6 bulan

667 132 145
                                    

"udah putusin aja." elif—teman sebangku gue—terus mendoktrin pikiran gue supaya gue mutusin shawn bulan ini. seminggu yang lalu, hubungan gue dan shawn menginjak bulan keenam. tapi, sikap shawn ya tetep aja kaya gitu. "gue udah enek kalo jadi lo." terangnya blak-blakan.

gue menelan ludah dan memijat kening. "tapi gua masih sama dia, el." rengek gue. masa iya gue mutusin dia gitu aja? sia-sia dong perjuangan gue selama setengah tahun ini.

"chak, lo sebahagia apa sih pacaran sama shawn? menderita aja iya." kecam elif yang masih enggan menyentuh buku bahasa indonesia, padahal pelajaran sudah setengah jalan.

kalau dipikir-pikir, elif memang bukan orang pertama yang bilang kaya gitu ke gue. beberapa temen cewek gue juga nyuruh gue untuk mutusin shawn karena shawn itu nggak worth it buat gue. namanya juga sayang, mau dia kaya gimana pun gue tetep aja sayang.

gue jarang chat sama shawn—paling seminggu bisa cuma dua atau tiga kali, shawn juga susah diajak main, di sekolah juga kita jarang sekedar ngobrol berdua. nggak heran kalau temen-temen banyak yang ngasih sebutan gue dengan "tejo"; taken rasa jomblo. kurang keren apa coba?

"nanti dulu deh el, gue mau coba nyamperin dia pulang sekolah." elak gue pada elif.

"tuh, lagi-lagi elo yang nyamperin. sekali-kali dia kek yang nyamperin, ke kelas kita, kesel gue." gerutu elif seperti emak-emak yang doyan belok kiri namun yang nyala malah lampu sign sebelah kanan. "lo nggak capek apa dikatain tejo sama anak-anak?" sembur elif sedikit gemas.

gue menggeleng dan meringis, "sebenernya capek sih, tapi mau gimana lagi? gue masih sayang."

"lo mabok," kata elif di dekat telinga gue. "mabok micin cinta." lanjutnya.

gue memijat pelipis gue dan menggelengkan kepala mendengar jawaban elif. "sampis lo ah."

tanpa mendengarkan ocehan elif, sepulang sekolah, gue benar-benar menemui shawn. tepat saat gue keluar kelas, shawn lewat di depan kelas gue. langsung aja gue panggil agak anarkis bodo amat.

"shawn woi!!!" teriak gue, membuat yang lain juga menoleh ke arah gue. gue langsung membalas tatapan mereka seraya berkata, "apa pada liat-liat? cantik ya gue? emang." dan dengan begitu, mereka langsung mengambil kantung muntah dan bersiap mengeluarkan semuanya.

"ada apa, chak?" shawn masih diam di tempatnya dan gue menghampirinya.

"ngobrol-ngobrol bentar, yuk!" ajak gue sambil memainkan ujung rok gue.

shawn tampak menimang-nimang ide gue. "yaudah deh, mau dimana?"

gue melihat lorong yang masih ramai lalu lalang siswa. semua bangku yang ada di teras kelas rata-rata sudah terisi penuh. hampir aja gue putus asa, tapi ternyata dewi fortuna memberi gue rejeki.

"disitu aja." gue menunjuk bangku yang kosong di depan 11 ipa 4.

shawn mengangguk dan mempersilakan gue untuk jalan terlebih dahulu. dari kejauhan, gue bisa melihat seorang laki-laki yang menghampiri shawn sambil bisik-bisik. yeh, udah kaya ibu-ibu rumpi di tukang sayur aja lo berdua.

"lo nggak ke depan, shawn?" tanya cole pada shawn.

"nanti deh, gue nyusul, suwer." balas shawn.

gue tau apa maksud "ke depan". maksudnya adalah "ke warung mbak war", nongkrong disana sampe sore seperti biasa.

setelah cole pergi, shawn menyusul duduk di samping gue. keadaan sekolah belum sepi karena ada beberapa ekskul yang masih jalan dan pertemuan di joglo. duduk di samping shawn masih buat gue degdegan, walaupun kita jarang begini berdua.

tejo | shawn ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang