatnya, ketika guru mata pelajaran terakhir keluar, Kevin langsung bergerak cepat ke bangku Mila.

"Di, minggir."

"Vin, jangan gitu. Kebiasaan gitu mulu."

"Di, minggir cepet."

Kevin sama sekali tidak menghiraukan ucapan Mila. Ia terus menyuruh Didi untuk pergi dari bangku itu.

"Kebiasaan."

Mila segera beranjak dan mendorong sedikit bahu Kevin yang menghalangi jalan. Kemudian ia pergi. Ia sejujurnya sedikit kesal karena di abaikan Kevin, jadi lebih baik ia pergi.

"Mil ...."

Mila terus berjalan tanpa arah, ia menyusuri koridor sekolah yang mulai ramai karena jam istirahat sudah tiba.

"Mila."

Mila semakin mempercepat langkahnya dan tidak mengiraukan panggilan Kevin di belakangnya. Ia jadi heran kenapa Kevin jadi lelet dalam berjalan seperti ini. Bukannya dia seorang laki-laki.

"MILA MAAF. AKU CUMA KANGEN KAMU."

Mila mematung mendengar teriakan Kevin. Hatinya menghangat. Benarkah Kevin merindukannya?

Mila menoleh kea rah Kevin dan kemudian terkejut. Baju Kevin sudah berwarna merah. Bukan, bukan darah. Itu seperti noda minuman. Mungkin gara-gara itu Kevin jadi telat menyusulnya.

"Jangan ngambek," ucap Kevin pelan.

"Yaudah, ikutin."

Mila kembali berjalan mendahului Kevin.

"Jalannya sebelahan bisa nggak? Nggak usah pegangan tangan, tapi jalannya sebelahan."

Konyol. Mila jadi ingin tertawa mendengar itu. Mila berbalik kea rah Kevin dan berjalan kearahnya. Tanpa basa-basi Mila segera menggenggam tangan Kevin dan berjalan menuju tempat yang di inginkan Mila.

***

Sudah lima menit berjalan tetapi tidak ada sepatah katapun yang terucap. Mereka berdua bungkam. Kevin takut untuk memulai pembicaraan karena takut Mila marah dan moment mereka berdua akan berakhir, sementara Mila bingung harus memulai pembicaraan dari mana.

"Mil."

"Kevin."

Mereka sama-sama terdiam kembali mendengar itu.

"Kamu duluan," ucap Mila pelan sambil memfokuskan matanya ke depan, memandang danau tempat biasa mereka berdua.

"Maaf," ucap Kevin pelan, "Soal Naura, aku-"

Kevin membeku ketika Mila memegang tangannya, bahkan sebelum ia menyelesaikan ucapannya. Dengan perlahan Kevin mengangkat pandangannya ke arah Mila. Mila memandangnya dengan hangat dan tersenyum. Kevin jadi terkejut.

"Aku percaya sama kamu. Kamu nggak usah jelasin apa-apa. Tanpa kamu jelasin pun aku tau kalau kamu nggak akan berbuat seperti itu sama aku. Pondasi untuk memulai sesuatu hubungan adalah kepercayaan. Untuk itu kamu nggak usah sedih lagi, nungguin aku di pos satpam. Aku pasti pulang-"

Ucapan Mila terhenti karena Kevin langsung memeluknya erat, tanpa membiarkan Mila menyelesaikan ucapnnya. Ia bahagia, sangat bahagia, awalnya ia takut jika Mila tidak akan percaya kepadanya mengingat Mila tidak berbicara apapun setelah gossip itu hadir.

Mila benar, pondasi sebuah hubungan adalah kepercayaan. Sungguh beruntung Kevin memiliki Mila. Sisa siang itu mereka habiskan dengan bertukar cerita yang tiada habisnya hingga bel masuk pun berbunyi. Sepertinya kisah cintanya akan berakhir bahagia. Semoga saja. Saling percaya yang paling utama.

END

Finally tamat. Dengan ini cerita I Love You resmi tamat. Makasih untuk semua teman-teman yang masih setia membaca cerita ini, walaupun cerita ini jauh dari kata sempurna dan banyak kesalahan, tapi kalian masih setia membaca. Makasih buat vote sama comment nya, tanpa kalian cerita ini tidak ada apa-apanya. Dan alhamdulillah cerita ini dapet rank 200-an di friend. Makasih ya.

Jangan lupa bahagia

Tamat: 6 juli 2018

I LOVE YOU (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang