3

30.6K 1K 44
                                    

Cicit burung pagi hari mengalun mengusik sosok pria bersurai raven yang tengah terlelap. Ia membuka kelopak matanya yang sedaritadi terpejam menyembunyikan iris onyx tajam miliknya.

Ia melirik kesamping tubuhnya, tepatnya pada gadis bersurai merah muda yang telah tertidur nyaman memeluk dan bersandar pada dada bidangnya. Ia meringis kecil kala rasa kebas begitu ketara menggerogoti lengannya yang semalaman digunakan gadisnya sebagai bantal, meski tak bisa dikatakan malam karena mereka baru tertidur dua jam yang lalu setelah gadisnya kelelahan atas 'aktivitas' sepanjang malam dengan tubuhnya.

Pria itu tak habis pikir dengan gadis disampingnya kala ia mengingat kejadian panas beberapa jam yang lalu, gadisnya begitu liar sekaligus sexy. Mungkin jika tubuh gadis itu tak protes untuk berhenti karena lelah, sekarang mereka masih 'bergulat' karena gadisnya seperti tidak pernah puas meski mereka telah orgasme berkali-kali. Meski pria itu tak memungkiri bahwa kegiatan itu menyenangkan, namun ketika ia melihat bahwa tubuh gadisnya sudah lelah tapi hasrat gadisnya masih menggebu membuat ia sadar bahwa itu ulah racun sialan.

Perlahan ia menggeser tubuh gadisnya yang hanya terbalut atasan miliknya, menjaga agar sang gadis tak terusik dari tidur lelapnya. Pria itu yakin, setelah sang gadis bangun pasti gadisnya akan merengek kesakitan terutama pada bagian pangkal paha gadis itu, kemungkinan paling buruknya myngkin gadisnya tak akan bisa berjalan seharian nanti.

Terbesit rasa bersalah kala mengingatnya, namun ketika ia mengingat ancaman gadisnya semalam  cukup mampu membuatnya ingin menerkam gadis bersurai merah muda itu sampai gadis itu tak bisa berjalan. Meski sebenarnya ia sudah membuat gadisnya tak dapat berjalan dengan baik sekarang. Ia masih ingat jelas ancaman sang gadis.

"Kalau kau tak mampu memuaskanku, aku minta tolong pada pria bertopeng itu saja!"

Diam-diam ia menyeringai kala ia melihat bercak biru-kemerahan karyanya disepanjang jenjang leher dan paha mulus sang gadis.

Ia mengenakan jubahnya, kemudian meninggalkan sang gadis sendirian. Meliriknya sekilas, agak bimbang baginya untuk pergi melihat keadaan gadisnya yang tak bisa dikatakan baik. Tapi ia harus, demi kebaikan gadisnya juga.

Ia melangkah keluar gua dan disana ia berpapasan dengan pria bertopeng spiral orange aneh dengan jubah hitam terukir awan merah.

"O-ohayou Sasuke," ujar pria bertopeng itu.

"Hn," ujar pria yang dipanggil Sasuke itu.

"Kau mau kemana?"

"Membersihkan diri dan mencari sesuatu."

"Kau yakin meninggalkan gadismu sendirian denganku?" tak bermaksud menggoda, pria bertopeng itu jujur saja agak khawatir mengingat bagamana sikap gadis bersurai gulali itu tempo lalu terhadapnya. Takut ia kehilangan kendali dirinya.

"Aku yakin kau cukup waras untuk tidak menginginkan tubuhmu dipanggang hidup-hidup," ujar Sasuke dingin disertai tatapan tajamnya, bagaimanapun ia khawatir terhadap keadaan gadisnya sekarang.

"Err... Ya tentu saja, tapi Sasuke kau tahu sendiri kan bagaimana racun itu berefek pada Sakura-san."

"Jika begitu, jangan masuk ke gua. Berjaga saja diluar," Sasuke, sementara ini hanya mampu menjauhkan laki-laki manapun dari Sakura, tentu saja pengecualian untuknya. Setelah itu ia melenggang pergi meninggalkan pria bertopeng yang hanya mampu mendesah fustrasi, tapi toh ia laksanakan juga perintah sang bungsu Uchiha satu-satunya itu.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sasuke berjalan menuju sumber air paling dekat disekitar gua, aktifitas sepanjang malam dengan gadisnya benar-benar membuat tubuhnya lengket. Tak dipungkiri, ternyata ia menemukan rekan timnya disana, Suigetsu.

Revenge or Safe me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang