[Ali Prilly Fanfiction]
**
Di antara dua insan yang memiliki kepribadian bertolak belakang, terdapat cinta yang menjadi perekat menyatukan keduanya lebih dekat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alexander tidak pernah merasa tertarik seperti ini pada perempuan. Prilly terlalu menarik menurutnya. Perempuan itu selalu tersenyum dan tertawa bersama Leo. Tidak jarang dia menoleh ke arahnya memberikan senyumannya yang membuat Alexander merasa senang tidak biasanya. Senyumannya itu, ah Alexander tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau dia sangat menyukai senyum bahkan tawa yang menciptakan lesung di bawah mata Prilly sehingga membuatnya terlihat lucu dan menggemaskan.
"Alexander, kau mendengarkan penjelasan Tuan Ryon?" Demiris tidak tahan melihat Alexander terus mengamati Prilly namun putranya itu hanya diam saja.
"Alexander!" Demiris membentaknya. Kali ini Alexander menyentakkan kepalanya menatap sang ayah.
"Ya, Papa?"
"Apa yang kau lihat, Alexander? Sejak tadi kau memerhatikan istri dari rekan bisnismu sendiri. Apa kau tidak punya malu?"
"Aku melihatnya karena dia terlihat seru sekali berbicara dengan Leo."
"Apa kau tidak sadar sejak tadi Tuan Alfairali mengawasimu dengan mata tajamnya?" desis Demiris membuat Alexander menoleh pada meja seberang di mana ada Ali yang bersedekap tengah menatapnya tajam.
"Oke, maafkan aku," Alexander menghela napas.
"Jaga sikapmu, Alexander. Kau bisa mendapatkan gadis lain di luar sana. Jangan sampai kau tertarik pada istri rekan bisnismu sendiri."
"Sayangnya, aku sudah tertarik padanya."
"Alexander!"
"Oh, Dad! It's not my fault! Aku tertarik padanya begitu saja. Dia memang menarik."
"Kau ingin perusahaan kita mengalami kerugian besar?"
"Tidak, Papa. Alfairali susah payah kau dapatkan bagaimana aku tega membuat perusahaanku sendiri mengalami kerugian besar? Justru kita yang harus menguras kekayaannya, bukan begitu?"
"Pelankan suaramu. Bertindak jujurlah dalam berbisnis."
"Bisnis itu licik, kau tahu itu, Papa. Aku ingin perusahaan Alfairali memberikan keuntungan berkali lipat buat kita sehingga perusahaan kita dapat lebih maju dibandingkan dia."
"Tutup mulutmu Alexander! Tuan Alfairali bisa menghabisimu."
Alexander kembali menghela napas menatap ayahnya, "Kau tahu Papa, aku melihat hubungan mereka tidak baik. Cinta mereka seperti hanya satu arah saja. Kemarin saja kulihat Prilly lebih banyak bicara dibandingkan dia. Apakah sikap mereka itu pantas disebut sebagai suami istri? Aku tidak percaya."
"Alexander, Tuan Alfairali memang seperti itu."
"Tetapi setidaknya ada perbedaan bersikap dengan istri dan orang lain. Kurasa kau lebih tahu soal itu, Papa."
"Sudah cukup, Alexander! Fokus saja pada pekerjaanmu. Kita tidak tahu bagaimana kehidupan seseorang sebenarnya, dan jangan ikut campur."
Alexander menyeruput kopinya yang mendingin. Di restoran kopi itu mereka mengadakan pertemuan kedua atas usul Tuan Ryon, kolega bisnis mereka. Tiba-tiba Alexander dikejutkan dengan kedatangan seorang perempuan yang sangat seksi menghampiri mejanya.