Happy Reading ❤
-o0o-
Derap langkah kaki seseorang membuat para jantan-jantan di dalam sebuah gudang tua ketar-ketir.
Muncul seseorang laki-laki dengan tubuh tegap tinggi dengan wajah yang terpahat sempurna.
Dia adalah seorang Keanzino Natanael, si ketua Osis SMA Garuda, sekaligus pemimpin tawuran atau hal apapun yang menyangkut sekolahnya.
Ia melangkah mendekati teman-temannya yang sudah menunduk takut. Iya takut, takut kalau tiba-tiba Kean kalap dan mengabstrakkan wajah mereka yang sudah abstrak.
Ia memasukkan tangan ke dalam saku celana seragamnya sambil memandang teman-temannya.
"Gue selalu bilang, kalau mau kayak tadi gak usah bawa alat!" Kean membuka suara.
"Gue sebagai pemimpin jadi malu" Kean menyapukan pandangannya mencari seseorang.
"Lo juga Roni! Lo yang punya masalah, lo minta bantuan, kita bantuin. Tapi tadi lo kayak anak kecil yang nama bokapnya di becandain. Lo kalo bisa gitu, ngapain minta bantuan ke kita-kita?" Kean bersuara santai namun tersirat makna tegas serta kecewa di dalamnya.
Semuanya diam tak bersuara.
"Lo juga Vian!" telunjuk Kean mengarah kepada temannya yang sedang mengelus-elus selangkangan.
"Jangan kayak banci!" tukasnya lagi.
Semua masih diam.
Kean menghembuskan nafas kasar.
"Rob, lo tolong cari tahu siapa cewek yang mimpin lawan kita tadi!" titah Kean kepada Roby salah satu teman baiknya.
Roby mengangguk.
"Cabut!" seru Kean kepada seluruh temannya.
Mereka semua keluar dari gedung tua yang tidak terpakai namun cukup bersih.
"Eh Yan, lo kemana tadi waktu tu polisi-polisi dateng?" Roby bertanya sambil mensejajarkan langkahnya dengan Kean.
"Nyari angin" balasnya santai sambil menatap ke depan. "Gimana? Ada yang ketangkep?"
"Angin dicariin, pacar noh cariin. Kali aja gak tau jalan buat sampe ke elo" Roby berujar sambil terkekeh kecil. "Gak, gak ada. Aman terkendali" ujarnya.
"Receh" balas Kean cuek.
"Anjrit!" Roby menggampar lengan Kean cukup kuat.
Kean mendelik kearah Roby. Roby hanya cengengesan sambil mengusap lengan bekas gamparannya tadi.
"Eh btw, lu ngapain nyari tau tentang si Melisa?" Roby bertanya sambil menendang-nendang sampah-sampah plastik bungkus makanan.
Kean menghentikan langkahnya. Lalu berbalik menatap Roby penuh tanya.
"Siapa namanya?"
Roby linglung. "Siapa?" Roby yang masih belum ngeh masih tampak berpikir.
"Itu tadi yang lo sebut namanya siapa? Melita? Menisan?" Kean masih setia bertanya.
"Melita? Lu kata temen kita yang demenannya kemana-mana sama make up mercury?" Roby nyeloteh. "Itu yang mimpin lawan kita tadi, namanya Melisa. Anak kelas XI SMA 21" tuturnya.
Mereka kini telah sampai di dekat gerbang belakang sekolah, karena memang gedung tua itu berada tak jauh dari sekolah mereka.
Kean membuka gerbang belakang sekolah yang sudah karatan itu.
"Eh nak Kean, darimana nak?" Pak Ujang, Satpam SMA Garuda sedang berpatroli keliling sekolah untuk mengontrol keadaan sekolah. Ia tak pernah curiga terhadap Kean, sebab Kean adalah anak yang sopan, sekaligus ketua Osis yang disegani.
"Oh itu Pak, dari belakang sekolah nyari flash disk saya yang jatoh" bual Kean dengan lancarnya.
"Duluan Pak!" Pamit Kean yang dijawab anggukan oleh Pak Ujang tanpa curiga sedikitpun.
-o0o-
Kean memberhentikan motornya di sebuah minimarket kecil.
Ia hendak membeli minuman isotonik atau apapun itu.
Ia berjalan ke lemari pendingin dan mengambil sebuah minuman isotonik dingin. Ia membawanya ke kasir.
"Berapa mas?" Kean bertanya sambil mengambil uang di saku celananya.
"7 ribu mas" Kean lalu menyerahkan uang sebesar lima puluh ribu ke atas meja kasir.
Ia menunggu mas penjaga kasir itu memberi kembalian.
"Mas ini semua berapa?" sebuah suara mengalihkan fokus Kean. Ia mengalihkan pandangannya dari pecahan uang yang ada di tangan penjaga kasir ke seseorang di sampingnya yang membawa banyak belanjaan.
Sedetik kemudian ia memandang wajah laki-laki itu lekat. Meneliti setiap jengkal wajah laki-laki itu. Ia mengepalkan tangan kuat lalu melayangkan tinjuannya.
Bugh
Tak perlu waktu lama untuk Kean kembali menerjang wajah laki-laki yang terkesiap kaget.
Para karyawan minimarket juga kaget dibuatnya. Mereka berusaha melerai Kean dengan lelaki tersebut.
Kean masih belum puas, ia menendang perut laki-laki sampai sang empunya perut melenguh kesakitan.
Bugh
Kali ini bukan Kean yang menendang atau menghantam wajah laki-laki itu, ia yang justru mendapat pukulan telak dari seseorang.
Ia mengeraskan rahangnya, lalu kemudian ia melemaskan kembali rahangnya.
Melisa.
Orang yang memukulnya tadi adalah seorang Melisa.
Melisa mundur lalu menendang kuat perut Kean hingga terjatuh. Kean sedikit mengerang sakit.
Melisa kembali ingin menerjang Kean sebelum para karyawati menangkapnya.
"Lo ngapain temen gue bangsat?!" Melisa berteriak sambil meronta-ronta dalam dekapan karyawati tadi.
Kean bangun lalu membersihkan celananya.
"Lo pernah denger seseorang nggak bakal ngelakuin sesuatu kalau nggak ada penyebab atau alasan?" Kean berujar santai sambil membersihkan baju seragamnya yang kotor akibat jejak sepatu Melisa.
"Eh Cup, lo ngapain diem aja kayak banci?! Bales!" Melisa berusaha melepas kuncian para karyawati.
"Lepasin gue anjing!" Melisa masih meronta, tapi ia masih tahu diri untuk tidak menerjang orang yang tidak bersalah.
"Gue oke Mel" Laki-laki itu bangun. "Gue yang salah, gue nabrak motor dia kemarin trus gue kabur gitu aja, gue gak masalah" Laki-laki itu kemudian berdiri di samping Kean.
"Gue minta maaf sama lo, gue bakal ganti rugi semua biaya bengkel lo" Kean hanya merespon dengan putaran bola mata jengah.
Bahu Melisa yang awalnya meronta-ronta kini mulai merosot. Ia menghembuskan nafas kesal. Melisa kemudian berlenggang pergi meninggalkan mereka semua di dalam minimarket.
Sebuah ide terlintas di pikiran Kean, sedetik kemudian ia menyeringai.
"Lo harus tanggung jawab sama motor gue!" Kean berbicara penuh tuntutan pada laki-laki yang masih berdiam diri disampingnya itu.
-o0o-
Tbc
Jangan lupa vote, sama komen ❤
Devi Ayu
Baru selesai makan
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl Feelings
Fiksi Remaja[ WARNING : TYPO BERTEBARAN, KATA-KATA YANG BELUM SEMPURNA, UMPATAN-UMPATAN KASAR, DLL.] Be a smart reader guys! Semenjak Mamanya berpulang kepada Sang Pencipta, hidupnya berubah drastis. Hidup yang awalnya berada di titik stagnan, kini mulai tero...