Clarissa sudah terbiasa dengan hari-hari nya yang flat satu bulan kebelakang ini. Sudah bisa dihitung ia sedikit berhasil melupakan Danniel walau belum sepenuhnya melupakannya dan ia juga jarang sekali mellihat Danniel bahkan tidak sama sekali selama satu bulan semenjak kejadian tersebut.
Kini ia berjalan di koridor sekolahan dengan setumpuk buku ditangannya yang diambil dari perpustakaan. Tumpukan buku yang teramat tinggi membuatnya hati-hati dan sesekali melihat ke bawah memastikan tidak ada yang menghalangi jalannya.
Belum sempat ia mendongak..
Brughh !!
Ia dan buku-bukunya terjatuh berserakan di lantai. Dahinya terasa berdenyut ketika menabrak lengan keras tadi. Ia segera memunguti bukunya dan segera berdiri dari posisi yang memalukan.
Ketika ia berdiri sempurna matanya sedikit terbelalak ketika melihat Danniel di depannya. Menyodorkan beberapa buku yang dia ambil tadi. Dengan kikuk ia mengambil buku yang disodorkan Danniel dan menumpuknya diatas buku yang lain.
"Thanks. Sorry gue jalannya ga bener." Clarissa hendak berjalan namun tangannya di cekal oleh Danniel.
"Gue yang minta maaf, ga liat kalo lo lagi jalan bawa buku banyak."
"Nope. Gue permisi dulu."
Danniel tepaku di tempat ia berdiri. Kakinya seolah kaku untuk sekedar digerakkan. Pikirannya melayang, sebegitu parahkah luka yang ia torehkan pada Clarissa sehingga menatap saja Clarissa enggan dan segera berlalu. Jujur saja ia masih sama, rasa itu tetap ada walau ia menjaga jarak dengan Clarissa. Ia rindu dengan sikap hangat Clarissa terhadapnya dulu.
Disisi lain Clarissa merutuki kejadian tadi, usaha move on selama hampir satu bulan lebih hancur gara-gara bertemu dengan Danniel dengan adegan menabraknya tadi.
Fisiknya merespon terlalu peka hingga menimbulkan debaran yang tak berhenti sampai ia berada di depan pintu kelas. Ia membuang nafas pelan dan mengetuk pintu kelas.
Tok! Tok! Tok?!
"Ini pak bukunya." Ia meletakkan setumpuk buku tadi kemeja, ia sebenarnya kesal dengan guru itu seenaknya menyuruh mengambil buku yang sangat banyak sendirian.
"Terimakasih Clarissa."
"Sama-sama pak. Saya permisi pak." Clarissa berlalu meninggalkan meja guru dan berjalan menuju meja nya.
"Kemana aja lo? Kok bisa lama banget?" tanya Chelins.
"Tadi gue nabrak kak Danniel." Jawabnya dengan malas.
"Lah!? Apa lo bilang!? Tabrakan sama kak Danniel? Kok bisa sih? Bukannya lo udah jarang bahkan hampir ga ketemu sama dia kok bisa nabrak?" Tanya Chelins sedikit menaikan volume suaranya.
"Iya chel, gue juga sempet kaget tadi. Tapi mau gimana lagi canggung banget tau ga? Aneh! Berasa kek ketemu mantan yaudah gue langsung ngibrit aja gitu."
"Lah kok gitu sih? Ga ada acara kangen-kangenan gitu? Ehh.. Kan emang bener mantan gebetan, wkwkwk!" Chelins tergelak menggoda Clarissa.
"Emang lo pikir gue reunian gitu? Terus kangen-kangenan?. Semerdeka lo aja deh Chel.. lo mah malah godain gue. Ga mikir gue jadi baper lagi, gue jadi keinget lagi.. Hwaaa!" Clarissa pura-pura menangis.
"Kalian berdua! Kenapa kalian teriak-teriak? Sekali lagi kalian teriak silahkan keluar dari jam saya!" ucap Pak Sofyan dengan muka merah padam meneriaki Clarissa dan Chelins.
"Maaf pak." ujar Clarissa dan Chelins bersamaan dengan lirih nyaris tak terdengar.
Pelajaran pun kembali berjalan dengan lancar. Delia dan Relins bersamaan menoleh kebelakang dan bertanya pada Chelins dan Clarissa.
"Lo berdua kenapa sih? Ribet amat dari tadi?"
"Tadi si Clarissa sempet nabrak ka Danniel." jawab Chelins yang langsung mendapat tatapan tajam dari Clarissa. Chelins hanya mengangkt kedua jarinya sambil tersenyum.
"Hah!? Apa!?"
"Kalian berempat! Silahkan keluar dari jam pelajaran saya!" tegas pak sofyan.
"Maaf pak." ucap mereka bersamaan lalu pergi meninggalkan kelas.
"Alhamdulillah.. seneng gue kalo disuruh keluar gini." syukur Delia.
"Yee.. Oon lu Del! Dikeluarin kok seneng, pe'a lo kunyuk!" Maki Relins.
"Bodo amat Rel! Yang penting gue bahagia." ucap Delia nyengir kuda.
"Bener juga lo Del, kita kan bisa ngorek-ngorek cerita sama nih orang." lanjut Chelins sambil menunjuk Clarissa.
"Yaudah, jangan berisik lagi! Kekantin aja, ntar gua ceritain di sana sekalian makan." ujar Clarissa menengahi perdebatan antara mereka.
"Mau susah seneng tetep aja yang lo pikirin makan Clar." sela Chelins dan menatap Clarissa, yang ditatapnya pun hanya bisa memamerkan deretan gigi putih nya.
"Yaudah yuk, kantin aja!" mereka berempat lalu pergi meninggalkan koridor kelas dan menuju surga perut di sekolah.
🌸🌸🌸
Sesampainya di kantin mereka memesan makanan dan minuman untuk mengisi perut mereka. Setelah datangnya pesanan mereka, tak sampai 15 menit, makanan tersebut tandas dimakan 4 bersahabat itu.
"Cepet cerita dong clar! Gue kepo nih!" cetus Delia selesai mengelap mulut nya yang belepotan.
"Iya-iya.. Gua bakal cerita. Tapi 1, jangan ada yang motong cerita gue atau gue berhenti cerita. Paham?" Tanya Clarissa, sehingga mereka mengangguk patuh.
Clarissa pun mulai bercerita dari ia yang berjalan sendiri dari perpustakaan membawa setumpuk buku yang banyak, hingga ia pergi tanpa mendengar jawaban Danniel sepeninggal ia mengucapkan permisi pada nya.
Teman-teman nya yang mendengarkan pun hanya bisa mendesah pasrah, menyayangkan kejadian yang seharusnya menjadi kesempatan untuk Clarissa kembali dekat dengan Danniel.
"Yaudah sih.. Kan yang jalanin gue. Kenapa lo pada kaya yang ngejalanin?" omel Clarissa.
"Yehh situ dibilangin juga, kan buat kebaikan lo juga buat kembali dekat sama tuh kunyuk satu!" jawab Relins.
"Kok lo bilang kak Danniel kunyuk sih?" protes Clarissa tanpa sadar mendengar Relins menyebut Danniel dengan sebutan 'kunyuk'.
"Masih.. Aja di belain, gue gitu juga karan salah dia! Ngapain juga balikan sama mantan yang jelas-jelas ga pernah perhatian sama dia, malah ninggalin lo! Yang jelas-jelas care banget sama dia." bantah Relins dengan emosinya yang naik.
"Iya juga sih. Yaudah sih rel, Maafin aja." ucap Clarissa, sedangkan Delia dan Chelins hanya menyimak perdebatan kedua temannya itu.
"Terserah lo clar, tapi inget 1 ! Gua bakal berdiri didepan sendiri buat ngadepin si Danniel kalo dia bikin lo sakit hati lagi!" ujar Relins kemudian.
"Iya-iya Rel, makasih banget lo temen terbaik gue banget deh!" senyum Clarissa pun merkah mendengar Relins dengan pembelaan terhadap dirinya.
"Jadi kita ga baik gitu?" tanya Delia yang didukung Chelins yang sudah memasang wajah cemberutnya.
"Kalian semua temen terbaik gue kok!" mereka berempat pun berpelukan selayaknya saudara kandung, yang nyatanya mereka adalah teman. Tetapi teman yang selalu ada saat susah maupun senang.
Dalam keadaan apapun sahabat pasti membela dan berdiri paling depan untuk melawan, sehingga tidak ada yang namanya mantan sahabat karena nyatanya sahabat tidak akan menyakiti tetapi melindungi dan memberikan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ditinggalkan
Teen FictionClarissa Indra, cewek cuek yang mendapatkan dare dari permainan konyol yang ia mainkan bersama ketiga teman nya ketika jam kosong di kelasnya. Dare yang mengharuskan ia mendapatkan nomor ponsel kakak kelas yang sama sekali tak ia ketahui. Yang...