[Ali Prilly Fanfiction]
**
Di antara dua insan yang memiliki kepribadian bertolak belakang, terdapat cinta yang menjadi perekat menyatukan keduanya lebih dekat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di kantor, Nadine duduk menunggu orang suruhannya kembali membawa informasi sangat penting yang sudah dinantikannya. Setelah mendatangi Revan beberapa hari yang lalu, Nadine bersikeras mencari tahu kehidupan Revan sebelum bercerai dengan Selly. Nadine sangat penasaran apa yang membuat keluarga bahagia itu berpisah. Berbagai macam spekulasi Nadine simpan karena tidak ingin berakhir dengan buruk sangka. Bukan karena Nadine ingin mencampuri urusan Revan atau bisa dikatakan kepo, hanya saja kehidupan Revan berhubungan dengan almarhum suaminya.
Seorang lelaki mengetuk pintu membuat Nadine bangun dan menyuruhnya masuk. "Bagaimana Rino? Kamu sudah dapat informasi apa saja?"
Lelaki bernama Rino itu adalah seorang detektif handal yang dipercayai Nadine untuk mencari tahu tentang keluarga Revan. "Sudah, Nyonya Nadine."
"Katakan apa saja yang kamu dapatkan."
Rino mengeluarkan berkas-berkas penting dari balik jas hitamnya. "Tuan Samudera Revan adalah pebisnis yang terkenal pada masanya. Beliau menjalin kerja sama dengan suami Anda dan bersahabat baik."
"Revan tidak menjalin kerja sama dengan Daniel. Perusahaan Daniel berkembang karena jasa Revan." Nadine mengoreksi.
"Benar, Nyonya. Saya ingin memberitahu soal perceraian Tuan Revan dengan Nyonya Selly."
"Bagaimana?"
"Mereka bercerai karena kesalahpahaman."
"Kesalahpahaman?"
"Tuan Revan meninggalkan Nyonya Selly berbulan-bulan untuk berbisnis di Milan, kemudian Nyonya Selly menuduh Tuan Revan berselingkuh. Akan tetapi faktanya tidak seperti yang Nyonya Selly tuduhkan."
Nadine tertegun. "Berbisnis di Milan selama berbulan-bulan?"
"Iya, Nyonya. Saat Tuan Revan kembali justru dia mendapati Nyonya Selly yang berselingkuh."
"Apa?"
"Nyonya Selly mengandung anak dari lelaki selingkuhannya bernama Darrian."
Nadine terkesiap teringat sesuatu. "Ya Tuhan! Revan berbisnis di Milan karena membantu usaha suamiku."
"Maaf jika saya menyinggung Anda, Nyonya. Tapi, kehancuran keluarga Tuan Revan bermula dari keluarga Anda. Jika saja Tuan Revan tidak pergi selama itu, Nyonya Selly tidak akan menuduh Tuan Revan yang tidak-tidak."
Mata Nadine berkaca-kaca. "Aku sama sekali tidak tersinggung, Rino. Kamu sangat benar. Saat itu Revan memang berada di Milan membantu usaha suamiku."
"Tuan Revan sudah memberikan kesempatan pada Nyonya Selly, tetapi Nyonya Selly meminta perceraian lalu menikah dengan Tuan Darrian."
"Tidak salah lagi anak dalam kandungan Selly adalah Danisa," gumam Nadine.
"Benar, Danisa hanya berbeda satu tahun di bawah putri Nyonya Selly dengan Tuan Revan."