Semua murid berkumpul mendengarkan pengarahan guru pembimbing. Clarissa bersama teman nya berkumpul paling depan mendengarkan secara seksama. Cuaca cerah dengan burung berkicauan berbanding terbalik dengan hati Clarissa yang sedih.
Chelins, Relins, Delia pun sudah membujuk nya agar tak murung. Tapi apalah daya mereka, mereka tak berhasil menumbuhkan senyum di wajah Clarissa. Hanya satu orang yang bisa membalikan mood seorang Clarissa yaitu Danniel, namun Danniel juga yang bisa membuat Clarissa bad mood seperti sekarang.
Mereka berharap semoga Clarissa dan Danniel segera baikan dan mereka tak bingung dengan keadaan seperti ini.
Perjalanan mencari jejak pun dimulai begitu juga dengan Clarissa, Relins, Chelins dan juga Delia. Jalan berdampingan dengan kayu yang dijadikan tongkat sebagai penuntun melewati bukit-bukit di puncak.
Seorang pemandu telah menanti di pos pertama dengan memberikan pengarahan untuk ke pos selanjutnya. Tetap sama, Clarissa hanya berjalan dengan gontai sesekali menyauti ketika teman-teman nya bersendau gurau yang menurutnya sia-sia saja karna ia tak sama sekali tertawa dengan guyonan receh teman nya.
Beberapa pos telah mereka lalui, kini tinggal pos terahir yaitu pos ke 5 yang menurut petujuk yang diberikan cukup lah jauh dari jangkauan mereka sekarang.
"Huhhhfft.. Gue capek !" keluh Delia yang dasar nya memang cerewet.
"Gue juga, istirahat dulu deh.." kini Clarissa yang angkat bicara.
"Oke deh, kita berhenti di sini dulu sampai tenaga kita kembali." putus Chelins.
"Yapzz tull, gue mau dukniz dulu." seru Relins dengan nada alay nya dan mendapatkan jitakan berjamaah dari ketiga temannya.
"Yee.. Lu pada, sakit nih jidat. Emang lo pada mau tanggung jawab kalo jidat gue diamputasi ?" tanya Relins seraya mengusap jidatnya.
"Gila aja, masak jidat diamputasi. Sini-sini ntar kalo jidat lo diamputasi tar gue tambal pake semen sama pasir biar gue ukir ntar." ucap Delia yang mengundang gelak tawa teman nya.
"Iyah ntar gue kasih tulisan anti lola biar lo ga lola lagi deh hahahaha." seru Chelins menambahi.
"Uhhh cedih dede, apalah diriku yang penuh dosa ini huuuu momyyyyy" teriak Relins.
"Ucu cu, cayang.. Cinih cama momyy aja." ucap Delia seraya menarik Relins di pelukan nya dan menepuk-nepuk pantat Relins.
"Bwahahhahahahaha si Relins udah alay akut" gelak tawa Chelins dan Clarissa.
Keempat bersahabat itu pun larut dalam canda tawa mereka. Bahagia itu sederhana ketika kamu bisa tertawa bersama orang yang kamu sayang.
Cukup memulihkan tenaga kini mereka kembali melanjutkan perjalanan yang melelahkan ini. Mereka sampai pada pos terahir yang telah ramai dengan peserta persami yang lain.
Terlihat Danniel berkumpul dengan para senior osis lain nya dengan seorang pembina yang lain. Senang rasa nya ketika kembali melihat sang pujaan hati, senyum lebar kini merkah kembali di bibir Clarissa.
Danniel yang melihat hanya sekedar menyunggingkan senyum tipis nya. Suatu hal yang meredupkan senyum Clarissa, ia fikir Danniel tidak suka akan kehadirannya.
Helaan nafas keluar dari mulut Clarissa. Mungkin ia harus lebih bersabar menghadapi keadaan yang membuatnya bingung ini. Ia berjalan gontai kembali ke tenda dan mengistirahat kan diri sejenak.
Perjalanan yang cukup jah ditempuh dengan berjalan kaki, dan sempat tersesat membuatnya lelah, selelah-lelahnya. Di tambah lagi dengan Danniel yang tampak tak senang melihatnya tadi.
Perlahan namun pasti, kini ia tertidur di dalam tenda. Waktu pun bergulir, waktu makan siang telah tiba. Clarissa terbangun ketika mendengar Chelins memanggil namanya berulang kali.
Dengan gontai ia menuju tempat makan yang telah di sediakan. Ia hanya mengambil beberapa sendok nasi dan lauk, ia tak cukup selera untuk memakan banyak.
"Clar, lo tadi disuruh nemuin kak Danniel di deket kebun teh." ucap sesorang yang membuyarkan pikiran Clarissa.
"Ehh, iya. Btw thanks ya." jawab Clarissa.
"Iya, yaudah gue pergi dulu bye!" ucap nya berlalu.
Clarissa menyelesaikan makan nya dan pergi melenggang meninggalkan meja makan, menemui Danniel yang telah menunggu nya di dekat kebun teh.
Clarissa melihat seseorang yang ia sayangi tersebut membelakangi diri nya menatap rumah pohon di sebrang kebun teh.
"Kak ?" panggil Clarissa.
"Ahh, akhirnya kamu datang." ucap Danniel seraya berjalan mendekat.
Danniel menekuk lutut nya menatap Clarisaa menyodorkan setangkai bunga mawar. "Clarissa, maafin aku ya. Maaf kemarin ga bales pesan kamu. Jangan marah sama aku ya." mohon Danniel dengan muka memelas.
Tangan Clarissa terulur meraih pundak Danniel dan menarik nya agar berdiri. "Iya, aku maafin kamu kok. Tapi ingat jangan ulangi lagi, aku bingung banget kenapa kamu ga bales pesan aku, ga biasa nya kamu kaya gitu. Emng kemana kamu kamarin ?" jawab Clarissa diselingi pertanyaan diahir kalimatnya.
Seketika raut wajah Danniel berubah menjadi gelisah. Entah untuk keberapa kali nya ia akan berbohong. "Maaf sayang, kemarin aku ketiduran. Aku bener-bener cape di perjalanan kemarin."
"Yaudah, gpp ko. Tapi sekarang udah gpp kan ?" tanya Clarissa antusias.
Tangan Danniel terulur membenahkan rambut Clarissa. "Iya, aku udah gpp ko."
Senyum kedua nya kini kembali merkah. Ia tarik tubuh Clarissa kedalam dekapan nya. Tak terasa air mata nya mengalir membasahi pipi nya. Ia sangat merasa bersalah terhadap Clarissa.
Jangan pernah sia-sia kan kepercayaan ku ini.
Kau tau kepercayaan ini ibarat kaca
Yang sekali terjatuh akan hancur dan takkan pernah
Kembali kesemula.
~ClarissaIndra~Maafkan aku, sungguh sebenarnya sakit ku lebih besar
Dari yang kau rasa, teramat sakit ketika membohongi
Orang yang kita sayang dengan sengaja.
~DannielReo~
🌸🌸🌸
Yey.. Finally part !!
Thanks udah mau baca..
Maav kalo kurang greget ceritanya.
Vote + komen ditunggu selalu
Bikin semangat author amatir ini dengan vote kalian
Jangan jadi silent reader.
Oke thanks, see you next chapter. :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ditinggalkan
Teen FictionClarissa Indra, cewek cuek yang mendapatkan dare dari permainan konyol yang ia mainkan bersama ketiga teman nya ketika jam kosong di kelasnya. Dare yang mengharuskan ia mendapatkan nomor ponsel kakak kelas yang sama sekali tak ia ketahui. Yang...