Kevin meremas ponsel yang ada di tangannya. Pantas saja, sedari tadi ia sudah mengirim beribu-ribu pesan dan ribuan kali juga menelpon tetapi tidak di angkat sama sekali. Tidak ada balasan karena ponsel itu tertinggal di kolong meja tempat Mila duduk. Sekarang bagaimana ia akan menghubungi Mila. Bukannya lancang dan tidak menghargai privasi orang lain, Kevin sempat membuka kontak telpon Mila, tetapi tidak ada nomor ponsel keluargannya.
Ia sudah bertanya kepada Prilly perihal Mila kemana, tetapi perempuan cerewet itu juga tidak tahu. Jika sudah begini bagaimana. Kevin hanya takut. Kevin takut Mila salah paham dan berujung dengan meninggalkannya. Ia bersungguh-sungguh pada Mila. Tidak ada niat mempermainkan Mila sama sekali. Ditambah percakapan terakhir mereka tidak berjalan dengan baik karena Mila merajuk membuat Kevin semakin merasa gelisah.
"Kamu kemana sih, Mil? Aku harus cari kamu kemana?"
Kevin sudah mencari Mila ke kost-an tempat tinggal Mila sementara. Tetapi Ibu pemilik kost an itu mengatakan Mila belum pulang sekolah. Padahal kenyataannya dari tadi pagi Mila sudah berangkat pergi entah kemana.
Tiba-tiba ponsel Kevin bergetar dan nama Kevin langsung muncul. Tanpa ragu, ia langsung mengangkatnya.
"Halo."
"Bokap Mila meninggal, barusan dia telpon gue pake telpon rumah, tapi katanya dia telpon di wartel, hp nya hilang entah kemana."
Kevin mematung mendengar pernyataan itu, jadi alasan Mila pergi itu karena Ayahnya meninngal? Dan disaat seperti ini ia tidak ada di sampinng Mila? Pacar macam apa ia? Tetapi apakah Mila sudah mendengar kabar tentang berita yang beredar di sekolah tentangnya?
"Vin ... lo masih disana?"
"Ya. Apa Mila tau tentangg foto yang beredar itu?"
Hening cukup lama dan ia sudah menebak jawabannya. Kevin hanya menghela nafas lelah menunggu Prilly menjawab pertanyaannya.
"Dia tau. Gue yang nunjukin, tapi belum sempet dia ngerespon dia udah kaget duluan waktu dapet telepon dari kampung halamannya dan langsung pergi ke ruang guru minta izin buat ke bandung."
"Sial."
"Apa Mila tau kalo Naura mantan lo?"
Kevin mengusap wajahnya gusar. Kalau saja dulu ia jujur tentang Naura pasti ia tidak akan sekhawatir ini.
"Nggak. Gue belum pernah cerita."
"Bego."
Ia sudah tau jika ia terlalu bodoh tidak jujur. Belum sempat ia membantah Prilly sudah melanjutkan.
"Lo bayangin nggak sih, disatu sisi dia sedih denger kalau bokapnya meninggal, terus di sisi lain dia sedih dan sakit hati karena gossip lo itu, apalagi dia belum dapat klarifikasi dari lo."
Kevin mematung mendengar apa yang Prilly katakana. Benar, ia tidak bisa membayangkan. Bagaimana? Ia harus apa? Semakin lama berbicara dengan Prilly, semakin besar rasa kalutnya. Untuk itu, ia segera mematikan ponsel dan langsung melempar diri ke kasur. Ia hanya berdo'a, mudah-mudahan Mila percaya padanya.
***
"Bang, Kenzo udah balik?"
Hampir setiap pagi Alex bertanya seperti ini kepadanya. Pernah beberapa kali Alex meminta untuk bertemu dengan Mila, tetapi Kevin selalu menolaknya. Ia tidak mau Alex menganggu waktunya dengan Mila. Tetapi sekarang, Kevin sedang tidak dalam mood bagus. Jadi ia hanya mendiamkan Alex yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya.
"Bang ...," ucap Alex merengek.
"Belum."
Kevin melihat Alex yang bersedih, ia tidak tega. Tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.
"Yaudah, kamu berangkat sana. Mama udah nungguin."
"Alex duluan ya, Bang."
Kevin menghela nafas lelah. Makan bukan solusii bagus karena hatinya masih gelisah. Ia bersandar di kursi makan yang sedang ia duduki. Rasanya tidak ingin berangkat sekolah disaat penyemangatnya pun tidak ada. Tapi bersekolah merupakan kewajiban, jadi ia bangkit dengan sisa-sisa tenaga yang tersisa berhaarap takdir bersikap baik kepaadanya dengan mendatangkan Mila ketika di sekolah.
***
Tanpa sadar, ternyata ini masih terlalu pagi untuk Kevin berangkat sekolah. Seperti biasa setelah Mila menghilang, atau lebih tepatnya pulang terlebih dahulu ke kampung halamannya, ia akan menunggu di pos satpam. Menunggu kekasih hatinya.
Pak satpam sepertinya sudah bosan melihat Kevin. baru beberapa hari kemarin tidak melihatnnya disini. Sekarang, Pak satpam harus melihatnnya lagi, dengann tampang kuyu dan lingkar mata yang menghitam.
"Nak, kalau tidur yang bener. Jangan kebanyakan begadang."
Kevin hanya menunduk, meremas ponsel yang selalu ia bawa kemana-mana. Berharap Mila sedang kesulitan mencari ponsel dan menelponnya, diantara kesedihannya. Tidak ada yang tidak mungkin bukan? Tapi yasudahlah.
"Gimana mau tidur, Pak. Pacar saya belum kembali sekolah disaat saya sendiri nggak tau kalau dia percaya sama saya apa tidak."
"Tenang saja, Nak. Kalau dia beneran sayang sama kamu, dia akan percaya tanpa kamu jelasin sedikit pun. Lancarnya suatu hubungan itu di landasi oleh rasa saling percaya. Untuk itu kamu tidak perlu khawatir. Biar waktu yang menjawab segalanya. sekarang kembali ke kelas dan focus belajar lebih dulu. Pacar kamu juga pasti engga suka liat kamu begini. Jadi kembali ke kelas."
Pak satpam benar, mungkin memang Kevin tidak terlalu risau terlebih dahulu tentang hal ini. Ia akan mencoba lebih tenang dan focus belajar terlebih dahalu.
"Terimakasih banyak ya, Pak. Saya ke kelas dulu. Sebentar lagi masuk.
***
Bel istirahat baru saja berbunyi memekakan telinga, mengisi lorong-lorong yang tadinya sunyi mejadi berisik akibat banyak orang yang keluar kelas, berbondong-bondong menuju kantin. Tetapi tidak untuk Kevin, ia masih di dalam kelas, berdiam diri. Beberapa kali Naura mengajaknya untuk pergi, tetapi Kevin tidak beranjak sama sekali.
Setelah mendengar gossip itu, Kevin langsung melabrak Naura. Kevin menegaskan jika hubungan mereka sudah berakhir sudah lama. Dan menyuruh Naura untuk jangan berani macam-macam dengan hubungannya dengan Mila. Ia murka saat itu sampai lupa ia bicara apa saja. Setan telah menguasainya.
"Ngapain sih lo? Udah gue bilang jangan ganggu gue, atau lo bisa kembali ke sekolah lama lo."
"Lo kenapa sih engga bisa liat pengorbanan gue, gue bela-belain pindah sekolah buat lo."
"Dan gue nggak pernah nyuruh lo buat pindah sekolah. Lo aja yang kelewat bego. Jangan pernah ganggu hidup gue lagi. Gue cukup sama Mila, dan lo nggak pernah sekalipun ada dalam daftar hidup gue."
Kevin pergi meninggalkan kela meninggalkan Naura yang sudah menangis karena ucapan Kevin yang terlalu menyakiti hatinya. Ia menyerah, ia tidak akan mengganggu Kevin lagi.
Di tengah perjalanan entah kemana, Kevin bertemu Prilly. Prilly menariknya pergi menuju kantin. Dan lagi kenyataan seperti melempar Kevin ketika mendengar ucapan Prilly.
"Gue sebenernya males ngomongin mereka, tapi Ali bilang sama gue kalau sebelum Mila pulang ke kampung, dia sempet dapet kata-kata tajam dari penghuni sekolah. Dia di sebut sebagai seorang pelakor dalam hubungan lo ssama Naura."
Kevin menahan nafasnya mendengar kenyataan itu. Begitu banyak luka yang Kevin torehkan bahkan sebelum Mila dapat dilindungi olehnya.
"Sumpah gue nggak tau, soalnya dia langsung melesat pergi gitu aja."
"Sekarang gue harus gimana?"
"Lo tunggu sampai Mila balik."
Tanpa Prilly menyuruhnya pun ia akan menunggu sampai Mila kembali. Entah sampai kapan. Tetapi Kevin bisa pastikan jika ia akan menunngu. Sampai kapanpun, tegasnya dalam hati
***
Nisa lagi semangat-semangatnya biar cepat ending. Selamat malam minggu.
See you in the next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU (COMPLETED)
FanfictionMila adalah seorang gadis cantik, dan pintar. Mila lebih senang menggunakan kacamata ketika ia sedang berada di sekolah, itu kebiasaanya sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Kevin adalah seorang pria pemalas, dan terkadang ia juga selalu bang...