Sudah dua hari Mila menghilang dan sudah dua hari juga Kevin selalu menunggu berharap datang keajaiban bahwa Mila akan datang dihadapannya. Dengan rambut di kuncir satu dan kacamata yang selalu membingkai mata indahnya. Senyuman manis yang sangat jarang di tampilkan atau sikap lemah lembutnya yang perlahan telah menghilang. Kevin merindukan itu. Akankah keajaiban akan datang?
Kevin jadi teringat kisahnya dulu bersama Mila, ketika jatuh dari motor dan kakinya di gips. Dengan konyolnya Kevin menyuruh Mila untuk membantunya setiap hari. Menunggunya disini bersama Pak satpam yang terkadang menggodanya. Menunggu Kevin datang, dan ia baru merasakan apa arti menunggu sekarang, menunggu dengan ketidak pastian akankah Mila datang sekarang. Berbeda dengan dulu, Kevin pasti datang menghampiri Mila.
"Nak, dari kemarin persaan diem disini mulu? Kelasnya kan disana bukan disini."
Kevin menghela nafas dan menoleh kea rah pak satpam yang baru saja mendudukan tubuhnya di sebelah Kevin. "Saya nunggu seseorang, Pak."
"Oh ... Bapak baru inget, perempuan yang pake kacamata itu ya?"
Kevin hanya mengangguk lesu dan mengerti mengapa pak satpam tau, karena mungkin dulu sering melihat Mila disini. "Kemana emang dia?"
"Nggak tau, Pak. Dia nggak ngasih kabar, pas datang ke rumahnya udah sepi, malah ada tulisan rumah ini disewakan. Saya jadi bingung harus cari kemana."
Kevin menundukan kepalanya dan tidak lama setelah itu bel masuk pun berbunyi. "Nak, jodoh nggak bakal lari kemana. Kalau dia jodoh kamu Tuhan pasti bawa dia ke kamu. Mau kamu sembunyi di ujung dunia pun dia pasti datang. Percaya sama takdir kalian. Sekarang sudah bel, lebih baik kamu masuk ke dalam kelas. Focus belajar dulu, biar nanti bisa bahagiain dia."
Kevin hanya mengangguk dan berdiri dengan lesu. Lingkar matanya sudah terlihat jelas, ia tidak bisa tidur. Pikirannya selalu lari pada Mila yang entah dimana. "Terimakasih, Pak."
Kevin berdo'a dalam hati mudah-mudahan Mila jodohnya.
***
Kevin masuk ke dalam kelas dengan menundukan kepala. Mengabaikan tatapan aneh dari teman-teman satu kelasnya. Terutama orang yang duduk di bangku pertama yang melihat Kevin dengan khawatir. Untung saja belum ada guru yang masuk. Ia berjalan dengan lesu tanpa semangat seperti hari-harii sebelumnya. Selalu menebarkan senyum dan beres-beres kelas. Naura memanggilnya dan Kevin terus berjalan. Biarlah ia dianggap tuli, ia sudah malas berhubungan dengan Naura. Apalagi setelah Mila tidak masuk Naura jadi lebih sering menganggunya.
Kevin menyimpan tasnya di meja, kemudian duduk dan menidurkan kepalanya di atas tas tersebut. Agi yang duduk di sebelahnya heran dengan sikap Kevin.
"Bro, lo kenapa dah? Gue perhatiin lo jadi pendiem gini. Padahal gue udah bersyukur lo tobat."
Hening. Kevin tidak menggubris ucapan itu. Agi jadi paham kenapa Kevin menjadi seperti ini, apalagi sikap Kevin berubah semenjak Mila tidak masuk.
"Bro, lo liat ke depan. Cepet."
"Ogah. Jangan ganggu gue. Ngantuk."
Agi tersenyum penuh arti, "Gue serius, Vin. Lo bakal nyesel kalo nggak bangun."
"Bodo amat."
"Yah ... Padahal ada perempuan cantik."
Agi semakin gencar menggoda Kevin yang sedang dalam mood buruk. Sekali-kali iseng sama sahabat sendiri nggak apa-apakan. Walaupun bukan sekali-kali, tapi berkali-kali."
"Dia dari tadi liat lo terus. Buset ... cantik bener doi."
Kevin mendengus, itu terlihat dari suaranya yang teredam tangannya sendiri.
"Rambutnya panjang kayak Princess. Aduh aduh ... dia ngibas rambutnya," ucap Agi mendramatisir keadaan. "Liat si Ana aja ngiler litanya."
Kevin tercenung. Ana? Sejak kapan dikelasnya ada yang bernama Ana? Terus ngapain dia tertarik sama perempuan juga?
"Dia senyum sama si Elsa, lah ... pingsan si Elsa."
Kevin semakin mengerutkan keningnya bingung diantara nyawanya yang melayang jauh karena rindu. Elsa? Siapa dia? Dan Ana dan Elsa? Seperti karakter dalam film Frozen yang sempat tanyang di televise. Jangan tanya kenapa Kevin tau. Jane sangat menyukai film itu apalagi dengan karakter Olaf sang boneka salju dengan hidung wortel.
Lupakan
"Weh ... buset buset ... Ya Tuhan ... Eh, dia ngapain? Sumpah ya, jangan—"
Kevin yang penasaran segera mengangkat kepala dan melihat kea rah depan. Seketika dunia Kevin berhenti, jantungnya berdetak dengan kencang. Suara bising di sekitarnya menghilang. Ia hanya mendengar detak jantungnya yang berdetak tidak normal. Perempuan itu melihatnya khawatir. Ia langsung bangkit dan berlari walapun jarang tempat duduknya tidak terlalu jauh. Kemudian menarik tangan perempuan itu berdiri dan memeluknya erat.
Kelas yang sudah riuh menjadi semakin berisik melihat drama di depan kelas. Ketika sang pangeran sudah menemukan putri yang dicarinya. Siulan dan godaan mulai terdengar memekakan telinga, tetapi Kevin tidak peduli. Seseorang yang sangat amat di rindukannya sudah kembali. Ia jadi mengingat pembiacaraan nya dengan pak satpam.
Jodoh nggak akan lari kemana.
Kevin berharap perempuan yang sedang ia peluk adalah jodohnya.
"Kamu kemana aja?" ucap Kevin sambil mengeratkan pelukannya. "Aku cari kamu ke rumah tapi nggak ada. Aku tanya Alex, dia juga nggak tau. Kamu juga nggak ngabarin aku sama sekali."
Mila malu luar biasa, berada dalam posisi ini dengan Kevin. Walaupun tidak di pungkiri ia khawatir dengan keadaan Kevin yang sedikit murung saat masuk ke kelas. Tetapi, setelah mendengar nada Kevin yang terlihat lemah, Mila diam saja. Menikmati pelukan Kevin yang sempat ia rindukan saat dua hari yang lalu mengantar kedua orangtuanya pindah ke kampung halamannya di salahsatu kota Bandung. Ayah menyuruhnya menginap sehari dan Mila lupa tidak menyalakan ponsel.
"Maaf." Mila membalas pelukan Kevin. Badan Kevin panas saat ia membalas pelukannya. Membuat Mila semakin khawatir. "Kamu sakit?"
"Iya. Sakit karena rindu kamu."
Mila kemudian memukul pelan punggung Kevin.
"Aku serius."
"Aku juga serius."
Mila menyembunyikan kepalanya di dada Kevin dan semua adegan itu tidak luput dari teman-teman sekelasya. Apalagi beberpaa orang mengabadikan adegan itu untuk menjadi berita terbaru di sekolah.
"Udah, Vin. Lo bikin iri para jomblo abadi. Kagak ada pasangannya dia."
Sorakan mengejek tiba-tiba terdengar. "Nanti aja pas istirahat mesra-mesraannya."
"Bentar lagi pasti guru datang. Lepas, Vin. Lepas."
"Sirik aja lo pada," ucap Kevin dengan wajah cerah, berbanding terbalik dengan wajahnya ketika dua hari yang lalu.
"Wah ... Matahari kini hadir kembali. Kevin tobat lagi, coba lo liat muka Kevin dua hari ini, sepet banget parah."
"Kayak—"
Ucapan Agi terpotong karena seseorang baru saja masuk dan memberikan kabar mengejutkan untuk semua orang. "KITA TERBEBAS DARI PELAJARAN KIMIA."
Semua orang bersorak bahagia. "Ada untungnya juga liat wajah cerah si Kevin lagi. Berkah berkah."
Mereka hanya tertawa bahagia. Kevin melepas pelukannya dan menatap Mila yang juga sedang tersenyum. Orang yang di rindukannya sudah hadir kembali. Berbeda dengan semua orang yang bahagia dan bersorak. Perasaan benci Naura semakin menjadi, apalagi ketika Kevin tersenyum manis ke arah Mila.
***
Menurut kalian kalau cerita ini tamat, apa yang harus Nisa kerjain duluan? Selesain cerita yang lain dulu yang udah lama belum di lanjut atau buat cerita fanfiction baru?
Nah kalau buat cerita fanfiction baru, kalian pengen siapa tokoh utamanya? Tetep Kevin-Mila atau pindah ke yang lain?
ini Nisa cuma nanya aja, tetapi belum kepikiran ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU (COMPLETED)
FanfictionMila adalah seorang gadis cantik, dan pintar. Mila lebih senang menggunakan kacamata ketika ia sedang berada di sekolah, itu kebiasaanya sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Kevin adalah seorang pria pemalas, dan terkadang ia juga selalu bang...