jam sudah menunjukan pukul dua siang, itu artinya ini sudah waktunya untuk pulang. biasanya gue paling semangat kalo masalah pulang, tapi, rasanya kali ini gue nggak mau pulang ke rumah. gue nggak mau ngeliatin muka di rumah, gue pengin tidur di sekolah aja hari ini.
sambil melihat teman-teman yang lain pulang, gue masih duduk di bangku teras kelas. bukan duduk-duduk santai seperti biasa melainkan duduk untuk meratapi nasib nilai ulangan tengah semester gue yang anjlok. di hadapan gue kini terpampang sebuah kertas lecek berisi hasil nilai ujian gue kemarin.
gue masih nggak habis pikir kenapa hasilnya bisa seburuk ini. sebenernya nggak jelek-jelek amat, sih, tapi tetep aja gue nggak puas. yang lebih gue benci, ranking gue di kelas turun dua peringkat. ini pasti gara-gara kemarin gue nggak fokus, gue lebih fokus sama shawn—sama pacaran.
masih dengan kertas hasil ujian dan pandangan kosong, gue melihat seorang laki-laki berparas tampan berjalan ke arah gue. tak lupa sambil menggendong gitar di punggung kekarnya itu. harusnya gue seneng karena dia nyamperin gue duluan, itu adalah momen langka, tapi rasanya shawn datang di saat yang kurang tepat.
"kok tumben belum pulang?" shawn membenarkan posisi gitarnya. "nungguin aku, ya?" dia membungkukan badannya, jadi wajah kami sejajar.
gue mendelik dan menoyor kepalanya seraya berkomentar, "pede banget lo, wawan."
"kok nama gue jadi wawan?" shawn protes.
entah lah, akhir-akhir ini gue jadi sering ngubah nama orang. luke di rumah gue panggil bujang; singkatan dari bulukan banget si ujang. calum gue panggil kalung; kepanjangan dari cina pake sarung. untung mama papa gue nggak jadi sasaran, bisa inalillahi gue. terus sekarang, shawn gue panggil wawan tanpa alasan yang jelas.
tapi kalau dipikir-pikir lagi kan shawn sama wawan ada nyambung-nyambungnya. sama-sama ada huruf w sama a disana.
"itu apa?" shawn memincingkan matanya ke arah kertas hasil ujian yang masih gue remes-remes.
secepat kilat gue memasukan kertas itu ke dalam tas. namun pergerakan gue ternyata masih kalah cepat dari shawn. ia terlebih dahulu sudah menahan tangan gue dan berhasil merebut kertas sialan itu dari gue.
"ih, kembaliin, anjing!" ujar gue sedikit emosi.
"eh, ngomongnya kok gitu, sih?" shawn menjepit bibir gue dengan ibu jari dan telunjuknya. bibir gue otomatis mengkerucut gara-gara dia. "cewek cantik ngomongnya nggak boleh gitu ah, jelek." ia lalu duduk di samping gue sambil membuka kertas lecek tersebut.
gue tidak menoleh, hanya melirik sebentar dari samping. shawn pasti lagi menganga liat nilai gue yang jelek. pasti abis ini dia juga komentar sok tau gitu. ah, nggak pengin dengerin.
"bagus nilainya," komentar shawn sesaat setelah membaca hasil ujian gue. "kenapa muka kamu sedih?"
gue berdecak kesal dan menghela napas panjang. "kaya gini kok dibilang bagus? ini tuh nggak bagus, shawn. ranking aku turun," jelas gue padanya. "dari ranking tiga jadi ranking lima."
KAMU SEDANG MEMBACA
tejo | shawn ✓
Fanfictiontejo itu bukan nama orang. tejo itu singkatan dari taken rasa jomblo. bagus banget, ya? lowercase intended copyright © 2017 by nasikucing