[Ali Prilly Fanfiction]
**
Di antara dua insan yang memiliki kepribadian bertolak belakang, terdapat cinta yang menjadi perekat menyatukan keduanya lebih dekat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Deril duduk bersama seorang gadis cantik di sofa ruang tamu. Mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu yang lucu hingga tawa mereka itu mendominasi ruangan. Ali yang baru saja tiba di rumah bersama Prilly hanya menatap pasangan itu tanpa ekspresi kemudian pergi lebih dulu ke kamarnya. Sampai kemudian Deril tidak sengaja melihat Prilly yang tersenyum ke arahnya. Lelaki itu pun memanggilnya pelan dan mengajaknya berkenalan dengan gadis di sebelahnya.
"Hai, aku Danisa." gadis itu berdiri menyambut kedatangan Prilly seraya mengulurkan tangannya. Prilly mengamati wajah Danisa yang mirip wajah barbie dengan bibir ranum berwarna merah muda alami. Prilly tebak usianya lebih muda darinya.
"Danisa calon istriku," ucap Deril mewakili. Prilly pun tersenyum pada Danisa.
"Aku Prilly." disambutnya uluran tangan Danisa itu. Menatap mata Danisa, entah mengapa mengingatkan Prilly pada seseorang. Seolah dirinya pernah bertemu dengan pemilik mata cokelat gelap itu.
"Senang bertemu denganmu, Deril sudah menceritakan tentangmu. Katanya, kamu yang memilihkan sepatu untuk kado ulang tahunku. Terima kasih ya."
"Kamu suka sepatunya?"
"Suka banget! Tadinya aku nggak sangka Deril bisa memilihkan sepatu sebagus itu, tapi ternyata dia bilang bukan dia yang memilihkannya tapi kamu."
"Syukurlah kalau kamu menyukainya."
Danisa tersenyum kecil. "Aku sedang memikirkan siapa yang menjadi pendampingku saat di pelaminan nanti. Aku pikir kamu orang yang tepat, tapi aku dan Deril justru merencanakan resepsi bersama denganmu. Kamu sama Ali belum mengadakan resepsi pernikahan kan?"
"Belum, tapi itu nggak perlu. Aku sama Ali nggak terlalu memikirkan resepsi, bagi kami ijab qabul aja udah cukup."
"Sayang sekali, tapi Mama Nadine menginginkan itu."
"Mama Nadine ingin resepsi aku sama Ali juga?"
"Benar."
Prilly meringis. Melaksanakan resepsi bersama dengan Deril dan Danisa belum pernah ada dalam pikirannya. Toh, pernikahannya dengan Ali hanya pura-pura. Untuk apa ada sebuah resepsi? Pikirnya.
"Aku ikut kata Ali aja, dia setuju aku juga setuju."
Danisa mengangguk. "Ali pasti setuju."
"Yaudah kalau gitu aku ke kamar dulu ya." pamit Prilly.
"Oke."
Prilly sempat melirik Deril. "Dadah Babang Hercules." Deril terkekeh karenanya.
Sampai di kamar, Prilly melihat Ali tengah berbaring di atas tempat tidurnya. Prilly pergi ke kamar mandi dulu dan setelah itu dia malah kebingungan ingin tidur di mana. Dihampirinya sofa tempat Ali semalam tidur, baru saja punggungnya menyentuh badan sofa tapi suara Ali mengejutkannya.