6.// avoid

199 18 6
                                    

Clarissa kembali sekolah dengan wajah sendunya. Ia tak menjadikan masalah kemarin sebagai pengahalang untuk masa depannya. Karena pikirnya masalalu biarlah menjadi pembelajaran, hari ini adalah tantangan dan biarlah besok menjadi misteri untuk lebih maju.

Ia berjalan gontai menyusuri halaman menuju kelasnya. Tanpa ia sadari Danniel berdiri tak jauh darinya. Menatapnya lekat dengan mata penuh penyesalan. Ia segera berbelok dan mengalihkan pandangannya dari Danniel yang terus menatapnya.

Danniel tak tinggal diam melihat Clarissa yang menghindarinya. "Clar!" Ia menahan tangan Clarissa yang menghindarinya lagi.

Clarissa menghentikan langkahnya dan mencoba melepaskan cekalan Danniel. "Kenapa? Lepasin tangan gue!"

"Please lepasin tangan gue!"

"Gue minta waktu lo bentar Clar. Gue mau bicara sama lo masalah kemarin." Tegasnya.

"Oke. Tapi lepasin tangan gue sekarang!" Clarissa akhirnya melunak dan Danniel melepaskan cekalannya.

"Clar, maafin gue. Gue sayang beneran sama lo, tapi disisi lain gue juga sayang sama Desi. Please lo dewasa sedikit, bukan sekarang saatnya kita bersama mungkin suatu saat nanti setelah gue udah ga sayang lagi sama Desi."

"Lo jangan egois! Kalo lo beneran sayang itu ya dijaga bukan di sakitin. Kasian Desi kalo sampai tau lo kaya gini. Gue ga masalah mau lo sakitin kaya apapaun, karena gue tau perasaan orang lain lebih berarti dari perasaan gue yang kaya sampah ini."

"Dan satu lagi! Yang seharusnya dewasa itu lo! Lo yang seharusnya kebih dewasa untuk mengerti perasaan orang lain yang lo sakiti."

"Jangan ganggu gue lagi Dan, gue capek. Gue lelah lo anggep gue ban serep  yang lo butuhin ketika ban lo kempes."

Clarissa pergi dengan air mata yang mulai membasahi pipinya, meninggalkan Dannie yang masih terpaku ditempat. Ia menghela nafas kasar. "Oke kalau itu yang lo mau. Gue ga akan ganggu lo lagi. Maafin gue."

Danniel segera berbalik  dan berjalan gontai meninggalkan Clarissa yang sekarang terpaku di tempat. Ia merasakan sesak yang teramat dalam di hatinya.

Mungkin ini jalan terbaik untuknya. Ia pun mulai melangkah dan meyeka air mata yang sempat membasahi pipinya tadi. Ia berjalan ke toilet sekedar membenahi penampilannya dan wajahnya yang sembab.

Clarissa berdiri di depan pintu dan menetuk pintu. Ia yakin akan mendapatkan hukuman karna guru yang sedang mengajr di kels nya ini terkenal sangat killer.

Tok.. Tok.. Tok..

"Maaf pak saya terlambat, saya dari toilet perut saya sakit" Clarissa memeilih berbohong karna ia sedang malas berurusan denfan guru killer itu.

"Yasudah, berhububg kamu sedang sakit saya tidak akan menghukum kamu. Sialhkan duduk di tempat duduk mu" perintah pak sofyan.

"Terimakasi pak" Clarissa berjalan lemas menuju tempat duduk nya.

"Lo kenapa clar ?" tanya Chelins yang melihat temanya sedang tidak enak dipandang tersebut.

"Gua gpp ko"

"Gpp gimana ? Udah cerita aja lo bisa percaya sama gua ko" Chelins masih berharap teman nya itu mau bercerita padanya.

"Nanti aja gua ceritain, dengerin pak sofyan dulu daripada ntar dihukum" Clarissa masih enggan menceritakan sekarang.

"Yaudah deh iya, tapi lu masih ngutang cerita sama gua" Chelins menatap iba kepada Clarissa.

"Hmm" Clarissa hanya bergumam dan kembali mendengar kan pak sofyan menerangkan mata pelajaran.

10.00
Kantin

Clarissa dkk kini telah sampai dikantin. Soal permasalahan yang Clarissa alami tadi sudah ia ceritakan semua pada Chelins.

Clarissa mentap makanan dengan tak nafsu. Ia hanya mengaduk aduk makanan nya tanpa berniat memakan nya.

"Clar lo liat deh.. Itu kak Danniel kaya' lg badmood gitu" Chelins menyenggol lengan Clarissa dan membisikkn sesuatu.

Saat Clarissa menengok tatapan mata nya terkunci dengan mata almond Danniel. Semua itu hannya berlangsung sepersekian detik sebelum Danniel memebuang pandangan nya.

Ia merasa hati nya sangat hancur ketika melihat Danniel seperti itu. Sebenarnya ia tak rela ketika mengatakan Danniel untuk menjauhinya.

"Guys.. Gua pamit dulu kekelas ya" Clarissa beranjak pergi meninggalakan kantin tanpa menunggu jawaban teman teman nya.

"Clarissa kenapa deh ? Kok kaya' lagi ga mood gitu ? Makanan ga dimakan, muka asem banget ?" Delia bingung melihat teman nya seperti itu.

"Entahlah gua juga ga tau" jawab Relins.

"Yee elu.. Emang yang lu ngerti apaan sihh rel ?" tanya Delia pada Relins.

"Hehehe peace del.." Relins hanya bisa nyengir kuda melihat Delia yang sebal terhadap nya.

"Udahlah kalian ini malah ribut kek gitu ! Cepetan abisin terus ke kelas kasian sama Clarissa !" Chelins menengahi perdebatan antara Delia dan Relins.

"Iya iya, maaf Chel" jawab mereka kompak.

Di sisi lain kini Clarissa berjalan lesu ke kelas nya setelah membasuh muka nya di toilet. Kini tatapan mata nya tertuju pada sosok lelaki yang ia hindari.

Danniel kini juga melihat Clarissa yang berjalan kearah nya. Clarissa memilih pergi dan berjalan menjauh dari Danniel.

Hati nya terasa sakit ketika melihat Clarissa yang mulai menghindari nya. Ia terpaku melihat punggung Clarissa yang perlahn menjauh dari nya.

Clarissa tak tau entajph harus ke mana. Ia langkahlan kaki nya sampai ia terhenti di taman belakang sekolah. Ia kembali menangis meratapi kisah cinta nya.

Tak terasa ia sudah terlalu lama menangis dan berdiam diri di taman ini. Ia memutuskan beranjak pergi dan membasuh muka nya.

Clarissa membasuh muka dan memastikan nya agar mata nya tidak terlihat bengkak dan memerah.

Setelah selesai ia kembali ke kelas dan melihat guru sedang mengajar di kelas nya. Beruntung karna guru yang sedang mengajar di kelas nya ini terkenal santai dan tidak killer.

Tok.. Tok.. Tok..

"Maaf bu saya terlambat" ucap Clarissa.

"Yasudah cepat duduk ditempat mu !"

"Makasi bu" Clarissa melangkah kan kaki menuju temoat duduk nya.

"Lo kenapa lagi deh Clar ? Jangan siksa diri lu sendiri gini dong ! Gua ga tega liat lo kek gini !" ucap Chelins menatap mata sembab milik Clarissa yang ia yakini pasti habis menangis.

"Gua gpp kok, iya maaf gua ga akan kaya gini lagi" jawab Clarissa.

"Oke gua pegang omongan lo ! Awas aja sampek lo kaya' gini lagi gua ga segan segan buat ngasih pelajaran sam tuh kunyuk satu"

"Iya iya" ucap Clarissa pasrah, ia memang selalu begitu dengan Chelins yang selalu serius dengan ucapan nya.




🌸🌸🌸

Vote + coment di tunggu !
Makasi =)

DitinggalkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang