11.

15.3K 744 56
                                    

Dua bulan berlalu, tak terasa waktu begitu cepat bergulir. Desa Konoha atau sering disebut sebagai desa daun tersembunyi tampak terlihat damai. suara anak-anak yang berlalu lalang tertawa dan bermain bersama. Para Ninja yang juga menjalankan rutinitasnya masing-masing.

Genjatan senjata yang diajukan oleh negara Kumo telah lama berakhir untuk sementara karena sosok yang diincar-Uchiha Sasuke-selama dua bulan ini tidak terdengar kabarnya seolah tertelan bumi.

Mendesah lega karena itu, sang hokage kelima bersyukur karena itu. Untuk sementara dirinya dapat bernafas lega, meski ia juga kehilangan murid terbaiknya. Tapi setidaknya desanya aman dari ancaman perang.

Siang itu mentari begitu terik, membuat siapapun menginginkan bergegas pulang dan mengisi perut mereka dengan makanan-makanan lezat.

Seperti yang kita lihat, pemuda berambut kuning jabrik itu tengah menghabiskan semangkuk ramen jumbo yang ke-3. Entah bagaimana perutnya mencerna, namun meski makan sebanyak itu pemuda itu tidak  pernah didapati dengan perut buncit dan pipi tembam karena timbunan lemak. Sebaliknya, pemuda itu malah begitu kurus. Ya, setidaknya ia memiliki otaot-otot kekar yang menimbulkan efek berisi.

"Aku heran, kenapa kau tidak pernah gemuk-gemuk bahkan dengan porsi makanmu  yang kelewat abnormal. Hey! Naruto kau bisa mati, baka!" ujar gadis bersurai blonde yang tengah di ikat pony-tale (nulisnya bener nggak sih?)

"Slurup~ habisnya ini enak sekali Ino-chan,"

"Na-naruto-kun, makanlah yang banyak." ujar gadis bersurai indigo yang tampak malu-malu.

"Siap! Hinata-chan,"

"Kau gila Naruto, kalau si Forehead melihat pasti kau sudah babak belur!"

Seketika, pemuda yang tengah melahap ramen dengan rakus itu-Narito-menghentikan acara makannya. Ia mengaduk sisa mie yang berenang diatas kuah merah ramennya. Untuk beberapa bulan ini, ia dan team-nya telah memutuskan penghentian pencarian teman-temannya. Ya, Sakura dan Sasuke, teman yang sudah ia anggap sebagai saudara.

Ia memandang kuah itu sendu. ingatan kala kenangan dirinya dan rekan seteam-nya dulu melintas bagai kaset rusak yang terus berputar. Mereka-team 7-pasti selalu makan bersama di  kedai Ichiraku sehabis menyelesaikan misi. baik ringan maupun berat.

Ino dan Hinata yang menyadari perubahan ekspresi Naruto pun memilih diam kendati mereka malah membuat situasi semakin kacau. "Ma-maaf Naruto-kun," lirih Hinata.

Naruto menengadah menatap iris lavender Hinata, menyunggingkan senyum lima jarinya. Dan Hinata tahu bahwa itu hanya cengiran palsu, senyuman yang dibaliknya menahan rasa sakit. Ah, seadianya ia bisa melakukan sesuatu untuk membuat pemuda itu tersenyum ceria kembali, pasti akan ia lakukan. Apapun itu.

.

.

.

.

"Hoek!"

Suara itu berkali-kali menggema ditempat yang disebut dapur.

"Hoek!"

Rasa begitu mual dan jijih benar-benar menguasainya. Perutnya seperti dililit, sangat sakit! tubuhnya pun terasa begitu lemas dan pucat.

"Hoek!"

Jengah mendengar suara-suara menjijikan itu. Pria bergigi runcing dan bersurai biru pucat itu melangkah gontai menghampiri si empu suara.

"Berhenti menimbulkan suara-suara menjijikan itu! Yuck, sebenarnya apa yang kau makan hah?"

Ia tak menghiraukan Suigetsu bicara. rasanya kepalanya begitu pening dan ingin meledak belum rasa begitu mual yang ia dapatkan.

"Sasuke-kun, kita pergi ke rumah sakit sekitar sisni saja, ya? aku benar-benar tidak tega melihatmu seperti ini," ujar gadis berhelaian merah muda yang tengah telaten memijat pria yang sedari tadi tidak dapat memanglingkan wajahnya dari wastafel, seolah disana ia menemukan berlian sebesar bijudama.

Revenge or Safe me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang