Clarissa masih bergelung di bawah selimut nya. Entah mengapa ia merasa sang mentari mengganggu acara tidur nya di sabtu pagi ini. Ia merasa cahaya nya serasa menusuk bola mata nya, ia semakin menyibak selimut nya menutupi bagian tubuh nya.
Kini sudah terhitung 2 minggu sejak insiden jatuh nya Danniel bersama Refan, dan itu berarti sudah selama itu juga ia tak bertemu sang pacar. Terkadang sekelebat pikiran buruk menghampiri nya, ia berusaha sekuat mungkin menyingkirkan nya walau kenyataan banyak yang mendukung asumsi semata nya itu. Entahlah hanya waktu yang hanya bisa menjawab nya.
Seperti biasa di sabtu ketiga liburan ini ia tak mempunyai kesibukan selain bersama buku novel kesayangan nya dan cemilan-cemilan nya. Sesekali ia mengabari atau mengingatkan Danniel meminum obat nya dan menyuruh istirahat, walau butuh beberapa jam sekedar mendapatkan balasan nya. Danniel masih pada pendiriannya, melarang Clarissa untuk datang menjenguk nya.
Drttt.. Drttt..
Getar handphone bersama lagu Shawn Mendes -treat you better- mengalun indah membangun kan sang empu nya. Tangan Clarissa meraba nakas tepat di samping ranjang nya, ia menekan tombol hijau dan menempelkan pada telinga tanpa melihat nama sang penelphone.
"Hallo, assalamualaikum ?" salam Clarissa dengan mata tertutup nya.
"Waalaikumussalam. Ini gue kak, Arrel. Ntar ada acara ga ?" jawab Arrel dari sebrang.
"Ohh Arrel. Ga ada emang kenapa Rel ?" Clarissa bangkit dari tidur nya menyandar pada kepala ranjang.
"Yaudah, mending temenin gue jalan ke Mall yuk.. Ntar gue traktir deh." tawar Arrel yang berhasil membuat mata Clarissa melebar sempurna.
"Sumpah demi apa ? Lo mau traktir gue ? Aaaa Arrel mpemang adek tersayang gue deh. Muach muah." ucap Clarissa dengan girang nya.
"Iya nih, mumpung gue baik hati dan tidak sombong anak yang rajin menabung hormat sama ayah bunda berserta hormat kepada bapak dan ibu guru ini mau ngajak refreshing, biar lo ga suntuk galau-galau an terus." cerocos Arrel tanpa henti.
"Yee ni anak, situ mau ceramah apa mau nyindir gue ?" tanya Clarissa dengan muka manyun nya.
"Yhaa maaf lah kalo situ kesindir. Udah lah 1 jam lagi gue jemput, inget ! Gue jemput berarti pake mobil gue." tutup Arrel tanpa mendengar jawab Clarissa.
"Yee ni anak, ucap salam kek. Kebiasaan deh." gerutu Clarissa.
------------
Tangan nya kini tepat berada di atas sebuah benda pipih yang digemari banyak orang. Jempol nya seolah tak ada henti-henti nya menekan tombol-tombol huruf yang tertera di layar.
Verahees selalu saja merayu Danniel agar mau keluar menemani nya pergi ke mall membeli barang-barang yang ia gemari. Karna memang Danniel ingin keluar untuk sekedar refreeshing menjernihkan pikiran, dengan senang hati ia menerima ajakan Verahees.
Danniel telah bersiap menggunakan celana pendek dengan kaos v neck yang di balut dengan jaket. Ia mengendarai motor nya menuju rumah Verahees. Tak butuh waktu lama karna rumah Verahees tidak jauh dari rumah nya.
Terlihat perempuan berambut sepundak yang bervolume sedang menunggu di depan pagar melambaikan tangan pada Danniel.
"Hai ! Udah lama ya ?" sapa Danniel tepat berada di depan Verahees.
"Hai juga ! Ngga lama kok, gimana sama tangan kamu ? Apa masih sakit ?" tanya Verahees bertubi-tubi.
"Masih sakit sih, tapi udah mendingan ko. Ayo berangkat !" jawab Danniel dengan senyum yang selalu mengembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ditinggalkan
Roman pour AdolescentsClarissa Indra, cewek cuek yang mendapatkan dare dari permainan konyol yang ia mainkan bersama ketiga teman nya ketika jam kosong di kelasnya. Dare yang mengharuskan ia mendapatkan nomor ponsel kakak kelas yang sama sekali tak ia ketahui. Yang...