Maaf untuk update yang super duper lama. 3 bulan lebih 🙊So, don't forget to vote and comment! Hope you like it!
-o0o-
Melisa duduk dengan manis di jok mobil Kean. Setelah memasang sealtbeltnya, diam-diam lengkungan senyum tercipta di bibir Melisa. Ia teringat akan bagaimana cara Kean meminta izin pada Tere untuk mengajaknya jalan.
"Permisi, Tante. Tante Mamanya, Melisa?"
"Gini, Saya Kean. Temen Melisa. Saya mau ngajak anak Tante keluar nggak lama nyari udara seger."
"Pasti, Tante. Saya yang ngajak Melisa, otomatis keselamatan dia tanggung jawab saya."
"Saya nggak mungkin bikin celaka sumber bahagia saya, Tante."
Klise.
Tapi bodohnya Melisa dibawa melambung oleh kata-kata picisan Kean. Bukan faktor lamanya ia menjomblo, tapi lebih kepada bagaimana cara Kean yang begitu gentle menghadapi Tere untuk meminta izin.
"Kita pergi nggak bakal lama. Jadi, gue harap lo nikmatin perjalanannya." Itu yang dikatakan Kean sebelum menginjak pedal gas mobilnya dan melaju dengan kecepatan rata-rata.
Bingung merespon seperti apa, Melisa hanya dapat menunduk diam. Ia paling susah untuk membangkitkan suasana, sebab terlalu canggung rasanya berada di mobil yang sama dengan orang yang kemarin malam mematahkan harapannya.
Ah ...
Kemarin malam. Melisa hampir lupa. Seharusnya Melisa tidak perlu terlalu berbangga diri. Di dunia ini tidak ada yang pasti, bahkan perasaan sekalipun.
Mengingat fakta itu, menjatuhkan kembali mood Melisa.
"Sebenernya apa maksud lo ngajakin gue?" Tanya Melisa to the point.
Diberi pertanyaan seperti itu, mau tidak mau menciptakan kerutan di dahi Kean.
"Ha?" Kean kembali bertanya, fokusnya terbagi antara Melisa dan fokus menyetir."Iya. Tujuan lo apa ngajak gue jalan? Gue bukan cewek lo," tanya Melisa lagi. Kali ini nada suaranya dibuat cuek sedemikian rupa.
"Emangnya lo harus jadi cewek gue dulu baru bisa gue ajak jalan?"
SKAKMAT
Melisa terkancing dalam duduknya. Ia memaki dirinya sendiri yang memberikan pernyataan menjebak. Bagaimana bisa ia setertebak itu?
"Maksud gue bukan itu," kilahnya.
"Terus apa?" Tanya Kean lagi dengan nada menggoda.
"Lo kok makin nyebelin?" Tersudut, Melisa mengeluarkan jurus andalannya, mengalihkan pembicaraan.
"Lo nggak asik banget asli. Masa iya mobil sekeren ini daritadi ga ada musik yang lo puter," protesnya. Melenceng jauh dari pembahasan pertama mereka.
"Oh, sorry," pinta Kean. Kemudian cowok itu menyetel musik yang tersambung dari flashdisknya. Lagu perfect strangers milik Jonas Blue mengalun di dalam mobil Kean.
Setelah itu, keduanya hening. Tidak ada percakapan sama sekali. Untuk itu, untuk membunuh bosan, Melisa memilih mengecek ponselnya yang sedari semalam ia silent.
Aplikasi yang ia buka pertama adalah Whatsapp. Ada 200 chat yang belum terbaca dari grup Berandal's. Sisanya berasal dari grup kelas dan juga spam chat tidak jelas.
Chat terakhir dari grup Berandal's menarik perhatian Melisa. Dimana Gaby mengirim pesan yang berbunyi, "becanda lo ga lucu, Rif". Untuk itu, Melisa membuka grup chat itu yang membahas hal yang Melisa tidak paham.
Berandal's
Syarif brotha : smester 2 gue pndh sklh
Ucup ngondek : cius lo
Becanda lo basi rip
Dah kebal sm mlut ktr lo itu
Ramayana : allhamdulillah akhirnya berkurang jg saingan gw bt pemes
Syarif brotha : pak eden pindah tugas mau ga mau gw mesti pindah
Abby manly : serius? tinggal setaun lagi mau lulusan baru bokap lo pndh tgs?
Lucu skli
Syarif brotha : yoi mo gmn lg
Masa iya gw tggl sndrian di sini
Ramayana : halah lagak lo kek cowok maen tiktok aja. cemen
Ucup ngondek : lah itu kan maenan lo cukk @Ramayana
Ramayana : adek lucinta luna dilarang protes @ucupngondek
Wkwkwk
Syarif brotha : mau gak mau
gak ada lagi yang perlu gue jaga di sini
lo semua udh pd bahagia
ada gak ada gue lo bakal sama aja
Rentetan balasan Syarif yang Ia baca kali ini mengundang decakan dari Melisa.
"Gila kali ya ini orang." Batinnya.Kemudian kembali Meli mengscroll chat-chat selanjutnya. Membaca, mengernyit, kemudian berdecak. Hingga chat itu ditutup balasan dari Gaby.
Gaby : kalo ini joke
becanda lo ga lucu, Rif
Tidak ada lagi yang membalas setelah itu. Berinisiatif, Melisa mencoba bertanya pada Syarif melalui personal chatting.
Syarif Brotha
P
paan
Lo jgn becanda anjir
Sok2an pindah segalaTkt tggl sndiri?
Tinggal sm gue aja kalo gitu
Menye bgt jd cowok
Setelah itu tidak ada lagi balasan, meski pesannya diterima, tapi cowok itu tidak segera membacanya.
Melisa merasa ada yang salah di sini, feelingnya terlalu kuat jika ada yang tidak benar dengan kepindahan Syarif. Cowok itu tidak mudah dipengaruhi saran dari orang tuanya. Mana mungkin hanya karena takut tinggal sendiri jadi alasan ikut pindah. Melisa tahu Syarif tidak sepengecut itu.
"Bisa anterin gue balik? Kayaknya gue nggak bisa ikut lo sekarang."
Kean yang sedari tadi sibuk menyetir bingung dengan permintaan Meli yang tiba-tiba.
"Emang kenapa?" Tanyanya.
"Ada sedikit problem, lo anterin gue balik, ya?" Pintanya sekali lagi.
"Oke." Jawab Kean seadanya. Sebelum memutar mobil itu kembali ke awal mereka bertemu. Sejujurnya Kean merasa kecewa, Ia pikir inilah momen yang sangat penting untuk menceritakan semuanya pada Melisa. Namun semua harus kembali gagal karena masalah yang Melisa katakan tadi.
"Lo nggak marah, 'kan?" Tanya Melisa hati-hati.
Kean memamerkan senyumnya, dan menjawab "nggak apa-apa."
Lihat, bagaimana jawaban "Nggak apa-apa" juga berlaku untuk kaum adam.
o0o
Lama ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl Feelings
Jugendliteratur[ WARNING : TYPO BERTEBARAN, KATA-KATA YANG BELUM SEMPURNA, UMPATAN-UMPATAN KASAR, DLL.] Be a smart reader guys! Semenjak Mamanya berpulang kepada Sang Pencipta, hidupnya berubah drastis. Hidup yang awalnya berada di titik stagnan, kini mulai tero...