6 : Bertemu. Lagi. (2)

171 58 2
                                    


Melisa menendang selangkangan laki-laki tersebut keras sehingga sang empunya menjerit kesakitan.

Saat hendak kembali ke arah laki-laki tersebut, tiba-tiba sirene mobil polisi terdengar memekakkan telinga. Sontak hal itu membuat para peserta tawuran tadi berhamburan tak tentu arah.

Melisa dan teman-temannya kelabakan, ada yang sudah memanjat tembok belakang sekolah terlebih dahulu. Melisa mencari teman-temannya. Hasilnya nihil, ia cepat-cepat berlari hendak memanjat tembok. Dalam keadaan yang seperti ini Melisa makin tak karuan, polisi yang berjumlah tak lebih dari lima orang berlari menangkap para peserta tawuran. Melisa berharap, semoga teman-temannya tidak ada yang tertangkap.

Saat Melisa sudah sampai pada puncak tembok, ia tak sengaja menginjak tali sepatunya sehingga membuat dirinya jatuh ke bawah kembali.

Melisa menutup matanya, merapalkan doa-doa semoga tanah yang padat itu berubah dalam sekejap menjadi lautan squishy.

Satu detik, dua detik, tiga detik, Melisa tak merasakan apapun.
Ia mencoba membuka matanya, tangan kekar milik seseorang ia rasakan di sekitar kaki belakang dan juga punggungnya. Ia mencium bau semerbak khas seorang laki-laki.

Mata Melisa membulat lebar kala matanya menangkap sosok laki-laki yang tengah menggendongnya adalah laki-laki jahanam yang menabrak mobilnya.

Ia meronta-ronta dalam gendongan ala bridal style.

"Lo diem aja kalo gak mau ketengkep!" ucap laki-laki itu datar.

Melisa tak mengindahkan seruan laki-laki tersebut, dengan ganasnya ia menarik jambul dan menyikut kuat perut laki-laki itu.

Refleks laki-laki tersebut menjatuhkan Melisa.

"Fuck!" gumamnya sambil memegang rambutnya yang jika dibiarkan lebih lama, pasti akan tersisa sebuah lahan kosong di bagian jambul.

"Jangan pernah sentuh gue lagi! Atau lo gue abisin!" Melisa memperingatkan dengan suara lantang sambil menunjuk wajah laki-laki tersebut.

Suara Melisa yang terdengar cukup keras itu mengundang seorang polisi di dekatnya.

Polisi tersebut mencari-cari keberadaan suara itu, karena memang saat ini Melisa dengan laki-laki tersebut sedang berada di antara semak-semak tinggi.

"Siapa disitu?" Polisi tersebut bersuara.

Melisa ingin berteriak, tapi mulutnya sudah lebih dulu di bekap.

Laki-laki tersebut berbisik ke telinga Melisa "Jangan teriak! Kita bisa ketangkep! Lo mau kita dikira pasangan mesum?"

Melisa menurunkan paksa tangan laki-laki tersebut.

Hening menyeliputi mereka berdua, bersembunyi seperti pencuri kutang para emak-emak kurang belaian. Yang jika tertangkap akan dimusnahkan saat itu juga dan di kirim ke kayangan sebagai 'Ratu Api melawan Mimi Perih.

Mendapati tak ada siapapun di sekitar situ, polisi tersebut berjalan menjauh meninggalkan dua orang yang masih bersembunyi.

Melisa mengintip di sela-sela semak. Sudah tak ada lagi, mobil polisi itu sudah tidak ada lagi.

Melisa membalikkan wajahnya ke arah laki-laki tersebut.

Cup

Bibir Melisa mendarat di pipi mulus laki-laki disampingnya. Jarak wajah mereka tadi memang dekat sekali.

Keduanya masih shock. Tidak ada yang bersuara, masih mengunyah kembali kejadian yang beberapa detik lalu terjadi.

Melisa yang lebih dulu terbangun dari lamunannya. Di ikuti laki-laki disampingnya.

Bad Girl FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang