10 : Jambret Laknat

141 50 1
                                    

Happy Reading ❤

-o0o-

Melisa duduk di kantin dengan tenang, ia duduk diantara teman-temannya yang lain.

"Kucel banget muke lu Mel." Ucup membuka suara.

"Lo jangan ngomong sama gue kalo di hajar orang aja nggak bisa bales," balas Melisa ketus.

Ucup nyengir tanpa dosa, lalu dengan tidak berdosa nya ia merangkul Melisa.

"Ya.. mau gimana lagi sih Mel, gue bisa aja bales, tapi lo tahu sendiri kan, gue ini calon hot daddy masa depan, gue tahu gue yang salah, makanya gue nggak bales" Ucup semakin mengencangkan rangkulannya di pundak Melisa.

"Apa hubungannya? Sono lo bangke!" Melisa meronta dalam rangkulan Ucup.

"Oh iya, btw, si Kean ngajak elo ketemuan Mel" Ucup berujar yang membuat teman-teman mereka menatap pada Ucup dengan pandangan seolah berkata Lo gila?!

"Eh curut, lo gila? Mana ada lawan ngajak ketemuan?" Syarif berujar sambil mendorong coklat pasta ke mulutnya.

"Iya, mana ada ngajak ketemuan kek gitu" Rama ikut menimpali.

"Ucup emang ogeb, tapi lo tahu darimana si Kean ngajak ketemuan Melisa?" Gaby memandang heran pada Ucup.

"Oh itu, gue kan ganti rugi motornya, trus dia nanya-nanya soal Melisa, ya gue jawab aja" Ucup bangun dari duduknya, lalu kemudian ia melangkah ke mbok Sri yang menjual nasi uduk di kantin.

"Kean siapa sih?" Tanya Melisa heran pada Gaby.

"Sumpah, demi apa lo nggak kenal Kean?" Tanya Ucup dramatis.

"Lo beneran nggak kenal seorang Keanzino Natanael?" Ulang Ucup sekali lagi.

Melisa hanya memutar bola matanya jengah.

"Si Kean noh, yang mimpin anak Garuda saban hari waktu kita pecah jalan." Pecah jalan maksudnya adalah tawuran yang terjadi di jalan raya.

Melisa hanya mengangguk mengerti.

"Namanya Kean" batin Melisa.

-o0o-

Sudah sekitar sepuluh menit berlalu, busway yang biasa Melisa tumpangi setiap hari belum ada tanda-tanda kehadirannya.

Teman-teman Melisa?

Arah jalan mereka semua tak searah. Tapi, Gaby selalu berkata jika tak masalah jika ia mengantarkan Melisa, namun Melisa selalu menekankan bahwa ia bukan anak yang baru lahir kemarin sore yang pulang sekolah harus dijemput. Selagi ia masih bisa, ia akan pulang sendiri. Lagipula, sebelum pulang rumah, ia mau mampir untuk makan sore sekalian makan malam di warteg 'Bu Jum' di perempatan jalan sebelum memasuki kompleks perumahan Melisa.

"Mana sih?" Melisa celingak-celinguk ke kiri ke kanan mencari busway yang sering ia tumpangi.

Halte dekat sekolah Melisa tak begitu sepi, ada beberapa orang yang kelihatannya menunggu taxi, dan segala jenis transportasi darat lainnya.

Akhirnya Melisa memilih duduk di kembali, di sampingnya ada seorang Ibu yang duduk memangku tas kerjanya, dari penampilannya, Melisa perkirakan dia adalah seorang dokter, sebab jas kerja berwarna putihnya masih terpasang jelas di tubuhnya.

Hening.

Melisa menatap jalanan yang cukup ramai sore ini, asap kendaraan berbagai jenis bekerja sama membentuk koloni polusi udara.

Saat hendak mengambil earphone untuk mendengarkan lagu dari handphone di tasnya, tiba-tiba Ibu di samping Melisa berteriak keras.

"Aaaakkkkkkkkk......." Melisa terlonjak kaget, lalu ia menatap Ibu tersebut, ternyata tasnya di jambret oleh seseorang. "Tas saya....." Ia menjerit keras.

Melisa yang mendapati jika sang penjambret tersebut tak menaiki kendaraan segera meninggalkan tasnya di bangku halte dan dengan segera mengejar penjambret tersebut.

"WOI!!! SINI LU ANJING!" Melisa berteriak keras sambil mengejar orang tersebut.

Melisa semakin mempercepat langkah kakinya saat ia melihat sang penjambret memasuki sebuah gang kecil.

Melisa harus mengakui jika sang penjambret sangat lincah, ia masuk ke gang satu ke gang lainnya. Melisa pusing dibuatnya.

Akhirnya setelah melewati sebuah aksi kejar-kejaran yang melelahkan, Melisa dapat menarik jaket sang penjambret hingga penjambret tersebut terjatuh begitu saja.

"Goblok banget lu jadi orang," Melisa berusaha memasok udara ke dalam paru-parunya. "Balikin!" Pintanya pada sang penjambret.

"Kalo gue nggak mau?" Penjambret tersebut bangun, Melisa bisa menilai jika usia cowok tersebut tak jauh beda dengan dirinya. Sungguh begitu kejamnya ibukota.

"Gue lagi males mukul orang, mendingan lo balikin deh!" Pintanya lagi, karena memang benar, tenaganya sudah terkuras karena mengejar penjambret di depannya ini.

"Kebanyakan congor lu!" Cowok penjambret tersebut maju hendak melayangkan tinjuannya ke Melisa, tapi pengalaman tawuran berulang kali yang telah Melisa lakukan membuatnya dapat dengan cepat membaca gerak lawan.

Melisa menghindar sehingga pukulan tersebut tak mengenai pipi mulusnya, dengan gerakan cepat, ia menangkap tangan cowok tersebut dengan satu sentakan, ia memelintir lengan cowok tersebut keras.

Lalu Melisa menendang bokong cowok tersebut sehingga ia jatuh terjerembab begitu saja. Melisa kembali maju, kini ia menarik jaket cowok tersebut dengan gerak cepat, ia melayangkan satu tinjuannya ke pipi si penjambret.

Tepi bibir cowok tersebut sedikit mengeluarkan darah, ia akhirnya bersimpuh di bawah kaki Melisa.

"Maafin gue kak, gue kepaksa ngejambret, kalo gue gak bawa hasil hari ini, gue pasti gak di kasih makan" ucapnya sambil menangis.

Melisa membuang nafas kasar, rasa marahnya sedikit terkikis.

"Bangun!" Ucap Melisa datar.

Cowok penjambret tersebut akhirnya bangun, air mata masih membasahi pipinya, terlihat bahwa ia sangat ketakutan bercampur frustasi.

"Siniin tasnya!" Melisa menjulurkan tangannya, lalu dengan cepat cowok tersebut mengembalikan tas tersebut.

Cowok tersebut akhirnya memutar badannya hendak pergi, sesaat sebelum Melisa memanggilnya.

"Tunggu!" seru Melisa.

Cowok tersebut akhirnya berbalik, Melisa terlihat melambaikan tangannya agar cowok tersebut bergerak ke arahnya.

"Ini!" Uang sebesar seratus ribu ia letakkan ke atas telapak tangan cowok tersebut.

"Kalau mau ngejambret, jambret aja yang tukang korupsi" ucap Melisa sambil terkekeh.

Si cowok hanya mengangguk dengan senyum merekah di wajahnya. "Makasih banyak kak," ucapnya. "Gue nggak akan lupa sama lo" tambahnya lagi.

Saat Melisa berbalik, matanya bersibobrok dengan mata tajam seseorang.

-o0o-

TBC

Don't forget to vote and comment!
Hope you like it!

Love you!

Devi Ayu

Musim hujan, kasur dan selimut jadi prioritas nomer wahid

Bad Girl FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang