022 : Morning Smile

63 15 0
                                    


Happy Reading ❤

Masih setia senyumku untukmu walau luka yang  kau lukis tak pernah habis.

-o0o-

Pagi-pagi buta Melisa sudah dibangunkan Tere. Gadis itu awalnya masih bergelung dengan selimut ketika Bunda tirinya itu datang membangunkannya. Awalnya Melisa mati-matian menolak karena hari minggu seperti ini dirinya ingin bangun lebih siang dari biasanya. Namun, Tere yang sekarang bukan lagi Tere yang lemah ketika menghadapi Melisa yang berhati batu seperti dulu.
Dengan semua keonarannya, ia berhasil membangunkan Melisa dengan mengancam akan memoleskan lipstick pada bibirnya jika tidak segera bangun.

Lipstick.

Hal berbau perempuan yang Melisa benci kehadirannya. Menggelikan saja melihat benda tersebut menempel pada bibir dengan ketat, dan yang terpenting, Melisa benci rasanya. Dulu sekali, ia pernah tidak sengaja merasakan dan mengigit lipstick milik Mamanya, alhasil, dirinya muntah-muntah seharian.

Di sini lah Melisa sekarang, di taman kompleks dekat rumahnya. Ternyata, Bunda tirinya itu meminta untuk ditemani olahraga pagi bersama ibu-ibu kompleks. Hanya Melisa yang berusia remaja di sini, dengan penampilan seadanya khas orang baru bangun tidur. Baju kaos oblong bergambar The Beatles, dan ripped jeans selutut.

Dirinya memilih mendudukan diri di sebuah bangku kecil di bawah pohon jambu air. Beberapa kali dirinya menguap dan mengucak mata karena kantuk masih melandanya. Matanya menatap bosan ke sekelilingnya, entah pikiran dari mana, matanya sudah bergerilnya di pohon jambu air yang buahnya sudah memerah masak.

Pohon itu tidak begitu tinggi, dan juga tidak begitu pendek. Melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada yang melihatnya memanjat. Dengan satu lompatan, ia melompat ke atas kursi itu dan dengan segera memanjat pohon itu dengan berpijak pada batang pohon yang memiliki lubang sehingga memudahkannya untuk memanjat.

Ia sudah setengah jalan, sedikit lagi ia akan naik di dahan pohon paling tinggi. Sedikit lagi sebelum kakinya salah menapak dan jatuh begitu saja di rumput taman.

"Astaga ... ini napa rumputnya padet banget sih," racaunya sambil mengelus bokong yang baru saja berhantaman dengan tanah.

Masih dalam posisi terduduk, sebuah tangan memegang kedua pundaknya dari belakang dan membantunya berdiri. Melisa hendak mengucapkan terima kasih kepada orang tersebut.

"Maka... sih," ucapnya terbata karena sosok di depannya sekarang.

"Sama-sama. Lo pasti kenapa-kenapa, sampe duduk di rumput. Jatoh?" Kean bertanya sambil mengerutkan kening.

Hari ini adalah jadwalnya dia mengantarkan Mamanya ke senam pagi yang diadakan rumah sakit tempat Mamanya bekerja. Senam yang digalakan bagi para ibu hamil. Kean ingin pulang setelah mengantar Mamanya, sebab ingin melanjutkan ritual paginya. Tapi Mamanya menahannya sebentar hingga selesai karena tidak mau mobilnya boros bahan bakar jika harus pulang balik menjemput.

Dengan berat hati, Kean menyanggupi, dengan catatan dirinya menjauh dari gerombolan teman-teman Mamanya.

Saat melangkahkan kaki ke area taman, Kean mendengar sebuah bunyi 'gedebak' beberapa meter dari tempatnya berada. Ia tidak acuhkan saja, dan kembali berjalan santai.

Begitu mendengar ada suara seorang perempuan yang sedang mengeluh kesakitan, Kean memutuskan mendekat. Dan yah, suara itu berasal dari Melisa yang tengah terduduk di atas tanah berlapis rumput.

Bad Girl FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang