14

13.9K 726 69
                                    

Surai merah batanya melambai mengikuti arah angin. Jari tengah dan telunjuknya saling bertaut kendati menutupi mata kirinya.

Mata jadenya menatap jauh udara. Tak berkedip seolah ia mendapati hal menarik yang padahal didepannya hanyalah hamparan samudra biru.

Ia menghela nafasnya sejenak, menurunkan jemarinya lalu kedua matanya tertutup. Ekspresinya datar tak terbaca, namun atmosfer dong n disekitarnya begitu terasa hal itu dibuktikan oleh pengawalnya yang gemetar ketakutan dibelakangnya.

"Berapa lama lagi kita sampai di konoha," tanyanya masih memejamkan mata.

"S-sekitar satu-dua hari Gaara-sama," jawab pengawal itu takut-takut dengan suara gemetar.

Sosok Itu-Gaara- membuka kelopak matanya seketika, menampilkan kedua bola mata jadenya. Ia membalikan tubuhnya menghadap pengawalnya, jika ia memiliki alis mungkin kedua alisnya tengah bertautan terbukti karena mata jadenya menatap begitu dingin.

"Aku tidak bisa menunggu selama itu!" ujarnya dingin kemudian setelahnya tubuhnya meludah menjadi serpihan pasir dan terbawa oleh angin.

Pengawal itu hanya gemetar ketakutan sambil menatap pasir tuannya yang mulai lenyap.

"Pasti Gaara-sama telah melihat sesuatu yang tidak ia sukai dengan jutsu rahasianya itu," monolognya sambil menatap nanar kearah pulau kecil yang beberapa hari mereka singgahi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Mentari tampak enggan menyikap dirinya dari selimut tebal kelabu. Belakangan ini desa kecil dipulau itu memang sering terjadi hujan, namun tidak menghalangi para manusia disana untuk mengais rezeki yang dibersihkan sang pencipta.

Para penduduk desa yang berlalu-lalang menuju ladang dan ada pula yang berlalu-lalang membelanjakan uangnya dipasar pagi.

Seperti yang dilakukan oleh gadis bersurai merah muda yang tengah memanjang itu, dengan ruang Ia-Sakura- menenteng berbox kardus berisi sayur dan daging.

Sakura berhenti pada lapak sayur yang dijaga oleh nenek renta yang selalu menjadi langganannya. Ia tersenyum ketika ia melihat deretan buah merangkap sayur berwarna merah-orange segar begitu menggiurkan terpajang rapi disana. Diam-diam ia teringat akan Suaminya-Sasuke-yang belakangan ini katanya tak dapat memakan buah favoritnya itu.

"Nona, kau mau aku ambilkan?"

Sakura menoleh ke nenek renta itu, lalu tersenyum. "Tidak, nek. Aku ingin wortel saja."

"Tumben sekali, padahal tomat-timat ini baru dipetik fajar tadi, tapi tunggulah. Aku akan mengambilkan wortel untukmu."

"Terimakasih,"

Puk.

Sakura tersentak tatkala pundaknya di tepuk lembut oleh seseorang, ia menoleh dan mendapati sosok yang begitu ia kenal. senyumnya merekah begitu manis.

"Sasuke-kun? Kenapa kau bisa ada disini?"

"Hn, aku bangun dan tidak mendapatimu di sebelahku."

Sakura terkikik geli. "Hehe... Habisnya saat aku ingin membuatkanmu sarapan, tak ada bahan apapun yang bisa dimasak."

"Aku tidak melihat yang lainnya, dimana mereka?"

"Oh, Suigetsu bilang ada lelang ikan dipagi hari jadi harus berangkat pagi sekali ke pesisir. Sedangkan Karin bilang ada sesuatu yang harus diteliti di laboratorium."

"Aa..."

Hidup beberapa bulan di pedesaan menuntut mereka untuk bisa berbaur dengan masyarakat. Sedangkan kebutuhan mereka sehari-hari harus dicukupi pula, mereka berusaha mencari pekerjaan sesuai yang mereka Bisa untuk menyambung hidup.

Revenge or Safe me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang