[Ali Prilly Fanfiction]
**
Di antara dua insan yang memiliki kepribadian bertolak belakang, terdapat cinta yang menjadi perekat menyatukan keduanya lebih dekat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A/N: Ketebak banget ya isi cerita MWB 2 ini? Ide ini muncul sebelum MWB pertama dicetak lho, jadi sebelum dicetak udah punya bayangan mau lahirin MWB 2 kayak gini dan alhamdulillah... Udah lahir :) nikmatin aja ceritanya ya biarpun nggak jelas :v
Selamat baca.
_________________________________________
Bukan mall kalau tidak ramai, meskipun tempat ramai bisa berlaku untuk tempat mana saja yang dikunjungi banyak orang. Orang-orang di dunia ini beragam, ada yang suka keramaian dan ada juga yang tidak. Seperti halnya lelaki tampan yang jalan di tengah keramaian dalam gedung perbelanjaan termegah di pusat kota itu. Lelaki itu cenderung menjauhi banyak orang. Bukan karena merasa jijik, melainkan karena tidak suka banyak suara yang begitu mengusiknya.
Tidak masalah jika mereka hanya memandangnya. Dia memang selalu menjadi pusat perhatian di manapun karena pesonanya. Banyak orang memandangnya dengan rasa kagum luar biasa. Banyak pula yang menyayangkan dirinya hanya karena jalan seorang diri di tempat yang selalu didatangi kaum muda berpasangan zaman sekarang. Dan tentu tidak sedikit dari mereka--terutama kaum wanita--ingin sekali jalan bersamanya.
Lelaki itu tiba di sebuah butik mewah yang terletak di lantai dua gedung itu. Seorang perempuan berlari menghampirinya dan langsung memeluknya erat membuat banyak mata yang sejak tadi mengikuti kepergiannya mendesah kecewa karena sudah memiliki pasangan.
"Honey! Syukurlah kamu datang!"
Lelaki itu hanya diam sampai perempuannya melepaskan pelukannya.
"Honey, sejak tadi aku memilih beberapa gaun tapi tidak menemukan yang pas."
Perempuan berambut cokelat keemasan itu mengerucutkan bibirnya yang ber-lipstick warna merah muda. Meskipun begitu dia tetap terlihat cantik. Dia Kalina, seorang model papan atas untuk majalah luar negeri. Tubuhnya ideal, tentu saja. Kakinya selalu dibalut high heels yang tingginya bisa membuat para gadis meringis. Paras yang tentu membuat gadis lain iri terhadapnya. Apa lagi jika dia disandingkan dengan lelaki itu. Mereka terlihat sangat cocok saat jalan bersama.
"Kamu bantu aku ya, honey. Kamu tinggal bilang cocok atau tidak. Soalnya aku harus mencari gaun yang indah untuk pesta ulang tahun Daddy."
"Oke." Lelaki itu ditarik ke dalam butik. Dia duduk di sofa menunggu Kalina mencoba gaun satu per satu. Seperti kata Kalina, dia hanya bilang cocok atau tidak ketika perempuan itu keluar dari ruang ganti berkali-kali sampai membuatnya bosan.
"Itu pantas untukmu." gumam lelaki itu terakhir kalinya. Sebenarnya tubuh ideal Kalina cocok memakai gaun apa saja. Tapi tentu saja Kalina hanya ingin pakai gaun yang mewah dengan harga selangit.
"Ini? Tapi kok bagusan yang tadi sih."
"Kau meminta pendapatku bukan?" suara dingin lelaki itu membuat Kalina terdiam.