15.

13.5K 687 81
                                    

Bukankah permata di atas tiara raja itu indah? Mereka begitu berkilauan, seolah mereka  berkilau karena memamerkan betapa bahagianya mereka.

-Ash-

.
.
.
.
.
.
.

"Nee, Sasuke-kun bagaimana perkembangan di ladang ? Aku dengar hama meningkat dan membuat gagal panen."

Sasuke menoleh kearah gadis musim semi kecintaannya. "Hn, tapi ladang kita baik-baik saja. Kurasa dua atau tiga minggu lagi sudah dapat dipanen,"

Mendengarnya Sakura begitu gembira hanya hanya hingga kedua iris emerald miliknya berbinar-binar. "Aaa... Aku jadi tidak sabar ingin mencicipi buahnya, pasti segar sekali,"

Sasuke mengernyit bingung, apa wanitanya itu sedang mengidam? "Kau ingin apel?" tanya nya kemudian saat ia terdiam beberapa saat.

Sakura mengangguk dengan antusias. "Ya, aku sangat ingin. Kau tahu disini banyak petani apel, tapi untuk mendapati apel saja sulit dipasar,"

Sasuke tersenyum tipis akan hal itu, rupanya benar wanitanya itu sedang mengidam. Ia menatap langit barat yang mulai bersemburat orange tanda berakhirnya waktu sang raja siang dan berganti shift dengan sang raja malam.
Meskipun ia bukan suami syah Sakura, tetap saja ia memiliki perasaan sebagai seorang calon Ayah, pasti ia akan melakukan apapun untuk menjaga calon keluarga kecilnya.

"Aku akan mencoba mencarinya diladang kita, kurasa ada beberapa yang telah masak."

Sakura tersentak, ia tidak menyangka bahwa pria disampingnya ini akan menawarkan diri untuk memenuhi keinginannya. Ia memang ingin tapi tidak berpikiran untuk menyuruh prianya ini bersusah payah, ah entahlah belakangan ini prianya begitu lembut dan penuh perhatian. Wanita manakah yang tak tersentuh hatinya?

Sedang Sasuke yang melihat mata wanitanya yang berkaca-kaca panik, kendati ia takut menyakiti wanita di hadapannya ini. Oh, sungguh ia ingin menghunuskan katananya pada tubuhnya sendiri agar tidak menyakiti Sakura untuk yang kesekian kalinya lagi.

"S-sakura aku-"

"Hiks, Sasuke-kun,"

Sasuke sedikit tersentak kala mendapat pelukan tiba-tiba dari wanitanya, ia hampir terjerembab dari beranda teras jika ia tidak memiliki refleks yang bagus.

"Sasuke-kun aku mencintaimu, sungguh aku tidak ingin jauh darimu. Hiks... Kau begitu baik untukku, aku sangat bersyukur pada Tuhan,"

Sasuke tersenyum tipis kemudian ikut membalas pelukan sang wanita, ia mengecup sayang pucuk kepala wanitanya. Dalam hati ia bermonolog...

'Tidak Sakura, kau yang terlalu baik untuk pria brengsek sepertiku. Tapi aku juga bersyukur karena memilikimu, Aku berjanji akan selalu melindungimu,'
.
.
.
.
.

.
.

"Fyuuuh, lagi-lagi aku pulang terlambat. Ck! Lelahnyaaaaa~"

"Kau berisik sekali sih Karin,"

"Diam kau gigi hiu!"

"Hey! Mata empat merah, harusnya kau berterimakasih karena aku mampir ke klinikmu dan dengan sukarela menyumbangkan shusi segar mahal untuk kubagi denganmu,"

"Kalau tidak ikhlas ya jangan dikasih dong, toh aku enggak minta. Atau kamu mau Kembikan?"

Suigetsu menatap Karin horor sekaligus jijik. "Jangan gila,"

"Ah, sudahlah aku lelah Lagipul sudah senja. Aku ingin mandi dan tidur, bye Suigetsu" ujar Karin melenggang pergi meninggalkan Suigetsu yang dongkol setengah mati.

Revenge or Safe me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang