12

13.1K 719 52
                                    

Tik.

Tik.

Tik.

Bunyi itu terdengar mendamaikan siapapun, apalagi jika melihat rintikan air yang berjatuhan menyejukan mata.

Sakura, ia tak berkedip ketika melihat pemandangan diluar sana. Hujan, ia suka namun berbeda dengan kali ini.

Bukankah cuaca seperti itu menyenangkan jika digunakan untuk bergemul dengan pria yang kau kasihi.

Nyatanya keadaan itu mengingatkannya pada sesuatu yang menyayat hati.

Sesekali uap dingin dari mulutnya terhempas dan menyatu dengan udara. Ia menghela nafas berat, ada beberapa hal yang menghantui pikirannya.

Ini adalah ingatan dimana dirinya dan suaminya mendapati traktiran makan dari rekan team suaminya, laki-laki bertubuh besar dengan rambut jingga, Juugo.

Saat itu, Suaminya-Sasuke-menolak untuk pergi, namun karena paksaan ia pun ikut. Bukan tanpa alasan, Sasuke hanya takut ia akan mempermalukan diri sendiri dihadapan banyak orang karena muntah sembarangan.

Namun kenyataannya, Sasuke dengan lahap memakan semuanya tanpa jeda karena mual ataupun muntah. Tidak sama sekali, bahkan ia beberapa kali mengambil potongan cake strawberry.

Harusnya senang bukan melihat suaminya dapat makan dengan normal kembali?

Tapi entahlah, nyatanya ia malah merasa sesakit ini. Bukankah artinya ia telah gagal sebagai istri? Ia tidak bisa membuat sekedar makanan yang layak.

"Maaf. Boleh aku duduk disini? Aku kehabisan meja,"

Sakura menoleh ke sumber suara, ia mendapati seorang pria yang ia yakini tak jauh berbeda usianya dengan dirinya.

Pria itu bersurai merah dengan tato huruf kanji didahi lebarnya. Mata jadenya terlihat misterius sekaligus lembut bersamaan. Satu kesimpulan, tampan.

Melihat sekeliling, mencoba membenarkan perkataan pria itu. Lalu menoleh kembali padanya dan tersenyum simpul.

Tanpa Sakura ketahui bahwa pria itu tak berhenti menatapnya sedati tadi saat gadis itu memasuki kedai.

Ada sesuatu yang menarik perhatian dirinya, bahwa gadis itu yang selama ini dikatakan hilang. Ia sedikit tertegun ketika melihat gadis berhelsian merah muda panjang itu menyunggingkan senyuman yang begitu manis. Sungguh sangat cantik apalagi kedua obsidian emerald yang berbinar menyejukan itu.

"Tentu, silahkan."

Sakura hendak bangkit berdiri, sesakit apapun hatinya ia tahu ia sudah memiliki suami. Duduk bersama di kedai makanan dengan seorang pria asing seolah berkencan, tentu saja itu tidak baik.

Bagaimana penilaian suaminya nanti?

Namun sebelum ia benar-benar bangkit, tangan mungilnya dicegat oleh seseorang. Ia menoleh, dan rupanya tangan besar yang mencengkram pergelangan tangannya lembut adalah milik pria bersurai merah tadi.

"Bisakah kau menemaniku makan, aku tidak biasa makan sendiri terlebih ditempat asing,"

Pria itu berbohong. Ia hanya berdalih agar ia dapat mengorek informasi lebih rinci dan sekaligus agar ia tidak salah mengambil langkah.

Sakura tampak mengernyit bingung, ada sedikit keraguan pada dirinya. Namun saat menelisik bahwa pria itu tidak mengancam dan mencurigakan ia pun tersenyum dan menganggukan kepalanya tanda bahwa ia setuju.

"Jadi dengan siapa aku duduk?" Ujar pria itu setelah berhasil menyesap secangkir teh hangat pesanannya.

"Bukankah seharusnya kau yang memperkenalkan diri terlebih dahulu, Tuan?"

Revenge or Safe me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang