4 bulan

546 127 33
                                    

buku-buku masih bertumpukan di meja belajar, soal-soal latihan juga begitu, beberapa sudah gue pecahkan dengan penuh perjuangan. gue menatap halaman demi halaman yang ada di buku paket kimia guna mencari rumus yang tepat, lalu setelah itu gue pecahkan soal selanjutnya. begitu terus sampai gue mau muntah pelangi.

hari ini bu sofi, guru kimia, minta kelas gue buat ngerjain soal-soal dari beliau. harap maklum, dua minggu lagi kita ujian akhir semester dan bu sofi mau semuanya udah lancar ngerjain soal. selain menguras tenaga dan pikiran, kimia juga menguras kesabaran, apalagi gue nggak jago jago amat kalau soal kimia.

"anjing, susah amat, sih!" gerutu gue saat membolak-balikan halaman buku paket sialan, masih mencari penyelesaian soal nomor enam.

"echak," seseorang—yang gue yakini bu sofi—menepuk pundak gue dari belakang. "ada yang bikin bingung?" tanya beliau dengan suara khasnya.

karena gue males mendengarkan penjelasan panjang lebar dari beliau nantinya, gue memutuskan untuk menggeleng-gelengkan kepala dan tersenyum getir. lantas setelah itu, bu sofi pergi, kembali berjalan mengelilingi gue.

pacar

aku lagi di kantin

mau titip apa gitu nggak?

baru aja gue mau lanjut ke nomor selanjutnya, chat dari shawn tiba-tiba masuk. dia bilang kalau dia lagi di kantin, pasti dia lagi skip pelajaran sekarang sama temen-temennya. sebenernya gue nggak bakal ngomel-ngomel sama shawn karena dia doyan skip pelajaran, karena apa? karena gue juga doyan skip pelajaran untuk sekedar beli teh gelas atau yupi di kantin, terus duduk-duduk asoy disitu sampai jam pelajaran yang bikin gue ngantuk berakhir.

pacar

aku lagi di kantin

mau titip apa gitu nggak?

boleh deh, aku titip cha-cha ya

mau titip berapa? itu doang?

nggak mau mi ayam atau seblak gitu?

gue masih pelajaran bego

nanti kamu nyelundupin ke kelasnya repot kalo makanan kaya gitu

udah ah buru, titip cha-cha 5 bungkus

oke sayangku cintaku manizsku

setengah jam gue nungguin shawn, sampai-sampai bel istirahat udah bunyi, tapi dia belum juga nyelundupin titipan gue lewat jendela kelas. mungkin dia lupa sama titipan gue, maka dari itu gue memutuskan untuk keluar kelas, menghampiri shawn ke kelasnya. kelas kita nggak jauh, cuma selang satu kelas, abis itu udah deh sampe di kelas shawn.

pas banget gue sedang menyusuri lorong dan melihat shawn yang lagi nongki-nongki ganteng sama anak-anak cowok. dengan semangat, gue menghampiri shawn yang belum sadar akan kehadiran gue.

"shawn!" seru gue mengagetkannya. dia keliatan kaget pas liat gue tiba-tiba ada di sampingnya. "titipan aku mana?" tanya gue tak kalah antusias.

shawn menepuk jidatnya dan meringis, plis jangan sampe dia lupa. tak lama, dia merogoh kantung celananya dan mengeluarkan titipan gue. "maaf ya, tadi aku lupa lewat kelas kamu." ia menyodorkan lima bungkus cha-cha yang udah agak lecek.

gue mengangguk tanda mengiyakan permintaan maafnya. "makasih ya, shawn."

bukannya diperhatikan atau setidaknya diajak ngobrol, gue malah merasa diasingkan disini. shawn masih asik ngobrol sama temen-temen cowoknya, sementara gue disini—cewek sendiri, berdiri bingung mau ngapain.

"shawn, makasih." kata gue sekali lagi, bermaksud menegaskan omongan gue yang tadi. pun gue mencolek pundaknya yang gagah itu, baru dia menoleh ke arah gue.

"e—eh, iya sama-sama, echak." dengan satu kalimat itu, dia kembali tidak menghiraukan gue.

pengin banget gue teriak woi pacar lo disini jangan dikacangin, tolol! namun pada akhirnya, pilihan gue jatuh pada diam dan berjalan kembali ke kelas. gue juga sadar akan satu hal, gue nggak lebih berharga dari temen-temennya shawn. 

temen-temen dia lebih dulu ada daripada gue. jadi, peran mereka pasti lebih penting di kehidupannya sampai detik ini.

tejo | shawn ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang