12 bulan

612 116 75
                                    

nggak kerasa, udah 12 bulan gue jalan sama shawn. iya, kalau kata anak gaul mah 1st anniversary gitu. mungkin kalian berharap kami berdua akan merayakannya dengan riang gembira, romantis, atau kami melakukan hal-hal menyenangkan selama seharian.

nggak. gue dan shawn nggak ngapa-ngapain di hari jadi pertama kami. gue sibuk ngurusin tugas biologi yang belum kelar dan shawn sibuk dengan mbak war dan teman-temannya.

siang ini setelah bel pulang sekolah berbunyi, gue berniat untuk langsung pulang. gue udah mulai beres-beres barang dan menggendong ransel gue. namun tepat setelah itu, gue mendengar rintik hujan yang bertubrukan dengan genteng. dugaan gue bener, ternyata udah gerimis. gerimisnya juga makin lama makin deres.

gue keluar dari kelas dan mendapati hujan yang semakin deras. deres banget sampe pemandangan sekolah nggak jelas. wah, parah. kalau gini gue kapan pulang? sempet gue mikir kalau gue pulang pake jas hujan, tapi, menurut gue itu terlalu nekat. ini hujan deras disertai angin, akhirnya, gue mengurungkan niat untuk melakukan hal itu.

tujuan akhir gue jatuh pada duduk-duduk asoy di teras depan kelas. kebetulan juga ada beberapa teman gue yang lagi duduk-duduk disana. ada ghina dan ima yang sibuk ngobrol berdua. samperin aja deh, daripada gue nggak ada temen.

"woi, gabung ya gue." celetuk gue lalu duduk di samping ghina.

"boleh, duduk aja kali." sahut ghina.

kami bertiga hanyut dalam obrolan tidak penting. dari mulai ngobrolin pelajaran, tugas yang semakin banyak, dan ngobrolin tinggal berapa bulan lagi sisa waktu kami untuk menjadi anak kelas 11. nggak sadar, ternyata udah mulai banyak yang gabung sama kita. obrolan pun terus berlanjut, bahkan semakin seru.

tiba pada saatnya topik pembicaraan berganti. teman-teman gue mulai membahas calon pendamping hidup mereka. jujur, gue muak kalau mulai denger yang ginian.

"lo kan udah punya shawn, chak." kata ima lantang.

"nah, bener. nggak usah repot-repot cari yang lain." tambah grace.

gue hanya menggeleng dan terkekeh. gue bahkan nggak yakin kalau shawn akan menjadi pendamping hidup gue selamanya. bukannya gue nggak sayang, gue emang nggak mau berekspektasi tinggi dari seorang manusia.

"gue mah santai orangnya." kata gue sambil membenarkan tali sepatu gue.

"hujan-hujan gini mah enaknya berduaan sama pacar." samar-samar gue mendengar lina berbicara.

selesai dengan masalah tali sepatu, gue kembali membenarkan posisi duduk dan kemabali berbincang dengan mereka.

"iya, enaknya mah mojok berduaan sama pacar," tambah ghina. "sayangnya, gue enggak punya cowok."

"echak nih yang punya cowok," lina menyenggol bahu gue. "mana cowok lo?"

"lah, emang kenapa? kalian mau nyuruh gue mojok berduaan gitu?" balas gue lalu memutar kedua bola mata.

"chak, lo sadar nggak sih? lo sama shawn tuh jarang banget keliatan berdua. kalo yang nggak pada tau, mereka ngiranya kalian udah bubar," kata ima. "udah putus, nggak pacaran lagi gitu."

argumen dari ima memang enggak bisa gue bantah. gue sama shawn memang harusnya dapet award karena kami—sebagai pasangan—jarang banget menghabiskan waktu berdua. shawn masih dengan pendapatnya, dia nggak begitu suka diliatin sama warga sekolah, terlebih kakak kelas, kalau kita berduaan. gue juga nggak mau amb repot, gue ngalah aja.

"emang kalo pacaran harus berduaan terus, gitu?" gue nggak mau kalah.

"bukan gitu, tapi kalian berdua tuh pacaran kaya enggak pacaran." grace berkomentar.

tejo | shawn ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang