17. An Ending

15.5K 602 168
                                    

-"Namun sebelum sebuah permata sampai di bahtera kerajaan, sebelumnya ia singgah dipegunungan terjal,"-

.

.

.

"Masih belum terlambat untuk memperbaiki Uchiha!"

Gaara menatap tajam sosok pria bersurai gelap didepannya dengan sengit dan penuh waspada. Namun tak ada jawaban, pria didepannya hanya menutupi wajah pucatnya dengan surai gelap kebiruan yang seolah menyatu dengan kelamnya malam itu.

Sakura yang menatap mereka dari kejauhan hanya bisa berdoa agar segalanya berjalan dengan baik, entah mengapa tubuhnya begitu lemas dan pergerakannya melambat. Mungkin itu disebabkan karena tubuhnya baru pulih, pikirnya.

Angin malam berhembus dingin, mencoba menyentuh hati yang mulai menggelap, menjadikannya hampa dan tak terjangkau. Surai hitam kebiruannya memlambai membelai paras tampannya, Sasuke. Pria itu masih menunduk dalam. Tak ada yang dapat menebak isi pikirannya, ia begitu misterius bahkan anginpun tak dapat menjangkaunya.

Entah, apa ia harus berterimakasih pada situasi yang telah menyembunyikan dirinya agar tak terlihat rapuh, atau ia harus mengutuknya karena itu teramat menyakitkan baginya?

"Kamu ya Kamu, Itachi ya Itachi, kalian itu jelas berbeda. Tapi kami selalu menyayangi kalian berdua lebih dari apapun,"

"Sasuke, dengar yang satu ini rahasia. Saat hanya ada Ibu, Ayah selalu membicarakanmu loh, Dia itu sedikit canggung. Tapi percayalah, Dia sangat menyayangimu."

Sasuke masih menunduk dalam, ia memejamkan matanya erat. Kilasan memori saat keluarganya utuh kemali berputar dikepalanya, saat ia menunggu Ayahnya pulang dari kantor polisi konoha, saat ia menunggu Ibunya selesai membuat sarapan, saat ia berlatih bersama Itachi. Semua kilasan itu berputar cepat dan sangat menyakitkan. Bahkan bayangan wanita bersurai pink yang sedang memasak didapur dengan dirinya yang menunggu dimeja makan tak luput dari otaknya, perasaan bahagia saat ia tahu akan menjadi Ayah dan membangkitkan klan. Perasaan senang seperti saat Ia dijemput Itachi ketika pulang akademi. Ia... hanya ingin merasakan hangatnya keluarga kembali.

"Aku...juga ingin tahu apa yang dikatakan Ayah pada Ibu tentangku," lirihnya tersapu dinginnya angin malam.

Namun, Semua itu hanyalah kenangan yang akan hilang seiring waktu bukan? Karena yang ada di kepalanya saat ini adalah bagaimana kejamnya Kakaknya yang paling ia sayangi dan kagumi membunuh kedua orang tuanya, Ayah dan Ibunya, kdua orang yang sangat ia cintai. Bagaimana mengerikannya malam berdarah itu, saat Kakaknya membunuh Paman dan Bibinya yang selalu menyemangatinya untuk menjadi Uchiha yang terbaik. Bagaimana mengerikannya malam itu, kala ia menapaki jalanan penuh darah dan rumah kosong bergelimpangan mayat.

Semua kehangatan itu hancur, semua menjadi menyakitkan karena cinta. Bahkan ketika ia mulai percaya dan mencoba meraih kehangatan itu kembali, lagi-lagi itu hanya permainan waktu dan cinta yang sebenarnya sumber dari rasa sakit.

Sasuke menegakan kepalanya, ia membuka kelopak matanya dan menampilkan kedua iris mengerikan semerah darah. Tatapannya begitu dingin dan mematikan, seolah ia begitu mrni dan tak pernah tersentuh. Kegelapan murni yang menyelimuti seolah memang ia tak pernah menyentuh cahaya.

ZIIINGGG!!! BUAGH!!!

"Ugh!- Aaapaa!?" pekik Gaara terkejut kala tinju Sasuke berhasil mengenai rahang kokohnya, ia terkejut akan gerakan Sasuke yng begitu cepat.

Belum berhenti disana, Sasuke memutar tubuhnya dan menendang keras ulu hati Gaara hingga terplanting beberapa meter. Beruntung, ia memiliki pasir yang digunakan sebagai matras agar tubuhnya tak terbentur dengan terjalnya tanah.

Revenge or Safe me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang