Clarissa berjalan lunglai di setiap koridor. Suasana hati nya mendung, semendung langit saat ini. Pesan singkat Danniel kemarin lah yang membuat nya seperti tak mempunyai tenaga.
Danniel terlalu fokus akan perasaan nya sendiri, bahkan dia sampai tak sadar ada hati yang terluka dari sikap nya yang lebih mementingkan dirinya sendiri.Yang lebih parah nya lagi, Danniel menyakiti Clarissa untuk yang kesekian kali nya. Ingin rasa nya Clarissa berteriak sekencang mungkin agar tau, kalau diri nya bukan boneka yang bila tersayat tak akan berdarah dan terluka.
Namun Clarissa tersadar, diri nya tak lebih berarti dari seorang Verahees. Dan mungkin ia tak lebih baik dari Verahees.Terdengar langkah kaki yang bersautan, Clarissa menoleh sejenak lalu memutar bola mata jengah. Siapa lagi kalau bukan si mantan jelmaan setan Danniel. Clarissa menambah kecepatan berjalannya, malah ia terkesan berlari.
"Clar ! Tunggu !" Danniel semakin berlari mengejar Clarissa, hingga tangan nya berhasil menggapai pergelangan Clarissa.
"Apa ?" tanya Clarissa cuek.
"Maaf, buat yang kemaren. Aku ga bermaksud sekalipun buat nyakitin kamu." nafas nya terengah-engah ketiak mengucapkan nya.
"Udah lah, buat apa juga minta maaf. Toh gue juga udah kebal sama tuh mulut pedas lo."
Clarissa meninggalkan Danniel dengan keadaan tercengang. Ternyata Clarissa yang selama ini ia kenal akan lebih mengerikan jika sedang marah, apalagi kesalahan itu sudah fatal.
Clarissa melemparkan tas sembarangan. Ia tumpukan kepala nya diatas liapatan tangan nya. "Lo kenapa Clar ?" tanya Delia.
"Ga, gue gapapa. Cuma lagi bete aja." jawab nya tanpa mengubah posisi nya.
"Bete kenapa ?"
"Danniel si mantan jelmaan setan yang mulut nya pedes ngelebihin emak-emak baru lairan, tuh nyebeliiiiiiinnnn banget. Masa dia nyalahin gue. Masalah putus itu gara-gara gue yang ga pekaan sama dia." kini kepalanya terangkat menghadap teman-temannya.
Relins mengerjab bingung. "Bukanya kak Danniel yang selingkuh ya ? Kan dia udah deket sama kak Verahees juga waktu kemah." tanya Relins polos.
"Udah-udah ! Kalo bikin kesel ga usah di bahas. Mending lo pada ngerjain pr matematika." ucap Chelins menghentikan drama teman-temannya.
"Wait-wait ! Pr matematika ? Kyaaaa gue belum." teriak Delia heboh. Chelins yang melihat tingkah alay temannya hanya memutar mata jengah dan melempar bolpoin.
Tak !
Delia meringis kesakitan. Ia lupa kalau temannya yang satu ini tak suka jika ada orang berteriak di dekatnya. "Maaf Chel, hehe." ucapnya sembari mengusap kepalanya.
Selepas bel pulang berbunyi Clarissa tak langsung pulang. Ia masih harus latihan upacara bersama anggota osis lainnya. Ketiga temanya pun sudah meninggalkannya lima menit yang lalu.
Kini ia berdiri diantara kakak kelas yang juga bertugas. Lagi-lagi Danniel mendekatinya. Ia harus sabar menahan amarahnya. Karena tak seharusnya mencampur urusan pribadi dengan urusan organisasi. Maka akan hancur jika ia memaksakan egonya.
Danniel yang di samping Clarissa tak mau menyia-nyiakan kesempatan ia harus menjelaskan pada Clarissa. "Pssst !! Pssst !!"
"Kenapa Dan ? Ada yang mau di bicarakan ?" tanya Fakhtur di depan. Sedangkan Clarisaa hanya tersenyum miring melihat Danniel tertangkap basah.
Danniel menggaruk tengkuk dengan kikuk. "Gapapa kok tur."
"Oke, lanjutin latihannya. Setelah selesai kalian boleh berkemas-kemas dan pulang."
Latihan yang sempat terhenti pun berlanjut. Setelah menerima teguran dari sang ketua osis, Danniel pun mengurungkan niatnya untuk menegur Clarissa. Dalam hati Clarissa mengucap syukur karena Danniel tak berhasil mengganggu latihannya.
"Clarissa-Clarissa! Gimana jalan kamu itu? Yangbtegas jangan kaya putri kraton gitu! Tangannya juga kurang naik!." Terlihat Verahees dari jauh berteriak-teriak mengomentari Clarissa.
Clarissa berdecak kesal da menjawab dengn seadanya. "Iya kak maaf." Latihan yang melelahkan terus ia jalani dengan baik karena ia tak mau kena teguran dari kakak kelas yang bermulut cabe seperti Verahees.
"Latihan cukup! Siapkn diri kalian buat besok dan jangan sampai terlambat berangkat pagi karena kalian harus prepare dulu." Ucap Fakhtur yang di jawab serentak semua anggota osis yang bertugas.
Clarissa bersiap-siap untuk segera pulang lebih awal agar tidak berpapasan dengan Danniel. Tapi pupus sudah harapanya untuk segera pulang, Danniel telah menungguny di depan gerbang sekolah diatas motornya.
"Clar berhenti dulu please!" Danniel mencekal tangan Clarissa.
Clarissa menahan amarahnya, ia fikir juga apa untungnya menghindar dari mantanya itu. Malah ia juga merasa tak nyaman. "Oke, lo mau apa ?" Tanyanya ketus.
"Danniel kamu kok ga ajak aku pulang sih? Kamu kan pacar aku!" Verahess yang baru datang mengganggu suasana yang lebih tenang yang Danniel ciptakan.
Danniel merah padam dengan kehadiran Verahess dan juga kalimat yang diucapkannya. "Ayo Clar! Jangan urusin orang gila disini."
Danniel segera menyuruh Clarissa menaiki motornya dan meninggalkan Verahees. Clarissa hanya menurut tanpa protes karena ia masih belum memahami situasi apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Danniel melajukan motornya dan berhenti di taman kota. "Clarisa aku mohon maafin aku. Maafin aku kalau aku ada salah dan aku mohon banget sama kamu mau ga kamu balikan sama aku dan buat cerita lagi sama aku. Aku masih sayang banget sama kamu, apa kamu udah ga sayang lagi sama aku?"
Clarissa hanya bisa diam mematung. Mencerna setiap kata yang Danniel ucapkan. Sejujurnya ia juga masih sayang dengan mantanya itu, dan situasi seperti ini sebenarnya sangat menyakitkan baginya. Namun ada satu hal lagi yang menjadikan ia bimbang kesetiaan Danniel dan ucapan Verahees tadi sewaktu di gerbang sekolah.
"Kenapa lo masih ngajak gue buat balikan kalau lo aja masih jadi pacar tuh kakak cabe?" Danniel mengerutkan kening bingung.
"Aku udah putus sama Verahees seminggu yang lalu."
"Terus buat apa lo nanyain perasaan gue kalau lo aja ga bisa menjaga perasaan itu ?"
Danniel bersimpuh dihadapan Clarissa. "Clarissa i am so sorry, aku bener-bener masih sayang kamu. Clarissa maukah kamu jadi pacar aku.. lagi ?"
Clarissa menghela nafas setelah beberapa saat. "Oke, aku mau."
Raut muka Danniel pun cerah seketika. "A..apa? Bisa ulangin lagi?" Tanya Danniel menyakinkan.
Clarissa memutar bola mata jengah. "Iya aku mau." Ulngnya.
Danniel berdiri dan mengangkat Clarissa dan berteriak heboh. "Aaa... Clarissa i love you!!!!"
Cinta tak selamanya berjalan mulus. Seperti gue yang dipertemukan lagi dengan Clarissa setelah kebutaan gue yang menganggap Verahees jauh lebih baik dari ratu gue, Clarissa Indra.
~Danniel~🌸🌸🌸
Hallo ? Masih adakah readers di sini ?
Semoga aja masih ya..
Thanks for reading
Votement selalu ditunggu.
Bye. See you next chap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ditinggalkan
Teen FictionClarissa Indra, cewek cuek yang mendapatkan dare dari permainan konyol yang ia mainkan bersama ketiga teman nya ketika jam kosong di kelasnya. Dare yang mengharuskan ia mendapatkan nomor ponsel kakak kelas yang sama sekali tak ia ketahui. Yang...