5

24.2K 970 44
                                    

Pria bersurai raven itu berlari menerobos malam sekencang yang ia bisa. Peluh tampak mengalir dipelipisnya. Wajahnya datar, tatapannya tajam namun tersirat kekhawatiran disana. Sesekali ia melirik gadis bersurai merah muda yang terlelap dalam gendongannya, ia membenahi jubah hitam miliknya untuk membungkus rapat tubuh gadisnya.

Pria itu bertelanjang dada, mengabaikan dinginnya angin malam yang menusuk. Yang terpikirkan dikepalanya adalah, sampai dengan cepat untuk menyelamatkan gadisnya.

Khawatir, mungkin itu satu kata yang menggambarkan perasaannya saat ini kala melihat kulit gadisnya yang memucat dan sedingin es, bibirnya membiru seperti manyat, bahkan ia tak mampu merasakan gadisnya bernafas. Satu-satunya keyakinannya adalah ketika samar-samar ia masih merasakan detak jantung dan chakra sang gadis, meski itu minim sekali.

Perasaannya meletup-letup, bahkan terkadang sharingannya aktif dan nonaktif dengan sendiringya. Ia tidak bisa membayangkan jika gadisnya pergi meninggalkannya, ayolah dia pernah kehilangan dan ia tak ingin merasakannya lagi.

Rasanya belakangan ini gadisnya baik-baik saja, bahkan pagi tadi mereka mandi bersama disungai, lalu berbincang sepanjang hari, makan lalu tidur, sebelum pada dini hari ia mendapati tubuh gadisnya begitu dingin dipelukannya. Lalu ia bergegas membungkus gadisnya dengan jubah hitam miliknya kemudian bergegas membawa gadisnya ke suatu tempat yang mungkin dapat menyelamatkan gadisnya. Markas Orochimaru, tepatnya gadis berambut merah yang tempo lalu nyaris ia bunuh, Uzumaki Karin.

Sedangkan berambut biru keputihan dibelakangnya hanya mampu mengikutinya dalam diam, ia tahu pria didepannya bukan dalam kondisi baik.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Karin!" teriak pria bersurai raven itu menggema di lorong-lorong markas, tentu saja tanpa menghentikan langkahnya.

"Ah! S-sasuke!?" ujar sang gadis berambut merah terkejut sekaligus merona mendapati pria didepannya bertelanhang dada, namun atensinya beralih pada gadis bersurai merah muda yang tampak lemah digendongannya.

"Dia... Gadis yang waktu itu kan?" tanya karin dalam hati.

"Hn, kau bisa menanganinya," tanya pria yang diketahui adalah Sasuke itu dingin dan mengitimidasi.

"Y-ya, akan kucoba S-sasuke-kun," jawab Karin sambil membenahi kacamata miliknya.

Sedangkan Sasuke melenggang pergi menuju kamar yang dulu ia tempati dimarkas ini, sebenarnya ia malas masuk kembali ketempat menjijikan ini. Namun untuk sementara ini tempat paling aman baginya dan gadisnya. Masih ingat? dirinya adalah buronan.

"S-sebenarnya, dia kenapa Sasuke-kun" tanya Karin.

"Jika aku tahu, aku tidak akan membawanya kemari," jawab Sasuke dingin dan datar.

"Ini baru Sasuke yang ku kenal, padahal ia sangat berbeda beberapa hari yang lalu saat didekat si pinky itu" ujar Suigetsu dalam hati, sambil menyalakan obor didinding-dinding kamar Sasuke.

Dengan penuh kehati-hatian Sasuke merebahkan Sakura di ranjangnya. Ia menatap gadisnya sendu, sedetik kemudian tatapannya beralih pada Karin, memberi isyarat untuk mendekat dan memeriksa keadaan gadisnya.

Sedang Karin merona kala mendapat tatapan seperti itu dari Sasuke, terlebih ketika ia melihat dada telanjang Sasuke penuh bercak kemerahan, yang artinya itu belum lama dibuat. Ayolah Karin tidak bodoh. Namun ia tetap mendekat dan memeriksa gadis bersurai gulali itu.

Karin membuka jubah hitam yang membungkus gadis gulali itu, matanya hampir keluar dari tempatnya kala melihat tubuh gadis gulali itu hanya berbalut atasan milik sang bungsu Uchiha, belum lagi leher jenjang dan paha sang gadis yang penuh bercak kemerahan. Lagi wajah Karin merona, ia melirik sekilas pemuda berambut raven yang tak lain adalah Sasuke yang tengah menatapnya tajam.

"Astagaaaaaa!!!! Aku tidak menyangka bahwa Sasuke bisa berbuat seperti ini, sial... Sial ... Sial, beruntung sekali gadis ini!" teriak Karin histeris dalam hati.

"Karin!"

Mendengar bentakan yang begitu mengerikan dari Sasuke, ia pun segera memeriksa keadaan gadis gulali didepannya. Tubuh gadis gulali itu begitu dingin, pucat, nafasnya tersenggal, detak jantungnya melemah apalagi chakranya yang nyaris hilang.
Sedikit saja chakranya diambil, maka sudah dipastikan gadis didepannya akan kehilangan nyawanya.

"Sasuke-kun! Chakranya sangat tipis, gadis ini butuh pasokan chakra lebih banyak," ujar Karin.

Tanpa aba-aba Sasuke ikut naik keranjang, duduk disamping gadisnya. Kemudian menggenggam erat tangan gadisnya sambil mengalirkan chakra pada tubuh gadisnya. Ia menatap cemas terhadap sang gadis.

Karin, menatap pria didepannya dengan pandangan sulit duartikan. Baginya ini pertama kali ia melihat Sasuke menampilkan ekspresi lain, selain datar dan dingin. Ia terpaku, sebelum akhirnya sebuah suara mengintrupsinya.

"Sebenarnya dia kenapa," tanya Sasuke.

"A-ano, Sasuke-kun kurasa racun yang kemarin diminumkan Sasuke-kun mulai bekerja pada tubuh gadis ini."

"Jika itu benar yang kuminumkan adalah racunnya, bukannya yang satunya adalah penawar sesungguhnya. Aa, aku masih menyimpannya," ucap Sasuke sambil merogoh kantong ninjanya, dan mengambil botol berisi cairan hijau pekat.

Sasuke adalah pria yang jenius, ia terencana. Ia selalu memikirkan tindak-tanduknya dan resiko yang akan ia timpa, termasuk saat ia meminumkan cairan yang disangka adalah penawar tempo lalu pada gadisnya. Bagaimana ia menyimpulkan bahwa itu racun, mudah saja. Sakura tetap menjadi gadis 'liar' selama tiga hari tiga malam.

Saaron bilang bahwa dikantong kanannya terdapat racun dan penawar, jika cairan bening itu adalah racun, maka otomatis cairan hjau pejat itu adalah penawarnya.

Sasuke membuka botol itu, kemudian bau begitu menyengat menguar kala botol itu berhasil dibuka. Ia hendak meminumkannya, namun sebuah tangan kekar menghentikannya.

"Tunggu Sasuke, jika orang yang kau hadapi tempo lalu bisa membuat gadismu seperti ini berarti orang itu berbahaya. Bisa saja ia berbohong yang mana sebenarnya ia tak memiliki penawar," ujar Suigetsu.

Yang dikatakan Suigetsu itu benar adanya, jika Saaron direkrut Akatsuki berarti dia cukup berbahaya dan licik, kemungkinan keduanta adalah sama-sama racun mungkin saja.

"Itu benar Sasuke-kun, lebih baik kita mengetesnya terlebih dahlu." ujar Karin

"Hn," jawab Sasuke sambil merapal segel, lalu keluarlah salah satu elang peluharaannya.

Kemudian Sasuke memberikan sedikit cairan hijau pekat itu pada elangnya, dan ia begitu terkejut ketika mendapati elangnya terbujur kaku setelah beberapa menit meminumnta. Seketika ia melempar botol berisi cairan hijau pekat itu kedinding, dan ia menatap horor kala dindingnya perlahan mengkropos dan jatuhlah serpihan-serpihan beton membentuk lubang menganga disana. Ia tak habis pikir jika cairan itu masuk kedalam tubuh gadisnya, sungguh ia hampir saja membunuh gadisnya.

"Sial!" umpat Sasuke kesal, pandangannya beralih pada gadisnya ia menatap sendu kemudian mencium lembut pergelangan tangan sang gadis.
"Kumohon, bangunlah," bisiknya pelan, meski Karin dan Sugetsu masih dapat mendengar itu.

Karin dan Suigetsu tak menyangka bahwa pria didepannya ini terlihat sangat rapuh sekarang. Inikah Uciha Sasuke sesungguhnya? Pikir mereka berdua.

"Engh~" leguhan pelan dari gadis bersurai merah muda membuat seluruh atensi tertuju padanya.

"Sakura!"

Gadis itu perlahan membuka kelopak matanya, menampilkan sepasang viridian jernih yang sangat Sasuke rindukan.

"Kau... Siapa?"








.
.
.
.
.
.
.
.
...

Tbc 😊

Akhirnya up jugaa.... 😄 ada yang kangen fict iniii ????

Hehee... Aku mau bikin kalian penasaran ahhh 😄

See youuu... Jangan lupa votement😆







Revenge or Safe me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang